Masih Jadi Kepercayaan Masyarakat, Mari Lawan Mitos Terkait HIV dan AIDS yang Masih Beredar Ini

By Shannon Leonette, Minggu, 28 November 2021 | 10:01 WIB
Melawan mitos terkait HIV-AIDS. (pexels.com/Anna Shvets)

Mitos 2: Saya Heteroseksual, Tidak Perlu Khawatir Tertular HIV

dr. Sandra memaparkan faktor penyebab orang terkena HIV.

Buat Moms yang masih memiliki pemikiran seperti ini, tolong hilangkan sekarang juga.

"Bahkan sudah ada data angkanya lo," terang dr. Sandra.

Dalam data bulan Oktober-Desember 2019 yang dikeluarkan Ditjen P2P, penderita HIV yang disebabkan oleh faktor heteroseksual mencapai angka 70%.

Kemudian, diikuti oleh faktor homoseksual yang mencapai angka 22%.

"Seharusnya, statistik ini sudah bisa mematahkan mitos yang mengatakan bahwa HIV-AIDS itu karena mereka perilaku menyimpang, dosa, nakal, gaya hidupnya terlalu bebas. Jadinya kena azab, atau gimana lah yang biasanya disampaikan sama masyarakat," jelas dr. Sandra.

"Masalah HIV itu bukan dari orientasi seksualnya ya, teman-teman. Tapi, lebih pada aktivitas seksualnya," lanjutnya.

Baca Juga: Jangan Sampai Terlewat Bahas LGBT Pada Anak, Begini Caranya Untuk Diskusikan Penyimpangan Seksual Tanpa Risih

Mitos 3: ODHIV Tidak Boleh Punya Anak karena Anaknya Pasti Tertular

Mitos yang ketiga ini juga tidak benar, Moms.

Menurut penjelasan dr. Sandra, ketika orangtua rajin mengikuti terapi ARV, anak yang terlahir tentu tidak akan tertularkan HIV dari orangtuanya.

dr Sandra juga mengingatkan, khususnya untuk tenaga kesehatan, agar tidak perlu menakut-nakuti ODHIV untuk tidak boleh mempunyai anak karena khawatir anaknya tertular.

"Ini suatu pandangan yang sangat salah sekali. Karena, sekarang sudah sangat berkembang ya terapi, penelitian, dan semua tentang HIV. Jadi, sangat dimungkinkan pasangan-pasangan ODHIV, baik dua-duanya atau salah satunya, itu sangat bisa punya anak tanpa HIV," tegas dr. Sandra.

Baca Juga: Pikir Ulang Jika Ingin Memakai Tato Saat Hamil, Berisiko Peradangan dan Tertular HIV