Dampingi Perkembangan Emosional Anak di Usia Dini Sangat Penting, Ini Tipsnya untuk Para Orangtua

By Amallia Putri, Kamis, 27 Januari 2022 | 08:56 WIB
Perkembangan emosional anak butuh pendampingan dari orangtua (Pexels)

Nakita.id - Di usia prasekolah, anak mengalami berbagai macam perkembangan yang pesat.

Tidak hanya fisiknya yang bertambah tinggi, dan kemampuan berbicaranya yang tambah lancar.

Perkembangan yang pesat juga bisa terjadi pada emosionalnya.

Mulanya, di usia di bawah 12 bulan, anak bisa merasakan rasa senang dengan senyum dan tertawa.

Apabila ia kesal, misalnya sedang lapar, ia hanya bisa menangis keras.

Di usia satu hingga lima tahun, sudah banyak sekali perkembangan yang ia alami.

Melansir dari Raising Children, si Kecil mulai bisa mengenal orang lain di sekitarnya, walaupun mereka belum berani untuk mendekatinya.

Perlahan anak mulai mampu untuk merasakan empati, sehingga bisa mengenali apa yang dirasakan oleh orang lain.

Walaupun mengalami perkembangan emosional yang pesat, anak juga perlu mendapatkan dampingan dari orangtuanya.

Baca Juga: Sering Kali Diabaikan, 4 Tanda Berikut Bisa Menunjukan Jika Anak Ternyata Bertalenta

Maka dari itulah, Moms harus tahu apa saja yang perlu dilakukan untuk mendampingi si Kecil dalam perkembangan emosionalnya.

Apa saja yang harus jadi perhatian orangtua?

1. Ajari anak tentang empati

Melansir dari Raising Children, anak sudah mulai memahami apa yang dirasakan orang lain dari gestur dan perilaku.

Misalnya, anak saat melihat orang lain menangis, si Kecil langsung memahami bahwa orang tersebut sedang sedih.

Ini artinya, empati anak sedang dalam perkembangan.

Ada baiknya jika Moms mengenalkannya tentang empati juga.

Empati adalah keadaan di mana orang menyampaikan atau membagikan apa yang ia rasakan dengan orang lain.

Pertama, buat anak menjadi peka terhadap perasaannya.

Baca Juga: Proses Tahapan Perkembangan Emosional Pada Bayi Mulai dari 0-12 Bulan

Misalnya dengan menanyakan, "bagaimana perasaanmu ketika mainanmu hilang?".

Setelah mampu peka terhadap perasannya, ada baiknya Moms ajarkan untuk peka dengan perasaan orang lain.

Misalnya, menanyakan "kira-kira bagaimana perasaan temanmu saat mainannya diambil oleh anak yang lain?".

Ini penting untuk membangun cara bergaul dan berkomunikasi anak dengan teman-teman sebayanya.

2. Ajak anak untuk mengenali emosi dan perasaannya

Seringkali, anak menjadi kebingungan mengenai perasaan dan emosi yang dirasakannya pada saat itu.

Sebab itulah, anak menjadi kesusahan untuk mengekspresikannya dan hanya memendamnya.

Melansir dari Verywell Minds, hal ini bisa dilakukan dengan mengobrol dengan anak dan 'melabeli' perasaan atau emosinya tersebut.

Misalnya, saat anak terlihat bersungut-sungut karena tidak jadi mengunjungi taman bermain kesukaannya, Moms bisa tanyakan 'apa kamu marah karena tidak jadi ke taman bermain?'.

Baca Juga: Proses Tahapan Perkembangan Pengelihatan Bayi Usia 0-12 Bulan

Atau jika anak terlihat senang pergi ke taman bermain, tanyakan padanya 'kamu senang pergi ke sini?'.

Dengan begitu anak akan memahami apa yang dia rasakan, dengan kosakata 'sedih', 'marah', 'kesal', dan 'malu' untuk yang bersifat negatif.

Begitu juga untuk yang bersifat positif seperti 'senang', 'terharu', 'gembira', dan lain-lain.

Ada baiknya jika Moms menggunakan kata-kata tersebut pada saat mengobrol dengan anak mengenai apa yang dirasakannya.

Anak yang mampu mengenali perasaannya cenderung lebih baik dari segi emotional intelligence.

3. Ajarkan cara menghadapi emosi dengan baik

Saat anak menghadapi perasaan yang bersifat negatif, misalnya marah dengan temannya, anak cenderung akan meluap-luap emosinya.

Namun, tentu jika dilakukan dengan tidak baik, hal ini akan menimbulkan situasi yang kurang mengenakkan antara ia dan temannya.

Lalu, apa yang perlu Moms lakukan?

Baca Juga: Ini Dia Sederet Gejala Perkembangan Emosional Anak Usia Dini yang Perlu Diketahui dan Dipantau oleh Orangtua di Rumah

Melansir dari Childrens.com, hal yang baik adalah menyiapkan toolkit untuk anak.

Toolkit bisa Moms isi dengan berbagai macam barang yang bisa digunakan untuk meluapkan emosinya.

Misalnya seperti buku gambar beserta spidol dan pewarnanya, atau MP3 khusus anak berisi lagu-lagu kesukaannya.

Sehingga apabila anak mengalami hal yang kurang disukainya dan membuatnya kesal, anak bisa langdung meraih toolkitnya dan meluapkan emosinya.

Aktivitas yang bersifat mindful juga sangat penting untuk diajarkan ke anak, terutama saat ia sedang kesal.

Hal yang paling mudah adalah mengajarkannya tentang bubble breath, yaitu latihan pernapasan untuk mengurangi emosi.

Bubble breath bisa dilakukan dengan menghirup udara melalui hidung, lalu hembuskan melalui mulut.

Si Kecil bisa melakukan ini beberapa kali saat ia sedang kesal.

Itulah Moms, caranya untuk membangun dan mendampingi perkembangan emosional anak di usia dini.

Baca Juga: Moms Perlu Memahami 4 Ranah Perkembangan Pada Bayi