Beredar Isu Harga Tempe dan Tahu Akan Naik Drastis Setelah Minyak Goreng, Kemendag Ungkap Alasannya

By Cynthia Paramitha Trisnanda, Minggu, 13 Februari 2022 | 12:15 WIB
Harga tahu tempe diperkirakan naik bulan depan (Pixabay)

"Kondisi kedelai di dunia saat ini terjadi gangguan suplai," ungkap Oke dikutip dari Antara, Sabtu (12/2/2022).

"Kalau saya melihat di Brazil terjadi penurunan produksi kedelai, di mana awalnya diprediksi mampu memproduksi 140 juta ton pada Januari, menurun menjadi 125 juta ton. Penurunan produksi ini berdampak pada kenaikan harga kedelai dunia," kata Oke lagi.

Menurut Oke, penyebabnya karena terjadinya inflasi di Amerika Serikat yang kabarnya mencapai 7 persen.

Hal ini akhirnya berdampak pada kenaikan harga daripada input produk kedelai itu sendiri.

Selain itu, terjadinya pengurangan tenaga kerja, kenaikan biaya sewa lahan, serta ketidakpastian cuaca di negara produsen kedelai juga mengakibatkan petani kedelai di Amerika Serikat menaikkan harga.

"Dari data Chicago Board of Trade (CBOT), harga kedelai pada minggu pertama Februari 2022 mencapai 15,77 dollar AS per bushel atau angkanya sekitar Rp 11.240 per kilogram (kg) kalau ditingkat importir dalam negeri," kata Oke.

Dalam hal ini, diperkirakan harganya akan terus mengalami kenaikan hingga Mei 2022 yang bisa mencapai 15,79 dollar AS per bushel.

Baca Juga: Manfaat Tempe, Ternyata Ampuh Singkirkan Kolestrol Jahat di Dalam Tubuh dalam Waktu Cepat

Selanjutnya, akan terjadi penurunan pada Juli 2022 ke angka 15,74 dollar AS per bushel di tingkat importir.

Oleh sebab itu, Oke mengungkapkan bahwa faktor di atas juga akan berdampak pada kenaikan harga kedelai di tingkat perajin tahu dan tempe di Indonesia.

"Dan hal ini akan mempengaruhi ujungnya adalah harga produk turunan dari kedelai, yang utama disini adalah harga tempe dan tahu," ujar Oke.

Berdasarkan data dari Gabungan Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia (Gakoptindo), saat ini harga kedelai mencapai Rp10.800 - Rp11.000 per kg. Sementara stok kedelai di importir saat ini sekitar 140.000 ton pada Februari dan akan masuk lagi 160.000 ton.