Pakai Baju Ketat Selama Hamil Mengapa Tidak Dianjurkan? Ini Alasannya

By Soesanti Harini Hartono, Senin, 7 Mei 2018 | 20:51 WIB
Perbedaan kehamilan di usia 20-an dan 30-an ()

Nakita.id.- Tak dimungkiri, ada banyak ibu hamil yang kerap mengenakan pakaian ketat.

Alasannya sederhana, selain ingin terlihat lebih modis, pakaian ketat cenderung membuat ibu hamil terlihat lebih menarik ketimbang mengenakan pakaian yang kebesaran.

Contohnya artis Kim Kadarshian yang hobi banget pakai baju ketat selama kehamilannya. Alasannya selain modis, dia bangga mempertontonkan kehamilannya. 

Hmm, mungkin dari sisi gaya ada benarnya.  Sayangnya, bila Moms melihat dari sisi kesehatan, efek samping yang ditimbulkan tidaklah sederhana, sehingga mengenakan pakaian ketat selama hamil dinilai sebagai pilihan kurang tepat.

“Pakaian ketat bagi sebagian orang bertujuan untuk membuat badan terlihat modis dan menarik.

Ini merupakan tren tersendiri bagi masyarakat di mana pun di dunia. Namun, pakaian ketat tidak aman digunakan oleh perempuan hamil karena berbagai alasan,” ucap dr. Farah Dina, SpOG dari Rumah Sakit Hermina Bogor

Berikut beberapa pertimbangan sebelum Moms mengenakan pakaian terlalu ketat:

BACA JUGA: Hal Mengerikan Ini Terjadi Jika Pakai Baju Baru yang Belum Dicuci

# Pakaian ketat perlambat sirkulasi darah.

Pada trimester kedua dan ketiga terjadi peningkatan volume darah dari plasenta menuju janin.

Lewat darah, pasokan oksigen dan nutrisi disalurkan dari Moms menuju buah hati di kandungan.

Nah, saat Moms mengenakan pakaian ketat, terutama di bagian perut dan kaki, bisa menghambat sirkulasi darah dan membuat tekanan darah Moms menurun. Efeknya, aliran darah menuju janin jadi berkurang.

Bila aliran darah menuju janin berkurang, otomatis asupan oksigen dan nutrisi menuju janin juga berkurang.

Akibatnya, janin bisa kekurangan oksigen dan denyut jantungnya menjadi tidak teratur.

Bila dibiarkan berlarut, kondisi ini bisa mengarah pada gawat janin, yakni denyut jantung janin menjadi lemah karena kekurangan oksigen. Akibatnya, perkembangan janin menjadi jelek.

# Memicu sesak dan panas di dada.

Bila usia kandungan sudah mendekati akhir trimester kedua, heartburn merupakan salah satu kondisi yang lumrah terjadi pada sebagian ibu hamil.

Saat janin semakin besar, rahim semakin memenuhi rongga perut dan akan menekan lambung serta usus.

Selain menimbulkan rasa sesak, tekanan tersebut bisa membuat asam lambung lebih mudah naik.

Biasanya, saat makan terlalu banyak atau mengonsumsi makanan yang bisa memicu naiknya asam lambung, akan timbul sensasi sesak dan panas di sekitar dada menuju kerongkongan, kadang diikuti rasa kembung dan mual. Itulah yang dinamakan heartburn.

Penelitian yang dilakukan oleh California Pacific Medical Center’s Women & Infants Center menguak, mengenakan pakaian terlalu ketat, terutama di daerah dada hingga perut, dapat membuat ibu hamil gampang terserang heartburn.

BACA JUGA: Semasa Hidup Julia Perez Ingin Bangun Mushala, Ini Hasil Bangunannya

# Tingkatkan pertumbuhan jamur pada kulit dan vagina.

Penggunaan celana ketat di negara beriklim tropis, seperti Indonesia, membuat kulit sulit bernapas dan keringat menjadi tertahan, sehingga jamur menjadi lebih mudah berkembang.

Jamur pada kulit tentu akan membuat Moms menjadi tidak nyaman. Walau bisa diobati sesuai dengan anjuran dokter, alangkah lebih baik bila Moms bisa menjaga kesehatan kulit, sehingga tidak terpapar obat-obatan selama hamil.

Selain menginfeksi kulit, jamur juga bisa berkembang di daerah kelamin. Jika ini terjadi, biasanya Moms akan mengalami keputihan, yaitu keluarnya cairan dari vagina, berwarna putih atau kekuningan.

Keputihan akan menjadi bahaya bila cairan yang keluar berwarna kehijauan, berbau busuk, serta menimbulkan gatal.

Selain mengganggu kenyamanan, infeksi jamur pada daerah kelamin juga bisa menimbulkan efek bagi janin.

Bila tak ditangani dengan segera oleh dokter obgin, infeksi tersebut bisa naik ke rahim, yang akan menyebabkan penipisan selaput ketuban dan berakibat pada pecahnya ketuban.

Hal ini tentu saja tak diinginkan, mengingat usia kandungan yang belum cukup bulan, akan membahayakan kesehatan Moms dan janin.

# Berisiko timbulkan penyakit parestesia.

Parestesia adalah sensasi seperti kesemutan atau terbakar pada anggota tubuh. Hal ini bisa terjadi pada siapa pun, tidak hanya mamil.

Parestesia biasanya timbul bila seseorang mengenakan pakaian terlalu ketat lebih dari 4 jam, sebagai akibat adanya hambatan pada sirkulasi darah di dalam tubuh.

Bila kondisi ini terjadi, segera mengganti pakaian ketat dengan pakaian yang lebih longgar diikuti meluruskan anggota tubuh agar aliran darah kembali lancar.

Seperti telah dijelaskan sebelumnya, terhambatnya aliran darah pada ibu hamil bisa menghambat aliran darah menuju janin juga sehingga berisiko mengganggu kesehatan Moms dan janin.

BACA JUGA: Otak Juga Perlu Olahraga, Begini Caranya Agar Terhindar Dari Pikun

# Terjadi tight pants syndrome (TPS).

TPS ditandai dengan rasa nyeri pada perut, panas, dan sesak di dada, disertai naiknya asam lambung ke kerongkongan, terutama beberapa jam setelah makan.

TPS memiliki gejala yang sama dengan heartburn, namun TPS juga bisa ditandai dengan adanya rasa kesemutan, kram, hingga mati rasa di daerah kaki.

 TPS umumnya terjadi karena pemakaian celana yang terlalu ketat, baik celana dalam maupun celana panjang.

Bila dibiarkan, TPS bisa mengarah pada DVT (deep vein thrombosis), yaitu penyakit akibat terhambatnya aliran darah ke kaki karena celana yang terlalu ketat, sehingga terjadi penggumpalan darah di kaki.

Kondisi ini membuat penderita kesulitan berjalan atau mati rasa di kaki.

Nah, Moms, itu sejumlah risiko yang akan dialami jika mamil menggunakan pakaian/celana terlalu ketat.  (*)