Tingkatkan Skrining dan Diagnosis Gangguan Tiroid, Merck Umumkan Kolaborasi dengan IDI dan InaTA

By Shannon Leonette, Jumat, 26 Mei 2023 | 16:45 WIB
Bertepatan Hari Tiroid Sedunia 2023 pada Rabu kemarin (25/5/2023), PT Merck Tbk (Merck) bersama dengan Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) dan Pengurus Pusat Indonesian Thyroid Association (PP InaTA) menandatangani Nota Kesepahaman sehubungan dengan program RAISE Tiroid. (Dok. Press Release)

Nakita.id - Tiroid adalah kelenjar penting dalam tubuh manusia yang berperan dalam mengatur metabolisme dan kesehatan tubuh.

Hormon tiroid sangat diperlukan untuk membantu tubuh menggunakan energi agar tetap hangat, serta membuat otak, jantung, otot dan organ lainnya bekerja sebagaimana mestinya.

Namun berdasarkan data tahun 2022, prevalensi gangguan tiroid, khususnya hipotiroid, mencapai 12,4 juta orang dengan tingkat penanganan masih sangat rendah yakni 1,9% .

Padahal, dalam beberapa kasus hipotiroid dapat diturunkan dari ibu ke anaknya, yakni hipotiroid kongenital pada bayi baru lahir.

Hal ini dapat menyebabkan masalah kesehatan serius serta disabilitas intelektual.

Sedangkan, prevalensi hipertiroid sebanyak 13,2 juta dengan tingkat penanganan yang juga sangat rendah, hanya 6,2%.

Oleh karena itu, peningkatan kapabilitas tenaga kesehatan, khususnya dokter di semua multidisiplin ilmu tentang skrining dan diagnosis gangguan tiroid sedini mungkin.

Hal ini sangat penting untuk mencegah komplikasi masalah kesehatan serius lebih lanjut, serta memastikan layanan kesehatan berkualitas terkait penanganan gangguan tiroid dapat diberikan bagi seluruh masyarakat.

Hal ini hanya dapat terwujud melalui kolaborasi yang kuat antara berbagai pihak berkepentingan untuk mendorong peningkatan pemahaman mengenai gangguan tiroid.

Bertepatan dengan Pekan Kesadaran Tiroid Internasional (ITAW) dan Hari Tiroid Sedunia 2023 pada Rabu kemarin (25/5/2023), PT Merck Tbk (Merck) bersama dengan Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) dan Pengurus Pusat Indonesian Thyroid Association (PP InaTA) menandatangani Nota Kesepahaman sehubungan dengan program RAISE Tiroid.

Hal ini dilakukan sebagai bentuk komitmen bersama untuk terus meningkatkan kapabilitas dokter dan kesadaran masyarakat tentang pentingnya skrining juga diagnosis gangguan tiroid pada populasi dewasa berisiko tinggi.

Baca Juga: Idap Tiroid, Begini Cara Jessica Iskandar Jaga Kesehatan dan Atasi Stres di Tengah Permasalahan yang Dihadapi

Juga, skrining hipotiroid kongenital (SHK) pada bayi baru lahir, serta pengobatan hipertiroid dan hipotiroid di Indonesia.

Nota Kesepahaman ini ditandatangani oleh dr. Ulul Albab, Sp.OG (Sekretaris Jenderal PB IDI) dan Dr. dr. Tjokorda Gde Dalem Pemayun, Sp.PD, KEMD, FINASIM (Ketua PP InaTA).

Bersamaan dengan Evie Yulin (Presiden Direktur PT Merck Tbk) dan disaksikan oleh Rajiv Rana, MD (Head of Medical Affairs Asia Pacific Merck Group).

Nota Kesepahaman program RAISE Tiroid ditandatangani oleh dr. Ulul Albab, Sp.OG (Sekretaris Jenderal PB IDI) dan Dr. dr. Tjokorda Gde Dalem Pemayun, Sp.PD, KEMD, FINASIM (Ketua PP InaTA). Bersamaan dengan Evie Yulin (Presiden Direktur PT Merck Tbk) dan disaksikan oleh Rajiv Rana, MD (Head of Medical Affairs Asia Pacific Merck Group).

"Merck sebagai mitra bagi tenaga kesehatan, melihat adanya kebutuhan edukasi dan peningkatan kapabilitas dokter untuk dapat meningkatkan skrining dan diagnosis gangguan tiroid pada populasi dewasa berisiko tinggi dan bayi baru lahir di Indonesia," kata Evie Yulin.

"Hal ini sangat penting karena peran mereka sebagai lini terdepan yang memberikan layanan kesehatan langsung kepada masyarakat," lanjutnya mengatakan.

Evie mewakili Merck juga sangat mengapresiasi PB IDI dan PP InaTA yang telah menyambut baik upaya kerja sama dalam program RAISE Tiroid.

Program RAISE Tiroid ini merupakan bagian dari komitmen Merck Global, yang akan menjangkau sekitar 52.000 tenaga kesehatan serta menyelenggarakan skrining pada 3 juta populasi dewasa berisiko tinggi di 7.000 fasilitas kesehatan.

"Dengan demikian diharapkan pada tahun 2030 terapi penanganan hipotiroid dapat meningkat menjadi 5,5 kali lipat atau sebanyak 11% dari sebelumnya 1,9% pada 2022 dan hipertiroid menjadi 2,5 kali lipat sebanyak 15% dari sebelumnya 6,2% pada tahun 2022," harap Evie Yulin.

"Kami percaya dengan akses terhadap informasi yang tepat, para dokter dapat mengedukasi masyarakat dengan lebih baik," lanjutnya menjelaskan.

Berdasarkan pemaparan Evie Yulin, penandatangan nota kesepahaman program RAISE Tiroid ini merupakan bagian dari komitmen jangka panjang Merck untuk mendukung dan berperan aktif dalam pembangunan kesehatan, khususnya pada upaya penanganan penyakit gangguan tiroid di Indonesia.

Baca Juga: Jadi Korban Penipuan Rp10 M, Penyakit Tiroid Jessica Iskandar Kambuh Sampai Tak Bisa Hadiri Persidangan

"Sejak 2008, Merck Global telah bekerja sama dengan Thyroid Federation International (TFI) untuk meningkatkan kesadaran akan gangguan tiroid selama Pekan Kesadaran Tiroid Internasional yang diadakan setiap tahun antara tanggal 25-31 Mei. Selain itu, berbagai inisiatif multichannel yang dilakukan Merck Global antara lain dengan meluncurkan platform edukasi berkelanjutan bagi tenaga kesehatan profesional melalui hcp.merckgroup.com dan FlixMD (platform edukasi berbasis video)," kata Rajiv Rana.

"Sementara itu, untuk masyarakat umum bisa mengakses www.thyroidaware.com, portal online yang tersedia dalam 12 bahasa, termasuk bahasa Indonesia, untuk mempelajari mengenai penyakit tiroid dan memanfaatkan fitur pemeriksa gejala gangguan tiroid," lanjutnya menyampaikan.

Sesi talkshow mengenai fakta gangguan tiroid di Indonesia yang dibawakan oleh empat narasumber.

Mewakili PB IDI, dr. Agustina Puspitasari, Sp.Ok, SubSp.BioKO(K) menyampaikan pentingnya upaya untuk meningkatkan kapabilitas dokter di Indonesia untuk dapat melakukan deteksi dini gangguan tiroid.

Terutama pada populasi berisiko tinggi dan bayi baru lahir di daerah endemik.

"Untuk itu, kami sangat menghargai kolaborasi lintas sektor seperti yang dilakukan Merck ini untuk meningkatkan penanganan masalah gangguan tiroid di Indonesia. Kolaborasi ini membawa harapan baru bagi penanganan masalah tiroid di Indonesia," ungkap dr. Agustina yang menjabat sebagai Ketua Bidang Kajian Penanggulangan Penyakit Tidak Menular PB IDI.

"Melalui kolaborasi dan dukungan dari Merck ini kami berharap dapat meningkatkan pemahaman masyarakat, memperbaiki aksesibilitas skrining, dan memperkuat penatalaksanaan terpadu pasien dengan masalah gangguan tiroid di Indonesia," lanjutnya berharap.

Sementara itu, dr. Tjokorda mengatakan bahwa kebutuhan yang belum terpenuhi untuk diagnosis, terapi, dan evaluasi pasien gangguan fungsi tiroid di Indonesia masih belum optimal.

"Hal tersebut disebabkan oleh karena banyak aspek aspek antara lain: keterbatasan akses informasi, edukasi dari dokter, serta terbatasnya akses skirining awal dan pengobatan yang tepat," terang dr. Tjokorda yang menjabat sebagai Ketua Pengurus Pusat Indonesian Thyroid Association (PP InaTA)

"Untuk itu, diperlukan kolaborasi multidisiplin untuk menjembatani kerja sama dalam mengatasi tantangan skrining, penanganan dan pelayanan gangguan tiroid di Indonesia," lanjutnya.

Dengan adanya kolaborasi ini yang bermitra dengan Merck, dr. Tjokorda berharap agar pelayanan tiroid terpadu ke masyarakat akan bisa menjadi lebih optimal di masa depan.

Baca Juga: Periksa Lagi Kondisi Masing-masing, Cara Tubuh Berkeringat Dapat Menunjukkan Kesehatan yang Sebenarnya, Waspadai Gangguan Tiroid hingga Diabetes