Definisi Berani Membela Kebenaran dan Implementasi dalam Kehidupan, Rangkuman Materi PAI Kelas X Kurikulum Merdeka

By Aullia Rachma Puteri, Jumat, 1 September 2023 | 17:50 WIB
Definisi Berani Membela Kebenaran dan Implementasi dalam Kehidupan, materi PAI kelas X SMA Kurikulum Merdeka (Freepik.com)

Nakita.id - Berikut ini ringkasan materi PAI kelas X dalam Kurikulum Merdeka.

Kali ini, materi yang akan dibahas adalah definisi berani membela kebenaran dan implementasinya dalam kehidupan sehari-hari.

Berani dalam Islam sering disebut dengan istilah syaja’ah. Apa itu? Selengkapnya simak di sini.

Definisi Berani Membela Kebenaran

Menurut bahasa syaja’ah berarti berani atau gagah.

Sedangkan arti syaja’ah menurut istilah adalah keteguhan hati, kekuatan pendirian untuk membela kebenaran dengan cara yang ksatria dan terpuji.

Syaja’ah merupakan suasana bathiniah seseorang yang direalisasikan dalam sikap lahiriah untuk berani mengambil tindakan dengan penuh keyakinan dan siap dengan segala risikonya.

Keputusan untuk berani mengambil tindakan ini harus dilandaskan pada kebenaran dan keadilan, sesuai dengan norma agama, adat istiadat maupun hukum positif yang berlaku, agar mendapatkan rida dari Allah Swt.

Orang yang disebut dengan pemberani adalah orang yang tidak takut menghadapi apa pun demi membela kebenaran dan siap menerima risiko apa saja serta senantiasa takut untuk berbuat kesalahan.

Sedangkan yang disebut dengan penakut adalah orang yang justru merasa takut untuk membela kebenaran.

Padahal agama mengajarkan kepada setiap muslim untuk menjadi pembela kebenaran dan tidak takut terhadap apa pun kecuali kepada Allah SWT.

Dalam hal menyampaikan dan menegakkan kebenaran Rasulullah SAW. adalah teladan terbaik.

Baca Juga: Pentingnya Sikap Kontrol Diri, Contoh dan Hikmahnya dalam Kehidupan, PAI Kelas X Kurikulum Merdeka

Beliau tidak pernah merasa takut terhadap musuhmusuh yang menghalang-halanginya untuk menegakkan kebenaran.

Sikap seperti inilah yang seharusnya diteladani oleh setiap muslim, karena sesungguhnya tidak ada kekuatan yang sanggup mendatangkan manfaat atau mudarat terhadap siapa pun selain Allah SWT.

Implementasi Sikap Berani Membela Kebenaran dalam Kehidupan

a) Berani menghadapi musuh di medan pertempuran (jihad fii sabiilillah)

Dalam konteks ini, keberanian yang nyata adalah keberanian sebagaimana yang dicontohkan oleh generasi pertama umat Islam.

Mereka tidak takut menghadapi kematian, tidak terjebak pada hubbu ad-dunya dan lebih mencintai kehidupan akhirat, sehingga ketika datang panggilan jihad, maka mereka akan menyambut dengan semangat yang tinggi.

Namun dalam konteks kehidupan abad 21 saat ini, tentu saja jihad fii sabilillah tidaklah harus terjun langsung ke medan perang.

Namun jihad dalam bentuk amar ma’ruf nahiy munkar dengan cara menggelorakan semangat Islam yang ramah bukan Islam yang mudah marah, menanamkan nilai-nilai nasionalisme dan bela negara sesuai dengan konsep Islam rahmatan lil ‘alamin, dan lain sebagainya.

b) Berani mengatakan kebenaran

Pada tatanan kehidupan saat ini, tidak semua orang berani untuk menyampaikan kebenaran karena khawatir terhadap risiko yang akan ditanggungnya. Lebih banyak orang yang tampil menjadi pengecut, bermain aman dengan menyembunyikan kebenaran yang diketahuinya karena takut menghadapi risiko yang akan ditimbulkannya.

Sejatinya, jika ditinjau dari sisi manfaat dan kemuliaan terhadap harga diri seorang mukmin, maka mengatakan kebenaran adalah sebuah keharusan. Tentu saja dibutuhkan keberanian dan kesiapan menanggung segala dampak dan risiko yang akan ditimbulkan.

c) Berani menyimpan dan menjaga rahasia

Menjaga rahasia adalah perkara yang sangat penting tetapi sulit untuk dilakukan pada era kemajuan teknologi saat ini.

Tidak semua orang mampu menyimpan rahasia yang merupakan amanah yang harus senantiasa dijaga. Dalam hitungan detik, seseorang yang tidak amanah, akan mampu menebar aib dan rahasia orang lain dengan membuat broadcast message melalui media sosial.

Sehingga sikap berani menyimpan rahasia merupakan perkara yang sangat penting untuk menjaga kehormatan seseorang termasuk untuk menjaga keberlangsungan dakwah islamiyah jika rahasia tersebut terkait dengan kehormatan Islam.

Baca Juga: Membiasakan Perilaku Kontrol Diri, Mulai dari Artinya hingga Implementasinya dalam Kehidupan Sehari-hari, PAI Kelas X Kurikulum Merdeka

d) Memiliki daya tahan tubuh yang kuat

Seseorang yang memiliki keberanian, haruslah diimbangi dengan daya tahan tubuh yang besar, karena ia akan menghadapi kesulitan, penderitaan dan risiko yang akan terjadi.

Contoh peristiwa yang dialami Bilal bin Rabah yang memiliki daya tahan tubuh yang luar biasa dalam menghadapi siksaan kaum Quraisy demi mempertahankan akidah dan keyakinan Islam dalam dirinya.

Dalam era modern saat ini pun, seorang muslim yang berani mengatakan dan membela kebenaran harus menyiapkan energi ekstra, karena bisa jadi ia akan mendapat tekanan, ancaman dan juga serangan baik fisik maupun psikis sehingga diperlukan energi ekstra untuk menghadapi orang-orang yang tidak senang terhadap keberaniannya.

e) Mampu mengendalikan hawa nafsu

Rasulullah Saw. telah bersabda bahwa orang yang disebut pemberani, bukanlah orang yang kuat berkelahi, melainkan orang yang mampu mengendalikan nafsunya dengan baik karena menghindari murka dan berharap berkah dari Allah SWT.

Seseorang yang mampu mengendalikan nafsunya sedangkan ia memiliki kesempatan untuk melampiaskan, maka ia dapat digolongkan sebagai seorang yang pemberani. Sebagai contoh seorang penguasa yang dengan kekuasaannya ia bahkan mampu memberikan instruksi untuk menindak tegas orang-orang yang mencaci maki dan menghinanya.

Namun tatkala ia mampu mengendalikan diri dan menahan dengan tetap melaksanakan kewajibannya sebagai seorang pemimpin yang adil dan bijaksana bagi seluruh rakyatnya, maka ia termasuk golongan pemimpin yang berhasil mengendalikan hawa nafsunya.

f) Berani mengakui kesalahan

Mengakui kesalahan bukanlah persoalan yang mudah. Dibutuhkan keberanian tersendiri agar memiliki jiwa yang besar dan hati yang lapang untuk mengakui kesalahan.

Tidak sedikit orang yang memilih untuk mengelak dan mengingkari kesalahan dan justru menimpakan kesalahan tersebut kepada orang lain. Contoh dalam kehidupan, tidak ada seorang pun yang tidak pernah berbuat kesalahan, karena manusia adalah tempatnya salah dan lupa.

Sehingga berbuat kesalahan merupakan sesuatu yang manusiawi, dan meminta maaf merupakan sebuah amalan yang mulia karena tidak semua orang sanggup melakukannya.

g) Berani objektif menilai diri sendiri

Setiap muslim harus mampu melakukan muhasabah dan introspeksi ke dalam dirinya masing-masing untuk melihat kekurangan dan kelebihan diri sendiri sebelum melihat dan menilai orang lain. Berani bersikap objektif berarti berani jujur terhadap dirinya sendiri.

Orang yang mampu bersikap objektif akan mampu mengenali potensi, memahami kekurangan dan kelebihannya sendiri, mampu mengambil keputusan dan solusi atas setiap persoalan dengan mengukur kemampuannya sendiri serta mampu menentukan strategi agar sukses dalam kehidupan dunia maupun kehidupan akhirat.

Baca Juga: Menghindarkan Diri dari Sifat Temperamental (Ghadab), Rangkuman Materi PAI Kelas X Kurikulum Merdeka