Cara Memperbaiki Pola Makan untuk Anak Terhindar dari Stunting, Ini Penjelasan WHO

By Shannon Leonette, Selasa, 21 Mei 2024 | 08:48 WIB
Ketika anak sudah mulai dikenalkan pada MPASI, penting sekali bagi Moms untuk terus memperbaiki pola makannnya agar anak bisa terhindar dari risiko stunting. (Pixabay)

Nakita.id - Stunting masih menjadi permasalahan di Indonesia.

Menurut Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2022, prevalensi stunting di Indonesia adalah 21,6 persen.

Ini merupakan penurunan dari 24,4 persen pada tahun 2021.

Akan tetapi, angka ini masih tinggi dan jauh dari target penurunan stunting yakni 14 persen pada tahun 2024.

Sebagai informasi, stunting merupakan masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh kurangnya asupan gizi dalam waktu yang cukup lama.

Salah satu tanda yang bisa dikenali adalah tinggi badan anak yang lebih rendah dibandingkan anak-anak seusianya.

Meski faktor genetika juga bermain dalam tinggi badan, perlu diketahui bahwa pengaruhnya sangat kecil dibandingkan dengan faktor lingkungan dan pelayanan kesehatan.

Selain itu, anak juga akan mengalami kesulitan dalam perkembangan fisik maupun kognitif yang optimal.

Jika masalah ini terus berlanjut, maka Indonesia akan sulit menghasilkan generasi emas seperti yang sudah dicita-citakan pemerintah.

Maka dari itu, stunting harus dicegah sedini mungkin atau tepatnya saat 1.000 hari pertama kehidupan.

Masa 1.000 hari pertama kehidupan ini dimulai dari saat anak berada dalam kandungan hingga berusia dua tahun setelah lahir.

Baca Juga: Peran ASI Eksklusif untuk Mencegah Stunting pada Bayi Baru Lahir

Pada usia 0-6 bulan, anak wajib mendapat ASI eksklusif.

Setelahnya, anak wajib dikenalkan pada MPASI dan masih lanjut menyusui hingga dua tahun.

Namun sayangnya, tak sedikit Moms yang mungkin mengabaikan pola makan yang tepat untuk mencegah stunting ini.

Sehingga, penting sekali bagi Moms untuk mulai memperbaiki pola makan agar anak tidak mengalami stunting kedepannya.

Melansir laman Ditjen Yankes - Kementerian Kesehatan, WHO memberikan praktek pemberian makan pada 1.000 hari pertama kehidupan.

Yakni dengan memperhatikan empat prinsip, diantaranya tepat waktu, adekuat, aman dan higienis, serta diberikan secara responsif.

Berikut penjelasan selengkapnya.

Praktek Pemberian Makan untuk Mencegah Stunting

1. Tepat Waktu

ASI eksklusif wajib diberikan pada bayi sampai berusia enam bulan.

Kemudian, saat bayi berusia enam bulan ke atas, nutrisi dari ASI saja tidak lagi cukup untuk memenuhi kebutuhan energi dan zat gizi, sehingga harus mulai dikenalkan pada MPASI.

Sementara itu, ASI tetap dilanjutkan sampai bayi berusia 24 bulan.

2. Adekuat

MPASI yang adekuat berarti jumlah makanan sesuai dengan kebutuhan energi bayi.

Baca Juga: Mengetahui Gejala Stunting Panduan Kemenkes Terbaru untuk Penanganan

Pada usia 6-8 bulan, bayi membutuhkan tambahan 200 kcal per hari.

Kemudian di usia 9-12 bulan, bayi membutuhkan 300 kcal per hari.

Lalu, 550 kcal per hari untuk anak usia 12-24 bulan.

Tak hanya itu, konsistensi makanan juga mulai meningkat dari makanan lumat pada awal pemberian, makanan lembek, hingga makanan keluarga.

Namun perlu diingat, makanan keluarga ini harus dengan potongan atau tekstur yang sesuai dengan usianya agar tidak tersedak.

Frekuensi makannya juga dimulai dengan 2-3 kali per hari dengan porsi 2-3 sendok makan tiap pemberian.

Kemudian, ditingkatkan secara bertahap sampai menghabiskan setengah mangkok 250 ml.

Pada usia 12 bulan, anak sudah dapat diberikan makan 3-4 kali per hari dan sudah dapat menghabiskan 3/4 mangkuk 250 ml.

Bayi dapat diberikan camilan sebanyak 1-2 kali sehari atau sesuai nafsu makan bayi.

Jenis makanan yang harus ada dalam MPASI adalah makanan pokok dengan sumber protein hewani, juga sumber vitamin.

Makanan pokok bisa didapatkan dari beras, kentang, dan sagu.

Baca Juga: Mengapa Stunting Terjadi pada Anak dari Ibu yang Kurang Pendidikan?

Sedangkan, sumber protein hewani bisa didapat dari daging, ikan, hati, telur, produk susu (keju, yogurt).

Lalu, sumber vitamin berasal dari sayuran atau buah-buahan tapi dalam jumlah sedikit.

3. Aman dan Higienis

Selama menyiapkan MPASI, Moms juga harus memperhatikan kebersihan peralatan makan.

Mulai dari gelas, mangkok, hingga sendok yang harus dicuci terlebih dahulu sebelum digunakan.

Selain itu, Moms juga harus mencuci tangan terlebih dahulu sebelum menyiapkan dan memberikan makanan, menyimpan makanan di lemari es, atau segera setelah makanan disiapkan.

Gunakan juga bahan makanan yang segar dan air bersih untuk mengolah makanan.

4. Diberikan Secara Responsif

Memberikan makanan secara renponsif berarti, orangtua menentukan kapan, di mana, dan apa yang dimakan anak.

Anak juga yang menetukan berapa banyak yang akan dimakannya.

Maka dari itu, Moms perlu mengatur jadwal sesuai dengan sinyal lapar kenyang anak dan membimbing makan anak untuk makan secukupnya.

Hindari mengontrol atau memaksa anak untuk menghabiskan makanannya, ya.

Selain itu, Moms juga perlu berbicara positif tentang makanan dan memberikan pujian saat anak berperilaku makan baik. Semoga membantu!

Baca Juga: Tanda Wilayah yang Berisiko Memiliki Banyak Anak Stunting dan Risikonya