Larangan Promosi Susu Formula dari Pemerintah, AIMI Ungkap Ada Solusi Bagi Ibu Menyusui dengan Kondisi Khusus

By Cynthia Paramitha Trisnanda, Selasa, 6 Agustus 2024 | 14:30 WIB
Pengganti susu formula untuk bayi pada ibu menyusui dengan kondisi tertentu (Freepik)

Nakita.id - Larangan pemerintah terkait promosi penjualan susu formula belum lama ini hampir bersamaan dengan perayaan Hari ASI Sedunia 2024.

Oleh sebab itu, Sekretaris Jenderal Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia (AIMI) Lianita Prawindarti ikut angkat bicara terhadap langkah pemerintah tersebut.

Menurutnya, tentu tidak semua ibu mampu memberi Air Susu Ibu (ASI) eksklusif kepada anak-anaknya.

Terkadang, halangannya terdapat pada kondisi medis tertentu.

Alhasil, mereka menggunakan susu formula sebagai pengganti ASI.

Produk pengganti ASI ini dirasa tepat bagi ibu yang ingin memberikan ASI, tetapi punya masalah khusus.

Akan tetapi, Sekretaris Jenderal Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia (AIMI) Lianita Prawindarti mengatakan, ibu harus dipastikan apakah benar menggunakan susu formula karena indikasi medisnya.

Hal tersebut untuk mencegah penggunaan susu formula semata-mata sebagai pengganti ASI karena ibu merasa tidak mencukupi, tanpa mencari solusi lain yang lebih sehat.

“Misalnya, kalau ibu harus menjalani pengobatan radiasi kanker, kalau sudah selesai menjalani pengobatan dia bisa menyusui lagi,” ujar dia dalam konferensi pers “Pekan Menyusui Dunia 2024” melalui Zoom, Rabu (31/7/2024).

Ia menambahkan, jika ibu merasa ASI kurang, salah satu yang bisa dilakukan untuk mengatasinya adalah melakukan pijat oksitoin untuk merangsang hormon oksitosin.

Untuk diketahui, ada dua hormon yang bekerja dalam produksi ASI, yaitu prolaktin dan oksitosin.

Baca Juga: Pekan Menyusui Dunia 2024, AIMI Ajak Masyarakat Beri Dukungan Positif untuk Ibu Menyusui

Hormon prolaktin bertugas untuk memproduksi ASI, sementara oksitosin memengaruhi kelancaran ASI. Keduanya berkaitan satu sama lain.

Menurutnya, produksi ASI terjadi berdasarkan “supply and demand”.

Semakin banyak permintaan dari bayi, tubuh seorang ibu membacanya sebagai pemenuhan kebutuhan ASI.

Oleh karena itu, jika ibu tidak pernah memerah ASI atau menyusui bayi, alias selalu menomor duakan kegiatan tersebut, produksinya bisa menjadi tidak konsisten.

Tidak hanya berkurang, tetapi lambat laun bisa berhenti.

Lianita melanjutkan, indikasi medis yang mengharuskan ibu menggunakan susu formula sebenarnya cukup sedikit.

“Kalau harus menyusui karena indikasi medis, harus dilakukan dengan tepat. Seperti obat, kapan (susu formula) dipakai, berapa lama dipakainya, seberapa banyak, itu harusnya diawasi,” tutur dia.

Jadi, susu formula tidak digunakan sepanjang waktu melainkan sesuai kebutuhan.

Ketika sudah tidak ada indikasi medis, sebaiknya ibu kembali memberikan ASI eksklusif.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "AIMI: Penggunaan Susu Formula Tak Semata Pengganti ASI"

Baca Juga: Bagaimana Cara Mengganti Susu Formula pada Anak Stunting? Ini Panduannya