Mengapa Angka Stunting di Indonesia Masih Tinggi? Ini Penjelasannya

By Cynthia Paramitha Trisnanda, Rabu, 7 Agustus 2024 | 17:30 WIB
Angka stunting di Indonesia masih tinggi (NAKITA/Cynthia )

Nakita.id - Stunting merupakan masalah kesehatan yang serius di Indonesia.

Meskipun berbagai upaya telah dilakukan untuk mengatasi masalah ini, angka stunting di Indonesia masih tergolong tinggi.

Stunting adalah kondisi di mana anak mengalami gangguan pertumbuhan sehingga memiliki tinggi badan yang lebih pendek dibandingkan anak seusianya.

Kondisi ini disebabkan oleh kurangnya asupan gizi dalam jangka waktu lama, terutama pada periode 1.000 hari pertama kehidupan, yang meliputi masa kehamilan hingga anak berusia dua tahun.

Statistik Stunting di Indonesia

Menurut data dari Kementerian Kesehatan, pada tahun 2022, prevalensi stunting di Indonesia masih sekitar 24,4%.

Meskipun ada penurunan dari tahun-tahun sebelumnya, angka ini masih jauh dari target pemerintah untuk menurunkan prevalensi stunting menjadi 14% pada tahun 2024.

Tingginya angka stunting ini menunjukkan bahwa masalah gizi di Indonesia masih belum sepenuhnya teratasi.

Faktor-Faktor Penyebab Stunting Masih Tinggi di Indonesia

1. Kurangnya Akses terhadap Pangan Bergizi

Keterbatasan Akses: Di beberapa wilayah di Indonesia, terutama di daerah terpencil dan pedesaan, akses terhadap pangan yang bergizi masih sangat terbatas.

Masyarakat di daerah ini sering kali bergantung pada pangan pokok yang tidak kaya akan nutrisi, seperti beras atau singkong, yang mengandung kalori tetapi rendah kandungan gizi mikro seperti vitamin dan mineral.

Ekonomi: Tingkat kemiskinan yang tinggi juga menyebabkan banyak keluarga tidak mampu membeli makanan yang bergizi, sehingga anak-anak mereka rentan mengalami kekurangan gizi yang berujung pada stunting.

2. Pola Asuh dan Pemahaman Gizi yang Kurang

Keterbatasan Edukasi: Banyak orang tua yang belum memiliki pengetahuan yang memadai tentang pentingnya asupan gizi yang seimbang untuk anak-anak mereka, terutama selama 1.000 hari pertama kehidupan.

Baca Juga: Selain pada Kehamilan, Stunting juga Bisa Terjadi karena Beberapa Hal Ini

Pola asuh yang tidak tepat, seperti pemberian makanan pendamping ASI (MPASI) yang tidak memadai dalam hal gizi, turut berkontribusi terhadap tingginya angka stunting.

Budaya dan Kebiasaan: Di beberapa daerah, kebiasaan dan tradisi tertentu, seperti keterlambatan pemberian MPASI atau kepercayaan bahwa makanan tertentu tidak baik untuk bayi, juga mempengaruhi pola makan anak dan berpotensi menyebabkan stunting.

3. Masalah Kesehatan dan Sanitasi

Penyakit Menular: Anak-anak yang sering mengalami penyakit menular, seperti diare atau infeksi saluran pernapasan, lebih rentan mengalami stunting karena penyakit ini mengganggu penyerapan nutrisi.

Kondisi sanitasi yang buruk dan kurangnya akses terhadap air bersih juga meningkatkan risiko penyakit ini.

Kesehatan Ibu: Kesehatan ibu selama kehamilan sangat mempengaruhi perkembangan janin.

Ibu hamil yang kekurangan gizi atau menderita penyakit tertentu lebih mungkin melahirkan bayi dengan berat badan rendah, yang merupakan salah satu faktor risiko stunting.

4. Kurangnya Pelayanan Kesehatan dan Intervensi Gizi

Akses ke Layanan Kesehatan: Di beberapa wilayah, terutama di daerah terpencil, akses ke layanan kesehatan yang memadai masih menjadi tantangan.

Hal ini termasuk kurangnya fasilitas kesehatan, tenaga medis, dan program intervensi gizi yang tepat sasaran.

Kualitas Pelayanan: Selain akses, kualitas pelayanan kesehatan dan intervensi gizi juga masih perlu ditingkatkan.

Tidak semua petugas kesehatan memiliki pemahaman yang cukup tentang pencegahan dan penanganan stunting, sehingga upaya untuk mengatasi masalah ini belum maksimal.

5. Kebijakan dan Program yang Belum Optimal

Koordinasi dan Implementasi: Meskipun pemerintah telah meluncurkan berbagai program untuk mengatasi stunting, koordinasi antar lembaga dan implementasi program-program tersebut di lapangan masih sering mengalami kendala.

Baca Juga: Usia Berapa Anak Terlihat Mengalami Stunting? Apa Faktor Risikonya?

Selain itu, keberhasilan program ini seringkali tergantung pada ketersediaan anggaran dan prioritas di tingkat daerah.

Pemantauan dan Evaluasi: Kurangnya pemantauan dan evaluasi yang tepat terhadap program-program penanganan stunting juga membuat upaya penurunan angka stunting menjadi kurang efektif.

Langkah-Langkah untuk Mengatasi Stunting di Indonesia

Untuk menurunkan angka stunting di Indonesia, diperlukan upaya yang lebih terkoordinasi dan menyeluruh, termasuk:

1. Peningkatan Akses terhadap Pangan Bergizi

Pemerintah perlu memastikan ketersediaan dan keterjangkauan pangan bergizi, terutama di daerah-daerah yang rawan stunting.

Program bantuan pangan dan pemberdayaan ekonomi keluarga miskin bisa menjadi solusi.

2. Edukasi dan Perubahan Perilaku

Kampanye edukasi tentang pentingnya gizi seimbang dan pola asuh yang tepat perlu diperluas, dengan melibatkan masyarakat secara aktif.

Program edukasi ini harus mudah dipahami dan disesuaikan dengan budaya setempat.

3. Peningkatan Kualitas Layanan Kesehatan

Memperkuat sistem kesehatan, terutama di daerah terpencil, dengan meningkatkan jumlah dan kualitas tenaga medis serta fasilitas kesehatan.

Program intervensi gizi yang lebih fokus dan berbasis bukti juga harus diterapkan.

4. Perbaikan Sanitasi dan Akses Air Bersih

Upaya peningkatan sanitasi dan akses air bersih harus terus dilakukan untuk mencegah penyakit yang dapat memperburuk kondisi gizi anak.

5. Pemantauan dan Evaluasi Program

Diperlukan pemantauan yang lebih ketat dan evaluasi yang terus menerus terhadap program-program penanganan stunting untuk memastikan efektivitasnya.

Baca Juga: Alasan Mengapa Kondisi Stunting Dapat Mengganggu Daya Tahan Tubuh

Dukungan dari berbagai pihak, termasuk pemerintah daerah, lembaga swadaya masyarakat, dan sektor swasta, juga sangat diperlukan.

Kesimpulan

Stunting masih menjadi masalah serius di Indonesia karena berbagai faktor kompleks yang saling berkaitan, mulai dari kurangnya akses terhadap pangan bergizi, pola asuh yang kurang tepat, hingga masalah kesehatan dan sanitasi.

Untuk mengatasi masalah ini, diperlukan pendekatan yang holistik dan terkoordinasi dengan baik, serta komitmen kuat dari semua pihak untuk memastikan setiap anak di Indonesia mendapatkan asupan gizi yang memadai dan tumbuh dengan sehat.