Bagaimana Pengaruh Stunting pada Tumbuh Kembang Anak Masa Sekolah?

By Cynthia Paramitha Trisnanda, Kamis, 8 Agustus 2024 | 12:30 WIB
Pengaruh stunting pada anak usia sekolah (Freepik)

Nakita.id - Stunting, yang diartikan sebagai kondisi di mana anak mengalami pertumbuhan fisik yang terhambat akibat kekurangan gizi kronis pada masa 1000 hari pertama kehidupan, memiliki dampak jangka panjang yang serius terhadap perkembangan anak, termasuk pada masa sekolah.

Kondisi ini tidak hanya memengaruhi tinggi badan anak, tetapi juga berdampak pada perkembangan kognitif, emosi, dan sosialnya.

Berikut ini adalah beberapa pengaruh stunting pada masa sekolah anak yang perlu diwaspadai, mengutip dari berbagai sumber.

Pengaruh Stunting pada Anak Usia Sekolah

1. Performa Akademis yang Rendah

Stunting sangat berkaitan dengan perkembangan otak yang tidak optimal.

Anak-anak yang mengalami stunting seringkali menunjukkan keterlambatan dalam kemampuan kognitif, seperti membaca, berhitung, dan kemampuan berpikir logis.

Ini bisa berdampak langsung pada prestasi akademis mereka di sekolah, membuat mereka lebih sulit untuk bersaing dengan teman sebayanya.

2. Kesulitan Konsentrasi dan Daya Ingat

Penelitian menunjukkan bahwa stunting dapat memengaruhi fungsi kognitif otak, termasuk kemampuan konsentrasi dan daya ingat.

Anak-anak stunting mungkin lebih cepat merasa lelah dan sulit berkonsentrasi dalam pelajaran, yang mengakibatkan mereka kesulitan untuk menyerap materi yang diajarkan.

Ini bisa mengurangi motivasi belajar dan menurunkan performa akademis.

3. Masalah Emosi dan Sosial

Stunting tidak hanya memengaruhi fisik dan kognitif, tetapi juga aspek emosional dan sosial anak.

Anak yang mengalami stunting mungkin lebih rentan terhadap masalah emosional, seperti rendahnya rasa percaya diri, kecemasan, atau depresi.

Baca Juga: Mengapa Angka Stunting di Indonesia Masih Tinggi? Ini Penjelasannya

Mereka juga mungkin merasa berbeda dari teman-temannya karena perawakan yang lebih pendek, yang bisa mengarah pada masalah sosial seperti perundungan atau isolasi sosial.

4. Pertumbuhan Fisik yang Tidak Optimal

Anak yang mengalami stunting memiliki pertumbuhan fisik yang tertinggal dibandingkan teman sebayanya.

Kondisi ini bisa mempengaruhi partisipasi mereka dalam aktivitas fisik di sekolah, seperti olahraga.

Keterbatasan fisik ini mungkin membuat mereka merasa tidak percaya diri atau bahkan enggan untuk berpartisipasi, yang pada akhirnya dapat memengaruhi perkembangan sosial dan kesehatan fisik mereka.

5. Risiko Kesehatan Jangka Panjang

Stunting juga dikaitkan dengan peningkatan risiko penyakit kronis di kemudian hari, seperti diabetes, hipertensi, dan penyakit jantung.

Anak yang stunting cenderung memiliki daya tahan tubuh yang lebih rendah, sehingga mereka lebih rentan terhadap infeksi dan penyakit.

Hal ini bisa menyebabkan mereka sering absen dari sekolah, yang tentu akan berdampak negatif pada prestasi akademis mereka.

6. Keterbatasan dalam Kemampuan Berpikir Kritis dan Kreativitas

Kemampuan berpikir kritis dan kreativitas seringkali terganggu pada anak yang mengalami stunting.

Mereka mungkin menghadapi kesulitan dalam memecahkan masalah, berpikir secara kreatif, atau beradaptasi dengan perubahan.

Ini bisa membatasi potensi mereka dalam mencapai prestasi akademis yang lebih tinggi atau berinovasi dalam tugas-tugas sekolah.

7. Keterbatasan Peluang Masa Depan

Pengaruh stunting tidak berhenti pada masa sekolah saja.

Baca Juga: Selain pada Kehamilan, Stunting juga Bisa Terjadi karena Beberapa Hal Ini

Dampak jangka panjang dari stunting dapat memengaruhi peluang masa depan anak dalam hal pendidikan lanjutan, karier, dan kualitas hidup secara keseluruhan.

Anak yang stunting mungkin memiliki peluang yang lebih kecil untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi atau untuk mendapatkan pekerjaan yang layak, yang pada akhirnya dapat mempengaruhi kesejahteraan ekonomi mereka di masa depan.

Upaya Penanganan dan Pencegahan

Pencegahan dan penanganan stunting harus dimulai sejak dini, terutama pada 1000 hari pertama kehidupan, yaitu dari masa kehamilan hingga anak berusia dua tahun.

Beberapa langkah yang dapat dilakukan antara lain:

- Pemberian ASI Eksklusif

Memberikan ASI eksklusif selama enam bulan pertama dan dilanjutkan dengan pemberian makanan pendamping ASI yang bergizi.

- Pemantauan Tumbuh Kembang

Rutin memeriksa pertumbuhan dan perkembangan anak ke posyandu atau fasilitas kesehatan untuk mendeteksi dini adanya masalah gizi.

- Pemberian Suplemen Gizi

Jika diperlukan, pemberian suplemen seperti vitamin dan mineral dapat membantu memastikan anak mendapatkan nutrisi yang cukup.

- Pendidikan Gizi untuk Orang Tua

Memberikan edukasi kepada orang tua tentang pentingnya gizi seimbang dan pola makan sehat bagi anak.

Baca Juga: Usia Berapa Anak Terlihat Mengalami Stunting? Apa Faktor Risikonya?