Berat Badan dan Tinggi Badan Anak Stunting: Pentingnya Pemantauan dan Penanganan Dini

By Cynthia Paramitha Trisnanda, Selasa, 20 Agustus 2024 | 14:30 WIB
Berat badan dan tinggi badan anak stunting (Dok. Nakita)

Kekurangan Gizi: Anak yang tidak mendapatkan cukup asupan nutrisi, terutama selama 1.000 hari pertama, berisiko tinggi mengalami stunting.

Infeksi Berulang: Penyakit infeksi yang sering terjadi pada anak-anak seperti diare dan infeksi saluran pernapasan dapat mengganggu penyerapan nutrisi dan menyebabkan kekurangan gizi.

Kurangnya Asupan Makanan Bergizi: Makanan yang rendah kandungan zat besi, protein, vitamin, dan mineral lainnya bisa menyebabkan anak tidak mendapatkan nutrisi yang cukup untuk tumbuh dengan optimal.

Sanitasi dan Kebersihan yang Buruk: Kondisi lingkungan yang tidak sehat, seperti air yang terkontaminasi dan sanitasi yang buruk, juga berperan dalam terjadinya stunting.

4. Dampak Jangka Panjang Stunting

Anak yang mengalami stunting berisiko menghadapi berbagai dampak jangka panjang, termasuk:

Keterlambatan Perkembangan Kognitif: Anak yang stunting cenderung memiliki kemampuan belajar yang lebih rendah dan kesulitan dalam memahami pelajaran di sekolah.

Penurunan Produktivitas: Saat dewasa, anak yang stunting mungkin mengalami penurunan produktivitas kerja karena fisik yang tidak optimal.

Risiko Penyakit Kronis: Stunting juga meningkatkan risiko penyakit kronis di kemudian hari, seperti diabetes dan penyakit jantung.

5. Pentingnya Pemantauan Berat Badan dan Tinggi Badan

Pemantauan berat badan dan tinggi badan anak secara rutin sangat penting untuk mendeteksi adanya tanda-tanda stunting sedini mungkin.

Orang tua dan tenaga kesehatan perlu bekerja sama dalam mengukur dan memantau pertumbuhan anak.

Dengan memantau berat dan tinggi badan secara berkala, langkah-langkah intervensi dapat segera diambil untuk mengatasi masalah gizi sebelum berkembang menjadi lebih serius.

Baca Juga: Jadi Tempat Strategis, Begini Upaya Pencegahan Stunting yang Dilakukan di PAUD