Mengatur Jarak Kelahiran dengan Perencanaan yang Tepat, Seperti Apa Jarak Ideal?

By David Togatorop, Sabtu, 21 Desember 2024 | 10:05 WIB
Mengatur jarak kelahiran turut menjaga kesehatan ibu. (Pixabay)

Nakita.id - Istilah “kejar setoran” kerap digunakan untuk menggambarkan pasangan suami istri yang ingin segera memiliki anak lagi setelah kelahiran anak pertama.

Beberapa pasangan beralasan ingin “sekalian capek” mengurus beberapa balita sekaligus, sementara lainnya percaya bahwa “banyak anak banyak rezeki.”

Namun, di tengah meningkatnya kesadaran akan pentingnya perencanaan keluarga, mengatur jarak kelahiran menjadi langkah yang sangat penting untuk menjaga kesehatan ibu dan anak serta kesejahteraan keluarga.

Penelitian menunjukkan bahwa jarak kelahiran ideal antara anak pertama dan berikutnya adalah 2–4 tahun.

Interval ini memberikan waktu bagi ibu untuk memulihkan kesehatan pasca melahirkan, memberikan perhatian maksimal kepada anak pertama, serta memastikan stabilitas psikologis dan kesejahteraan keluarga.

Sebaliknya, jarak kelahiran yang terlalu dekat dapat menimbulkan berbagai risiko. Ibu lebih rentan mengalami anemia, preeklamsia, dan eklamsia, sementara bayi yang dilahirkan memiliki risiko keguguran, kelahiran prematur, atau pertumbuhan yang terhambat.

Semua risiko ini, jika tidak ditangani dengan tepat, dapat berujung pada komplikasi serius.

Dampak Jarak Kelahiran Terlalu Dekat

Dampak jarak kelahiran yang terlalu dekat tidak hanya terbatas pada kesehatan ibu dan bayi, tetapi juga pada hubungan antar anggota keluarga.

Anak pertama sering kali merasa kurang diperhatikan karena orang tua harus membagi perhatian untuk merawat bayi yang baru lahir.

Hal ini dapat memicu kecemburuan dan pertikaian antar saudara yang dikenal sebagai sibling rivalry

Baca Juga: Mengapa Makanan Bisa Mempengaruhi Kelahiran Stunting?