Mengenal Seluk Beluk Donor ASI

By desi, Jumat, 27 November 2015 | 05:35 WIB
Mengenal Seluk Beluk Donor ASI (desi)

ASI merupakan standar emas makanan bayi. Yakinlah, ibu dapat memberikan ASI pada si buah hati. Bagaimana bila tidak memungkinkan? Cari donor ASI.

Semua organisasi kesehatan di internasional seperti WHO, AAP (American Academy of Pediatrics), AAFP (American Academy of Family Physician) , dan organisasi lainnya sepakat, ASI adalah standar emas makanan bayi. Tidak ada susu formula buatan manusia yang kandungan gizinya dapat menyamai ASI. Untuk itu, sedapat mungkin berikan ASI pada si kecil. Meski begitu, dalam kasus  atau kondisi tertentu, Mama tidak dapat atau bahkan tidak boleh memberikan ASI. Dalam kondisi tersebut, mencari donor ASI menjadi pilihan.

Hanya saja, perlu ditekankan, mencari donor tetap menjadi alternatif kedua setelah Mama berusaha maksimal memberikan ASI, baik secara langsung atau ASI perah kepada si kecil, tapi berujung pada kegagalan. Bukan apa-apa, banyak Mama menyusui  yang sehat serta bayinya pun sehat serta cukup bulan  ‘menyerah’ di awal, alias langsung buru-buru meminta ASI donor tanpa mengupayakan manajemen laktasi semaksimal mungkin. Manajemen laktasi yang utama meliputi posisi dan pelekatan serta teknik memerah, baik itu memerah menggunakan tangan (hand expression) maupun menggunakan alat perah (breast pump) , juga apabila Mama dan bayi masih kesulitan menyusu maka teknik pemberian ASI perah juga perlu dikuasai. Kondisi Mama dan bayi akan menentukan apakah suplementasi (meminta ASI dari donor) bersifat sementara  atau  menetap.

Lalu kondisi bayi seperti apa yang memerlukan suplementasi?  Berikut beberapa di antaranya :

1. Berat badan bayi turun >10% setelah hari ke-5 kelahiran karena berbagai sebab.

2. BBLR / Bayi Berat Lahir Sangat Rendah (< 1500 gram).

4. Bayi yang mengalami dehidrasi ( kehilangan cairan akut) misal bayi kuning/jaundice yang memerlukan PT/fototerapi/terapi sinar , walau sudah diupayakan menyusui langsung dan memerah ASI tetap belum mencukupi

5. Buang air besar (BAB) bayi masih berupa mekonium >5 hari pasca kelahiran

6. Bayi yang mengalami Slow Weight Gain/pertumbuhan yang lambat serta Failure To Thrive (FTT) / Gagal tumbuh

7. Kelahiran multiple, kembar 2, 3 dan seterusnya, walau sudah diupayakan menyusui langsung dan memerah tetap tidak mencukupi kebutuhan bayi-bayi tersebut

8. Bayi adopsi

9. Bayi yang menderita penyakit berat atau memiliki kelainan anatomi seperti bibir dan langit-langit sumbing, sehingga tidak dapat menyusui langsung