Mengenal Periode Kritis Bahasa Pada Anak Usia 1-3 Tahun

By Ipoel , Selasa, 19 Maret 2013 | 05:00 WIB
Kenali periode kritis bahasa pada anak yang terutama berlangsung pada usia 1-3 tahun. (Pixabay)

Faktor-faktor tadi memengaruhi critical period atau periode kritis yang perlu dicapai seorang anak dalam berbahasa.

Masa kritis menunjukkan bagaimana perkembangan dan kemampuan berbahasa di periode batita, apakah mengalami keterlambatan atau tidak.

Bila periode kritis menunjukkan si batita mencatat perkembangan wajar, berarti kemampuan bahasanya baik.

Namun bila bermasalah, berarti orangtua perlu menelaah lebih lanjut.

Untuk mengetahui sejauh mana perkembangan bahasa anak batitanya, orangtua perlu mengetahui seperti apakah tahapannya di usia batita.

Proses perkembangan bahasa seorang anak sebetulnya sudah dimulai sejak usia bayi mengekspresikan diri dengan menangis.

Perkembangan bahasa anak berawal dengan fase reseptif atau anak hanya menyerap semua informasi yang masuk.

Karena didengar berulang-ulang, bayi dapat melakukan asosiasi antara satu kata dengan objek atau hal yang dimaksud.

Di usia 3 bulan bayi mulai mengeluarkan suara (cooing), seperti, “Oooo...aaaaaa.” Lalu di usia 6-10 bulan dimulailah masa babbling dengan mengeluarkan  bunyi yang diawali konsonan seperti, “Beu-beu-beu-beu.”

Usia 9 bulan, bayi mulai menggunakan gesture dalam pernyataannya, seperti mengulurkan dan melambaikan tangan, ataupun menarik-narik sesuatu.

Di usia 10-18 bulan, anak sudah bisa melabel suatu benda dengan mulai membunyikan satu kata yang dimengertinya dan menunjuk objek yang dimaksud.

Ketika organ bicaranya sudah matang, barulah anak bisa menirukan dan tampak seperti baru bisa mengungkapkan bahasanya.