Alami Trauma, Keluarga Korban Bom Mendapat Dampingan dari Kemensos

By Cynthia Paramitha Trisnanda, Senin, 14 Mei 2018 | 09:10 WIB
menyisakan trauma mendalam, Kemensos Surabaya lakukan pendampingan pada keluarga korban (Achmad Faizal)

Nakita.id - Masih meninggalkan luka yang mendalam bagi segenap keluarga serta seluruh masyarakat Indonesia mengenai kejadian ledakan bom yang menyerang tiga gereja di Surabaya.

Korban berguguran, bahkan menewaskan anak usia 11 tahun dan 8 tahun. 

Evan meninggal lebih dahulu, kemudian Nathanael yang telah berhasil menjalani tindakan amputasi pada kakinya juga menghadap Yang Kuasa.

BACA JUGA: Sempat Dilakukan Operasi, Nathanael, Adik Evan Menghembuskan Napas Terakhir

Tentu tak mudah baginya jika sudah mengetahui kedua anaknya yang tampan dan juga taat meninggal dunia dan meninggalkan trauma mendalam bagi ibu, juga Erry, ayah Evan dan Nathnael.

Tak hanya keluarga Erry, masih banyak keluarga korban yang pasti merasa terpukul, juga mengalami trauma mendalam akibat ledakan bom Surabaya ini.

Memahami kondisi tersebut, Kementerian Sosial menurunkan tim pendamping keluarga dan korban aksi teror di Surabaya.

Tim tersebut terdiri dari tim Layanan Dukungan Psikososial (LDP) sebanyak 25 orang, Taruna Siaga Bencana (Tagana) sebanyak 30 orang, ditambah Tenaga Pelopor Perdamaian, Dinas Sosial Provinsi Jawa Timur dan Dinas Sosial Kota Surabaya untuk membantu para korban.

BACA JUGA: Kakaknya Meninggal Akibat Ledakan Bom, Kaki Adik Evan Terpaksa Harus Diamputasi

Tim Kementerian Sosial ini, kata Menteri Sosial Idrus Marham, adalah bentuk kehadiran negara memberikan pendampingan dan perhatian kepada para korban.

Tim ini juga dapat memastikan kebutuhan korban dan keluarga terpenuhi dengan baik.

"Ini adalah tanggung jawab negara. Dengan adanya tim LDP diharapkan dapat memberikan rasa tenang dan menghapus trauma korban dan keluarga korban secara perlahan-lahan. Kami akan berupaya sebaik mungkin menangani korban dan keluarganya," kata Idrus dalam keterangan tertulis, Minggu (13/5/2018).

Ia menambahkan, korban bencana sosial biasanya merasa takut. Mereka juga tidak mau ditinggal sendiri dan mudah curiga pada orang lain.

Oleh karena itu, Tim LDP harus menggunakan seragam sebagai identitas sehingga mudah dikenali dan memberikan rasa percaya terhadap korban.

"Kepada tim Kementerian Sosial di Surabaya secara tegas telah saya sampaikan agar pastikan terus dekat dengan mereka. Penuhi kebutuhannya. Jadilah pendengar yang baik," kata Idrus.

BACA JUGA: Keluarga Sangat Terpukul, Evan Anak 11 Tahun Meninggal dan Adiknya Dinyatakan Kritis Akibat Ledakan Bom di Surabaya

"Biarkan mereka ekspresikan perasaannya karena itu salah satu upaya mental katarsis untuk penyembuhan mereka dari kejadian traumatis," ujarnya.

Sementara itu Direktur Jenderal Perlindungan dan Jaminan Sosial Kementerian Sosial Harry Hikmat mengatakan sesaat setelah ledakan, tim Kementerian Sosial menyebar ke tiga titik lokasi kejadian.

Sebagian lagi melakukan pendataan di empat titik rumah sakit tempat korban dirawat.

"Tim di lapangan secara intensif melakukan pendataan by name, by address seluruh korban meninggal maupun korban luka-luka untuk keperluan pendampingan lebih lanjut dan penyiapan santunan untuk ahli waris korban meninggal serta bantuan korban luka," kata Harry.

BACA JUGA: Sudah Tiba di Surabaya, Risma Langsung Jenguk Korban Bom Gereja

Anggota LDP Provinsi Jawa Timur Twi Adi mengatakan, salah satu upaya yang dilakukan timnya adalah membantu mempertemukan keluarga korban dengan korban.

Harry pun meminta kepada seluruh tim Kementerian Sosial yang melakukan penanganan di lapangan maupun juga kepada masyarakat agar tidak menyebarkan foto dan video korban di media sosial.

Harry mengatakan, membagikan atau mengirimkan foto kerusakan dan korban adalah tindakan yang justru akan menyenangkan teroris.

BACA JUGA: Selain Fisik, Anak-anak Selamat Korban Bom Bisa Alami Trauma Jenis Ini

Ia juga mengajak masyarakat untuk tetap waspada dan menjaga kejernihan pikiran dan terus berdoa agar tidak menambah ketakutan dan kecemasan pada korban dan keluarganya.

"Mari berempati terhadap korban.

Hentikan penyebaran foto korban dan kerusakan yang mengerikan.

Foto-foto itu adalah wujud teror dan provokasi. Menyebarkan foto seperti itu merupakan tujuan dari teroris.

Kita tidak mau menjadi alat dari tujuan teroris," ucap Harry.

BACA JUGA: Lagi, Terduga Pelaku Ledakan di Rusunawa Sidoarjo Satu Keluarga

Sebelumnya, ledakan terjadi di tiga gereja di Surabaya, yaitu di Gereja Santa Maria Tak Bercela di Jalan Ngagel Madya, Gereja Kristen Indonesia (GKI) di Jalan Diponegoro, dan Gereja Pantekosta Pusat di Jalan Arjuna.

Kemudian, teror bom juga terjadi di Rusunawa, Wonocolo pada Minggu malam.

Polisi menyebutkan, total 45 orang terluka akibat kedua aksi bom tersebut.

Sementara korban tewas sebanyak 17 orang.

Presiden Joko Widodo telah menegaskan negara akan menanggung seluruh biaya pengobatan para korban ledakan bom.