Tabloid-Nakita.com - Banyak orangtua masih bingung dengan label hiperaktif pada anak. Gangguan ini menunjukkan adanya disfungsi neurologis. Apa ciri-ciri anak hiperaktif?
Hiperaktif disebabkan adanya kerusakan kecil pada sistem saraf pusat dan otak sehingga rentang konsentrasi anak menjadi pendek dan sulit dikendalikan. Berikut beberapa ciri anak hiperaktif yang mudah terlihat:
Tidak fokus Konsentrasi anak hiperaktif tidak lebih dari 5 menit. Perhatiannya sangat mudah teralihkan. Saat bermain bola, ada anak lain yang membawa mobil-mobilan, ia dengan cepat akan mengambil mainan barunya. Ia juga sangat impulsif, apa saja yang ada di depannya ingin dipegang/digunakan tanpa tujuan. Karenanya gangguan ini juga disebut Attention Deficit Hiperactivity Disorder (ADHD).
Menentang Umumnya anak-anak ini mempunyai sikap menentang atau membangkang. Bila dilarang naik-turun tangga, misal, ia tetap melakukannya. Penolakan itu juga bisa diperlihatkan dengan sikap cuek, tidak mau mendengar perkataan orang lain.
Destruktif Anak cenderung merusak barang-barang yang ada di sekitarnya. Kalau diminta menyusun pasel, bukannya disusun, tapi pasel itu malah dirusaknya.
Tidak ada capeknya Anak-anak ini terlihat tidak punya rasa lelah. Mereka terus berlarian sepanjang hari. Banyak orangtua kewalahan menghadapi buah hati dengan gangguan ini.
Tanpa tujuan Apa pun yang dilakukan tanpa tujuan tertentu. Sebagai perbandingan, anak superaktif naik ke atas bangku untuk mengambil mainan atau bermain peran, tapi tidak demikian dengan anak hiperaktif, ia hanya naik-turun bangku tanpa tujuan tertentu.
Tidak sabar dan usil Ia tidak sabaran dan tidak mau menunggu. Saat menginginkan mainan/benda tertentu, tanpa ba-bi-bu, langsung direbutnya meski sedang digunakan orang lain. Begitu pula ia tidak dapat menunggu giliran, misalnya, berbaris untuk masuk kelas atau mengantre untuk membayar di pusat perbelanjaan.
Intelektualitas rendah Anak-anak dengan gangguan hiperaktivitas umumnya mempunyai tingkat intelektualitas yang rendah. Ini terjadi karena informasi yang diterimanya tidak pernah penuh, baru mendengar sepotong ia sudah bergerak ke sana-kemari, sehingga tidak bisa menangkap maksudnya. Namun, hal ini masih pro dan kontra, karena intelektualitas juga dipengaruhi oleh genetik. Jadi, ada anak hiperaktif yang memang dasarnya sudah cerdas, sehingga ia tetap tampak lebih cerdas daripada anak hiperaktif yang memang tidak cerdas. Nah, sebaiknya orangtua tidak tergesa-gesa mengambil kesimpulan apakah anaknya menderita hiperaktivitas atau sekadar superaktif. Lebih baik amati lebih teliti berdasarkan ciri-ciri anak hiperaktif di atas. Lalu segera konsultasikan ke dokter/psikolog untuk mendapat kepastian diagnosis serta penanganan yang tepat.