Stimulasi Agar Anak Pandai Matematika

By Ipoel , Kamis, 6 Agustus 2015 | 10:00 WIB
Stimulasi Agar Anak Pandai Matematika (Ipoel )

Nakita.id -  Agar anak pandai matematika, berarti konsep matematika harus dikenalkan sejak dini.

Pengenalan matematika bisa dilakukan sejak usia 2—6 tahun.

Pada usia ini menurut teori kognitif Jean Piaget, anak berada pada tahap praoperasional konkret; ia mampu menggunakan bahasa dan pemikiran simbolik.

Di usia prasekolah ini pula kecerdasan logis matematis perlu lebih dikembangkan agar ia anak pandai matematika, karena anak diharapkan mampu melakukan tugas-tugas sederhana yang mungkin saja mengandung beberapa persoalan yang harus dipecahkannya.

Contoh, saat anak selesai bermain dan harus merapikan mainannya, maka ia tahu bagaimana memilah mainannya berdasarkan tipenya.

Umpama, mobil-mobilan dari ukuran yang kecil hingga besar. 

Tentunya, perkembangan berpikir dan kemampuan menalar setiap anak berbeda, sehingga cara mengajarkan matematika juga berbeda.

Jadi, perkenalkan matematika sesuai dengan kemampuan berpikir masing-masing anak. Carilah cara-cara kreatif dan menyenangkan.

Lakukan dengan pendekatan konkret, lewat beragam permainan dan kegiatan sehari-hari di rumah.

Selain itu, orangtua harus bersikap sabar dan telaten, tidak memaksakan kehendaknya.

Ajarkan pada anak kapan saja di saat ia relaks dan di mana saja. Perhatikan pula faktor keamanan dan alat peraga yang akan digunakan.

Baca Juga: Tak Perlu Pusing Ajari Anak Soal Berhitung, #FamilyQuality Ini Bisa Bantu Meningkatkan Kemampuan Matematika Anak

Agar anak balita pandai matematika

1. Kategorisasi/penggelompokan benda

Agar anak pandai matematika, minta ia untuk memilah-milah atau mengelompokkan serta mengategorisasikan segala sesuatu berdasarkan warna, bentuk, ukuran, dan lainnya.

Contoh, minta anak mengelompokkan pensil-pensil warna/sedotan warna-warni, sesuai warnanya, seperti merah, hijau, kuning, dan seterusnya.

Atau, mintalah anak membereskan mobil-mobilan mainannya dari yang ukuran kecil hingga besar.

2. Mencocokkan/menghubungkan

Secara nalar dan logika anak dapat menghubungkan atau mencocokkan suatu sebab-akibat, suatu keadaan dan kondisi tertentu atau mengasosiasikan sesuatu.

Moms bisa melakukannya dengan menggunakan buku aktivitas.

Anak diminta menghubungkan atau memasangkan jumlah buah dengan bentuk angkanya, atau gambar dengan bentuk bayangannya, dan lainnya.

Stimulasi ini dapat membuat anak pandai matematika.

3. Komparasi/perbandingan

Anak bisa membandingkan sesuatu dari banyak hal, apakah itu warna, pola-pola tertentu, bentuk, ukuran, dan lainnya.

Contoh, orangtua meletakkan beberapa gelas berisi air dan minta anak menyebutkan mana yang lebih banyak dan lebih sedikit airnya.

4. Pemahaman bentuk geometri

Anak prasekolah dapat mengenali, mengelompokkan, dan menyebutkan nama-nama bentuk bangun, baik bangun datar maupun bangun ruang yang bermacam-macam ukuran dan bentuknya, seperti bulat, persegi panjang, segitiga, dan sebagainya.

Ajak ia menggambar dan menirukan bentuk-bentuk itu  atau menghitung jumlah bentuk segitiga pada sebuah gambar rumah yang sederhana, atau jumlah roda pada sebuah alat transportasi, dan sebagainya.

5. Pemahaman bilangan (number bond)

Agar anak pandai matematika harus paham kemampuan ini:

a. Mengurutkan bilangan (membilang)

Anak 4 tahun dapat membilang atau mengurutkan angka secara bertahap, sampai 5 atau 10, dan seterusnya.

Contoh, orangtua menyebutkan angka 1, 2, 3, 4, 5, kemudian tanyakan pada anak angka berapa berikutnya dan minta ia melanjutkan hitungannya.

b. Mencocokkan angka dengan jumlah benda

Pada proses belajar membilang, setiap anak diberitahu tulisan dari angka (1,2,3,dst) sebaiknya disertai dengan jumlah bendanya atau gambar.

Misalnya “ini ada 2 apel, dek”, lalu disampingnya diletakkan angka 2. Hal ini dilakukan agar anak paham konsep jumlah.

c. Penghitungan sederhana

Anak bisa dikenalkan pada penghitungan sederhana berupa penjumlahan dan pengurangan.

Caranya antara lain, lewat nyanyian, seperti, “Satu ditambah satu sama dengan dua.

Dua ditambah dua….” atau lagu-lagu lain yang orangtua dapat ciptakan sendiri. Bisa juga dengan mengajak anak bermain “tambah kurang”.

Contoh, “Ibu punya dua buah jeruk (sambil jeruknya diletakkan di hadapan anak), lalu Adek memberi Ibu satu buah jeruk lagi. Jadi berapa ya jeruk yang Ibu punya?”

Itu mengenai konsep penjumlahan. Begitupun dengan pengurangan. Contoh, “Di meja makan ini ada 5 kue. Adek ambil satu untuk dimakan, tinggal berapa ya kue di meja sekarang?”

Dengan berbagai stimulasi di atas, diharapkan anak pandai matematika.