Menantu Hatta Rajasa Meninggal Karena Kanker Kulit, Cegah dan Deteksi Dini dengan Metode ABCDE!

By Amelia Puteri, Senin, 21 Mei 2018 | 16:10 WIB
Sosok Adara Taista di Mata Keluarga Hatta Rajasa (tribunnews.com)

Nakita.id - Kabar duka datang dari keluarga besar Hatta Rajasa, karena meninggalnya Adara Taista.

Almarhumah dikabarkan meninggal di Tokyo, Jepang pada pukul 13.38 waktu setempat.

Adara Taista adalah istri dari putra bungsu Hatta Rajasa, yang bernama Rasyid Rajasa.

Kepergian Adara pun mengejutkan dan mengundang pertanyaan dari kalangan luas.

BACA JUGA: Intip Mewahnya Desain Musala di Atas Air Milik Alika Islamadina

Pasalnya baru 5 bulan menikah, Adara Taista mengembuskan napas terakhirnya.

Dan dalam jangka waktu 5 bulan itu, tak pernah terdengar dirinya sakit atau mengidap penyakit membahayakan.

Dilansir dari tribunnews.com, Adara meninggal karena mengidap penyakit ganas yakni kanker kulit.

Melanoma, merupakan kanker kulit paling mematikan.

Menurut Skin Cancer Foundation, jumlah kasus melanoma baru yang didiagnosis setiap tahun meningkat sebesar 53% dari tahun 2008 hingga 2018.

BACA JUGA: Tegar dan Ikhlas, Kerabat Ungkap Istri Aloysius Bayu Sudah Memaafkan Pelaku

Dan melakukan deteksi dini dapat menaikkan tingkat kesuksesan pengobatan sebesar 99% jika melanoma hanya menginfiltrasi lapisan atas dari kulit.

Dan untuk mendeteksi kanker kulit, ada sebuah metode yang sangat penting untuk diingat.

Metode tersebut dinamakan "ABCDE".

American Academy of Dermatologists (AAD), membagikan informasi tentang gejala dan peringatan kanker kulit.

A: Asymmetry (Asimetri)

Jika Moms menggambar garis di tengah-tengah tahi lalat, kedua sisi biasanya akan terlihat sama.

Lesi dengan bentuk asimetris punya kecenderungan akan menjadi kanker.

Karena tahi lalat yang tidak berpotensi kanker memiliki bentuk yang simetris.

BACA JUGA: Terungkap, Ini Alasan Pelaku Peledakan Bom Bunuh Diri Ajak Anak-anaknya Menurut Ahli

B: Border (Perbatasan)

Tetap awasi garis-garis besar bintik-bintik yang tampak compang-camping, berlekuk, atau buram.

Penyebaran pigmen dari perbatasan tahi lalat ke kulit di sekitarnya harus diperhatikan, dan konsultasikan ke dokter.

BACA JUGA: LDR Tak Bisa Kalahkan Kesetiaan Zodiak Ini, Nomor Satu Tak Terduga!

C: Color (Warna)

Warna yang tidak biasa dan kombinasi warna dapat dilihat di tempat yang berpotensi melanoma.

Biasanya warna tahi lalat berwarna coklat atau abu-abu.

Sementara beberapa warna yang mencakup hitam, putih, abu-abu, coklat, merah, muda muda, atau biru bisa menjadi tanda yang perlu dikhawatirkan.

BACA JUGA: Duh, Retno Hening dan Suami Kena Tegur Warganet Gara-gara ini!

D: Diameter (Diameter)

Jika diameter tahi lalat lebih besar dari ukuran kacang atau penghapus pensil lebih dari 6 mm, mungkin perlu diperiksa,

Namun, banyak kasus melanoma yang "bisa lebih kecil dari penghapus pensil," kata dokter kulit Dr. Clifford Perlis dari Pusat Kanker Fox Chase di Philadelphia.

BACA JUGA: Kenali Penyakit Langka Arhinia, Hanya Terjadi pada 47 Bayi di Dunia

E: Evolution (Evolusi)

Penelitian telah menunjukkan bahwa sebagian besar melanoma tidak muncul dari tahi lalat yang ada.

Karena orang-orang tidak menumbuhkan tahi lalat baru setelah usia 30 tahun, untuk itu bila terjadi pertumbuhan tahi lalat baru harus segera dibuang.

Jika muncul perubahan dan iritasi, maka ini merupakan tanda waspada.

BACA JUGA: Tangis Pilu saat Tahu Si Kecil Katarak, Asri Welas Beri Pesan Ini untuk Para Ibu, Kenali Tandanya!

"Jika tahi lalat gatal, rasa luka bakar, mulai tumbuh, atau warnanya berbeda, segera periksakan," kata Dr. Bruce Robinson, dokter kulit di New York City.

Nah itu dia Moms cara deteksi dini penyakit kanker kulit dengan metode ABCDE.