5 Macam Rasa Takut Pada Anak dan Bagaimana Cara Orangtua Mengatasinya

By Ipoel , Rabu, 6 Maret 2013 | 06:00 WIB
Walaupun anak sudah beranjak besar bisa saja ia tetap takut pada macam-macam kondisi. (Pixabay)

Nakita.id - Anak usia prasekolah umumnya sudah cukup besar hingga bisa mengatasi rasa takut.

Namun ada kalanya masih ada rasa takut pada anak dalam beberapa kondisi tertentu.

Berikut 5 macam rasa takut pada anak dan cara orangtua mengatasinya.

1. Takut bila dibawa ke dokter

Tidak semua anak prasekolah punya kecemasan ini.

Biasanya, ditemui pada anak-anak yang mempunyai pengalaman “buruk” di rumah sakit atau klinik dokter, seperti disuntik, diinfus, dioperasi, dijahit, dicabut gigi, dan sebagainya.

Selain itu, sering kali orangtua atau pengasuh menjadikan dokter sebagai alat untuk menakut-nakuti anak.

Misalnya, “Kalau kamu enggak mau mandi nanti Mama bawa ke dokter, ya.” Semua itu akan membuat anak merasa cemas bila harus berhubungan dengan dokter atau rumah sakit.

Untuk mengatasi rasa cemas anak, sebaiknya jelaskan kepada si prasekolah tentang tujuan pekerjaan dokter dan staf medisnya. Bila si anak menolak, orangtua perlu membujuknya demi kebaikan.

Kemukakan hal-hal menyenangkan yang akan ditemui anak saat bertemu dokter, misalnya dokter akan memberikan hadiah berupa stiker kalau giginya mau diperiksakan.

Orangtua bisa pula meminta kerja sama si dokter untuk membantu menjelaskan kepada anak bisa lewat telepon harus  bertemu dengannya.

2. Takut berpisah dari orangtua

Kelekatan yang berlebihan dengan orangtua membuat anak selalu membuntuti mereka.

Bahkan bangun tidur pun harus ada salah satu orangtua di sampingnya. Kalau tidak, anak menangis.

Padahal seharusnya di usia prasekolah anak sudah bisa mengurangi kelekatan tersebut.

Jika seperti itu, orangtua perlu menelusuri apa yang menjadi penyebabnya.

Perbaiki sikap orangtua yang terlalu banyak melarang anak, menjadikan anak seperti “boneka” yang selalu dimanja, diatur, dilayani, didikte, ditakut-takuti supaya patuh, dan dibawa ke mana-mana sehingga pada anak terbentuk kelekatan yang membuatnya sulit mandiri.

Bisa juga karena anak pernah mempunyai pengalaman buruk terpisah dari orangtuanya ketika pergi ke suatu tempat.

Selain itu, beri anak kegiatan-kegiatan yang dapat melatih kemandiriannya dan membuat anak tidak selalu menempel pada orangtuanya.     

3. Takut pada sesuatu yang abstrak

Mengapa si prasekolah bisa ketakutan padahal wujud yang ditakutinya tidak pernah tampak?

Hal itu terjadi karena perkembangan inteligensinya sudah memungkinkan anak untuk memiliki imajinasi yang tinggi, membayangkan sesuatu tanpa perlu melihat bentuk konkretnya.

Namun begitu, imajinasi sangat dipengaruhi oleh masukan-masukan yang diterima anak.

Di usia prasekolah, pada anak pun mulai tumbuh rasa patuh yang didasari rasa takut selain rasa hormat. 

Namun dapat diduga, sebagian besar ketakutan pada hal-hal abstrak ini diakibatkan oleh lingkungan yang suka menakut-nakuti soal hantu dan tontonan yang menakutkan.

Anak seharusnya justru diberi penjelasan dan diajak berpikir rasional positif.

Jika umpamanya rasa takut anak muncul akibat melihat kelebatan di jendela malam hari, orangtua bisa memberikan penjelasan sambil mengajak anak melihat ke luar jendela, bahwa yang bergerak-gerak adalah daun dari pohon yang ditiup angin.       

4. Takut tidur sendiri

Sebetulnya di usia 3 tahunan anak sudah bisa dilepas tidur di kamarnya sendiri.

Bila anak masih merasa takut, hal ini diduga ada kaitannya dengan perkembangan emosi cemas dan takut sebelumnya.

Untuk membuatnya berani, tidur sendiri dapat dilakukan secara bertahap dengan menempatkan kamar anak di sebelah kamar orangtua, membuat pintu penghubung, mendongeng tentang anak yang berani tidur sendiri, berdoa sebelum tidur, dan menemaninya di kamar sampai tertidur. 

Setelah itu anak ditinggalkan sendiri.

Sebaiknya, kamar dibiarkan tetap bercahaya temaram.

Jika tidak ada pintu penghubung, pintu kamar anak dan juga pintu kamar orangtua bisa dibiarkan agak terbuka sepanjang malam.

Dengan begitu anak merasa tidak sendirian dan jika terbangun di tengah malam bisa dengan mudah masuk ke kamar orangtua.

5. Takut mulai bersekolah

Cemas menghadapi hari-hari di sekolah umumnya dikarenakan rasa takut berpisah dari orangtua.

Ditambah ketakutan anak menghadapi situasi baru dan orang-orang baru seperti teman dan gurunya.

Untuk membantu anak, ciptakan rasa aman pada dirinya dengan menemaninya sementara waktu.

Selanjutnya, buat jarak dengan anak dari waktu ke waktu hingga orangtua bisa hilang dari pandangannya.

Bekerjasamalah dengan guru kelas agar membantu memberi rasa aman kepada anak.

Orangtua pun perlu menjelaskan mengapa tidak selamanya anak boleh ditunggui.