Kebiasaan Ini Bisa Tingkatkan Depresi dan Risiko Bunuh Diri Seperti Kate Spade, No 3 Dilakukan Setiap Saat!

By Erinintyani Shabrina Ramadhini, Rabu, 6 Juni 2018 | 13:07 WIB
Siapa sangka, kebiasaan yang kita lakukan setiap hari ini ternyata berpotensi menyebabkan depresi. (pexels.com)

Nakita.id -  Dunia fashion sedang diliputi kesedihan, pasalnya perancang kenamaan Kate Spade ditemukan meninggal di kediamannya pukul 10:20 pagi, Selasa waktu setempat.

Menurut aparat kepolisian New York, wanita berusia 55 tahun ini tewas karena bunuh diri.

Seorang pengurus rumah tangga menemukan Spade menggantung dirinya dengan syal merah yang diikat ke gagang pintu kamar tidurnya.

Salah satu anggota keluarga mengatakan, Spade telah berjuang melawan penyakit mental selama tiga atau empat tahun terakhir.

Depresi menjadi salah satu alasan mengapa seseorang bisa nekat melakukan tindakan bunuh diri, dan hal ini juga didorong oleh kebiasaan yang kita lakukan setiap hari.

Catat Moms, deretan kebiasaan berikut ini bisa tingkatkan risiko depresi jika terus menerus dilakukan.

BACA JUGA: Masih Jarang Dilakukan, Padahal Kebiasaan Ini Bikin Kaya! Apakah Moms Sudah Melakukannya?

Konsumsi makanan cepat saji

Hot dog atau keripik pasti terasa lezat, namun hal ini ternyata berisiko membuat seseorang mengalami depresi.

Dalam studi yang diterbitkan dalam British Journal of Psychiatry pada 2009 ditemukan, bahwa mereka yang mengonsumsi makanan yang diproses mengalami tingkat depresi tertinggi.

Untuk itu, sebaiknya mulai membatasi konsumsi makanan olahan Moms agar mood tetap terjaga.

Menghabiskan terlalu banyak waktu sendirian

Menghabiskan waktu yang berkualitas sendirian dapat sangat bermanfaat bagi kesehatan mental, membuat kita menjadi pemikir yang lebih dalam, pemecah masalah yang lebih baik, dan bisa berkonsentrasi dengan baik.

Namun, Susan Heitler, PhD, psikolog klinis memperingatkan, bahwa menghabiskan terlalu banyak waktu dalam kesendirian dapat meningkatkan risiko untuk depresi.

Untuk melindungi diri sendiri terhadap hal ini, penting untuk menciptakan persahabatan dan hubungan yang kuat dengan orang lain, banyak tertawa sehingga kesehatan mental tetap terjaga.

BACA JUGA: Berkaca dari Meninggalnya Ayah Olla Ramlan, Konsumsi Makanan Ini Bagus untuk Kesehatan Hati

Keranjingan media sosial

Ponsel pintar memang memberikan kepraktisan, dengan benda ini setiap orang dimudahkan untuk terhubung dengan dunia maya selama 24 jam.

Bahkan, diperkirakan bahwa jumlah rata-rata waktu yang dihabiskan seseorang untuk berselancar di media sosial telah meningkat sebesar 119% selama dekade terakhir.

Padahal, penelitian menunjukkan bahwa terlalu sering menggunakan media sosial berdampak buruk terhadap otak.

Sebuah studi yang dilakukan pada 2013 oleh para peneliti di Michigan State University terhadap 318 orang menemukan, bahwa mereka yang rutin menyibukkan diri dengan media sosial lebih sering mengalami gejala depresi dan kecemasan sosial.

Untuk mengatasi ini, cobalah menghabiskan waktu hanya dengan satu layar pada satu waktu, serta membatasi penggunaan gawai setiap harinya.

BACA JUGA: Bukan Hanya Karena Gawai, Ternyata Ini Penyebab Lemahnya Tradisi Menulis Anak Indonesia

Menghabiskan waktu dengan orang-orang negatif

Memilih teman adalah hal yang penting untuk dilakukan, faktanya mengelilingi diri dengan orang yang berperilaku negatif akan meningkatkan risiko kita merasa tertekan.

Untuk itu, biasakan diri Moms untuk menjalin hubungan dengan orang yang memiliki energi positif, karena efektif mengurangi kemungkinan merasa depresi.

Merokok

Selain berbahaya untuk kesehatan, penelitian terbaru menunjukkan bahwa merokok juga membuat seseorang rentan cemas dan depresi.

Sebuah studi yang dilakukan oleh University College London dan British Heart Foundation mensurvei hampir 6.500 orang di atas usia 40, dan ditemukan bahwa 18% orang yang merokok menunjukkan tanda depresi.

BACA JUGA: Catat Dads, Daftar Makanan Terbaik Untuk Cegah Kecanduan Merokok!

Menghabiskan terlalu banyak waktu di kota

Kehidupan di kota besar memang membawa banyak keistimewaan - makanan lezat, transportasi umum yang nyaman, kehidupan malam yang menyenangkan - tetapi menghabiskan terlalu banyak waktu di daerah perkotaan dapat membuat suasana hati memburuk.

Menurut sebuah penelitian pada 2011 yang dilakukan oleh Institut Kesehatan Jiwa Pusat di Universitas Heidelberg, tinggal di kota besar berkaitan erat dengan tingkat stres dan penyakit mental yang lebih tinggi, terutama depresi.

Untuk itu, dianjurkan agar orang yang tinggal di kota melakukan perjalanan ke taman atau daerah pedesaan untuk mengelilingi diri dengan alam dan beristirahat sejenak dari hiruk pikuk perkotaan.

Selain itu, menaruh tanaman di sudut rumah juga efektif untuk mengatasi kecenderungan depresi.

Tidur larut malam

Sebuah studi yang dilakukan pada 2014 oleh Binghamton University menemukan, bahwa orang-orang yang tidur larut sambil memikirkan banyak hal negatif sangat rentan depresi.

Untuk itu, upayakan untuk tidur lebih awal dan beristirahat 8 jam sehari agar tubuh dan psikologis lebih sehat.

BACA JUGA: Patut Ditiru, Ini 7 Rutinitas yang Dilakukan Orang Kaya Sebelum Tidur

Gaya hidup yang malas

Kenyamanan yang semakin banyak ditawarkan ternyata berdampak buruk terhadap kesehatan mental, karena hal itu membuat seseorang malas bergerak dan menerapkan pola hidup sehat.

Dengan begitu, penting untuk melakukan aktivitas fisik seperti berolahraga agar tubuh menjadi lebih sehat.

Ketika kita aktif secara fisik, otak melepaskan bahan kimia yang terasa baik — seperti endorfin dan endocannabinoid — yang dapat meredakan perasaan depresi.