Inilah Alasannya Persalinan Harus Dipercepat, Induksi Pilihan Pertama

By Gazali Solahuddin, Sabtu, 23 Juni 2018 | 13:28 WIB
Ibu yng diinduksi pun termasuk melahirkan Normal (Trish233)

Nakita.id - Induksi berasal dari bahasa Inggris "induce" yang berarti merangsang.

Dr. Hj. Indrawati Dardiri, Sp.OG, mengatakan, ada beberapa pertimbangan yang membuat ibu harus menjalani induksi sebelum bersalin.

Antara lain bila tidak ada tanda-tanda persalinan sementara usia kehamilan sudah cukup waktu.

Namun, bedakan induksi dari tindakan akselerasi yang merupakan upaya mempercepat persalinan.

Akselerasi dilakukan bila tanda-tanda persalinan sudah ada, tapi kemajuannya amat lambat sehingga harus dipercepat.

BACA JUGA: Viral! Pesta Pernikahan Mewah Anak Konglomerat Ini Habiskan Rp 22 M!

Menurut ginekolog dari RS Mitra Internasional Jakarta ini, kala diwawancara Nakita, sebelum mengupas induksi lebih jauh ada baiknya dibahas terlebih dulu tanda-tanda persalinan.

Salah satunya his atau kontraksi yang ditandai dengan mulas disertai rasa sakit yang hilang-timbul.

"Ini penanda kepala janin sudah menuju rongga panggul," ungkap Indrawati.

Semakin lama, kontraksi ini semakin kuat dan teratur. Tak jarang juga dibarengi dengan keluarnya lendir darah atau malah cairan ketuban.

Bila tanda-tanda persalinan tersebut tidak juga muncul, sementara kehamilan telah lewat waktu (lebih dari 38-42 minggu), pasien dianjurkan menjalani induksi.

BACA JUGA: Bukti Cinta Tak Pandang Status, Deretan Seleb Tampan ini Pilih Nikahi Janda

Fungsi plasenta akan mengalami penurunan bila kehamilan sudah berusia lebih dari 40 minggu. Jika tidak, dikhawatirkan kehamilan malah akan menyebabkan pengapuran plasenta.

Pengapuran akan membuat kadar oksigen yang diangkut ke janin semakin berkurang. Akibatnya, janin akan mengalami hipoksia (kekurangan oksigen dalam jaringan) yang berarti otak besar bayi amat berpeluang mengalami kerusakan.

Kelak, kecerdasan si anak tidak dapat optimal. Nah, oleh karena berisiko pada janin, maka indikasi ini dinamakan indikasi janin.

Indikasi janin lainnya adalah adanya ancaman infeksi saat persalinan. Contohnya, kasus ketuban pecah sebelum waktunya. Jika ini terjadi, infeksi dapat dengan mudah menyerang janin.

Pasalnya, pecahnya ketuban bisa menyebabkan terbukanya ruang intraamnion dengan dunia luar. Hal inilah yang memperbesar peluang kuman masuk.

BACA JUGA: Masker Herbal Membuat Perempuan Tampil Memesona, Bisa Bikin Sendiri

Jika 6 jam setelah ketuban pecah tidak ada tindakan, risiko infeksi akan meningkat 100%. Sesudah 24 jam, risiko infeksi akan meningkat jadi 2 kali lipat.

Kuman yang sering ditemukan pada kasus-kasus infeksi akibat pecahnya ketuban dini adalah streptokokus, stapilokokus, E. coli, Bacteroides, dan peptokokus yang bersifat anaerob.

Untuk mencegah terjadinya infeksi semacam itu, mau tidak mau si jabang bayi mesti segera dikeluarkan dengan bantuan induksi. Paling lambat 2x24 jam setelah ketuban pecah.

Pertimbangan lainnya kondisi ibu yang disebut indikasi ibu. Induksi terutama dianjurkan bagi ibu hamil yang mengalami preeklamsia, yakni gangguan hipertensi dalam kehamilan.

BACA JUGA: Catat! Beberapa Bau di Badan Ternyata Pertanda Penyakit Berbahaya

Tanda-tandanya adalah tekanan darah meningkat melebihi batas normal 120/90 mmHg, kadang disertai odem/bengkak pada mata kaki, selain ditemukan protein dalam urin.

Bila berlanjut dan gangguannya kian parah akan terjadi gangguan pertumbuhan pada janin, dimana janin lebih kecil dibanding usia kehamilan atau bahkan berakhir dengan kematian janin.

Sementara dampaknya pada ibu antara lain penglihatan jadi kabur, sakit kepala hebat, nyeri ulu hati disertai muntah-muntah, dan tekanan darah yang semakin tinggi mencapai 160/110 mmHg atau malah lebih.

BACA JUGA: Rihanna Beri Tanggapan Untuk Chris Brown dan Agnez Mo yang Terlihat Mesra di Video

Dampak negatif lain preeklamsia adalah kerusakan organ-organ tubuh seperti gagal jantung, gagal ginjal, gangguan fungsi hati dan gangguan pembekuan darah.

Tindakan yang ditempuh agar sederet dampak negatif tersebut tidak terjadi, janin mesti dilahirkan lebih cepat dari waktu seharusnya.

Biasanya setelah janin dikeluarkan, tekanan darah ibu akan kembali normal atau setidaknya mengalami penurunan.

Umumnya dokter yang menangani juga akan memberikan obat-obatan tertentu agar tensi ibu kembali normal.

BACA JUGA: Tragis! Perempuan Hamil Lompat dari Apartemen Setelah Pergoki Suami Hamili Ibu Kandungnya