10 Kebiasaan Buruk Anak & Cara Mengatasinya, Semua Anak Melakukannya (Bagian 2)

By Gazali Solahuddin, Jumat, 20 Juli 2018 | 21:04 WIB
Mengisap jempol merupakan salah satu kebiasaan buruk yang memengaruhi bentuk gigi (iStock)

Nakita.id - Dari mana anak menemukan kegemaran ngemut jempol? Awalnya bisa dari peniruan, bisa juga lantaran proses pencarian.

"Saat mengempeng ibu jari, misalnya, anak merasa nyaman. Setelah itu, dia mengulanginya lagi jika menemukan tekanan secara psikologis," kata psikolog, Rahmitha P.Sendjojo.

Bisa juga anak merasa tertekan atau stres dulu, baru kemudian ia menilai sepertinya ibu jari kalau dikemut akan terasa enak.

BACA JUGA: Iis Dahlia Dikecam Setelah Usir Waode Sofia, Dengan Santai Unggah Video yang Justru Didukung Wargane

Aneka kebiasaan lain, seperti mengorek hidung, menggaruk luka, membenturkan kepala, dan mengorek kuping tentu tak bisa dibenarkan.

Sebagian perilaku itu mungkin tidak akan merugikan kesehatan dan keselamatan dirinya juga orang lain, tapi yang pasti enggak enak diihat.

"Lain soal jika kebiasaan seperti ini terjadi sesuai usianya," kata Mitha.

Contohnya, ngempeng ibu jari wajar terjadi pada anak di bawah 2 tahun. "Akan tetapi, tak semestinya orang tua boleh mendiamkan saja, karena kebiasaan ini bisa keterusan sampai si anak besar."

BACA JUGA: 5 Kesalahan Dasar Ber-makeup yang Bisa Buat Wajah Moms Jerawatan!

Ini juga berarti kebiasaan-kebiasaan buruk yang kerap dilakukan anak sebenarnya sudah bisa dideteksi sejak ia berusia batita.

Pada artikel sebelumnya 10 Kebiasaan Buruk Anak & Cara Mengatasinya, Semua Anak Melakukannya (Bagian 1) telah dipaparkan mengenai 3 kebiasaan buruk anak.

Sekarang akan dipaparkan 7 kebiasaaan buruk anak, jadi lengkap sudah informasi untuk Moms prihal 10 kebiasaan buruk anak

4. Membunyikan jari atau persendian

Penyebab:

Biasanya karena stres. Umumnya dilakukan anak yang lebih besar, usia 6 tahun ke atas.

Dampak:

Tidak ada dampak yang terlalu berarti. Paling dampaknya terjadi pada lingkungan sosial anak; lingkungan jadi risi atau ngilu melihatnya suka melakukan hal tersebut.

Penanganan:

Langkah terbaik adalah mencari tahu apa yang menyebabkannya stres.

Kemudian hilangkan stres tersebut, bisa dengan cara membuat kesibukan atau sharing, misalnya.

5. Menggigit-gigit atau memainkan gigi

Penyebab:

Asal mulanya karena anak merasa kesal. Jadi, ia menggigit gigit/memainkan gigi untuk menyalurkan kekesalannya.

Dampak:

*Antara lain, gigi bisa patah, email gigi bisa menipis, kedudukan gigi bisa berubah.

*Kalau dibiarkan saja, bisa terbawa sampai besar. Bukan hanya pada saat kesal, nganggur sedikit saja, ia terdorong melakukannya.

BACA JUGA: Chicco Jerikho Ngambek ke Putri Marino Cuma Gara-Gara Tempe

Penanganan:

Lebih efektif jika sebelumnya orang tua sudah memberikan masukan atau pengertian mengenai hal ini pada anak.

Sehingga saat anak melakukannya, kita bisa mengingatkan kembali sambil mengalihkan perhatianya, "Nanti gigi kamu rusak, lo. Apa kamu mau susah mengunyah makanan," misalnya. Jika perlu, berkonsultasilah dengan dokter gigi.

6. Korek-korek hidung

Penyebab:

Awalnya dilakukan untuk mengeluarkan kotoran hidung yang mengering, biasanya pada waktu pilek.

Tetapi hal ini bisa juga dilakukan anak karena tak punya kegiatan dan mencari sesuatu yang membuat dirinya enak dan nyaman.

Mirip dengan yang lainya, di sini faktor psikologis memegang peranan penting, stres, misalnya.

Dampak:

Kebiasaan ini bisa menyebabkan iritasi, perforasi (luka robek), perdarahan (mimisan), infeksi rongga hidung, hingga bisa menyerang sinus.

Penanganan:

*Ingatkan akan dampaknya dan berikan penjelasan tentang cara membersihkan hidung yang benar dan sopan.

* Untuk si balita, orang tua cukup mencegahnya. Katakan padanya, "Adek, kalau mau membersihkan hidung, bilang pada Bunda atau Ayah, ya. Biar nanti Bunda atau Ayah yang membersihkannya."

BACA JUGA: Moms Orang Introvert? Berarti Punya 6 Kelebihan Ini, Kreatif Salah Satunya!

7. Mencabut & menggigit rambut

Penyebab:

Sama seperti yang lainnya, disebabkan anak mengalami tekanan secara psikologis, stres, takut, cemas menghadapi persoalannya

Dampak:

*Kebiasaan mencabut rambut bisa membuat kepala jadi botak setempat.

Bisa timbul kelainan yang disebut trichotilomania, yaitu rambut tak bisa tumbuh lagi di tempat yang tadinya sering dicabuti.

*Kebiasaan menggigit rambut, selain rambut jadi patah-patah, patahannya bisa tertelan sehingga si anak tersedak.

"Sekalipun tidak mengganggu proses pencernaan, tetapi jika rambut yang ada dalam tubuh anak cukup banyak, maka akan mengganggu proses pencernaan karena rambut tak bisa dicerna." Dapat terbentuk bolus rambut (gumpalan rambut) yang menghambat proses defekasi (buang air besar).

Penanganan:

Cegah dan hilangkan kecemasan anak dengan cara mencari sumbernya.

Lalu, alihkan perhatianya. Tidak lupa berikan edukasi mengenai hal ini pada anak supaya anak paham kenapa dia tidak boleh melakukan hal tersebut.

BACA JUGA: Jeritan Hati Judika! Tersiksa Karena Istrinya Galak Saat PMS

8. Garuk-garuk bekas luka

Penyebab:

Luka yang akan sembuh akan terasa gatal. Nah, anak biasanya tertarik untuk menggaruknya.

Satu kali mencoba, dia keenakan. Jadinya keterusan, setiap kali ada luka langsung digaruknya.

Dampak:

Efeknya jelas sekali, bisa terjadi infeksi sekunder. Sehingga luka yang tadinya hampir sembuh malah jadi parah.

Kebiasaan buruk ini walau sampai berlanjut dan menetap memang jarang menimbulkan dampak kelainan fisiknya yang berat.

Akan tetapi hal ini bisa mengganggu hubungan sosial anak, anak jadi stres.

Penanganan:

*Hentikan aktivitas tersebut setiap kali anak melakukannya, dengan cara mengalihkan perhatiannya.

*Berikan penjelasan pada anak kenapa dia tak boleh melakukan hal tersebut.

*"Sebelum hal ini terjadi segera berkonsultasi ke psikolog atau dokter."

BACA JUGA: Agar Tak Melulu Sedih Ini Cara Mengobati Hati Pasca Keguguran

9.Garuk-garuk kepala

Penyebab:

Saat melakukan itu anak tidak merasa gatal. Tetapi karena sudah dalam posisi tersudut oleh sesuatu hal, anak melakukan ini sebagai pelampiasan.

Bisa juga ini dilakukan karena ia sedang bingung.

Dampak:

Selain rambut bisa tercabut, kulit kepala bisa luka, apalagi jika kuku-kukunya panjang.

Penanganan:

Tak ada cara lain, lekas alihkan dan hentikan secara halus saat anak melakukan itu.

Berikan juga pesan-pesan khusus padanya yang menerangkan bahwa perbuatan ini tak baik, lengkap dengan alasannya.

Sangat baik lagi jika efek sosial yang bisa timbul dari kelakuannya ini diberitahukan pada anak, "Orang lain jijik, lo, melihat kamu seperti itu," misalnya.

BACA JUGA: Jeritan Hati Judika! Tersiksa Karena Istrinya Galak Saat PMS

10. Korek-korek kuping

Penyabab:

Hampir sama dengan korek hidung, korek-korek kuping dilakukan anak, bisa semata-mata ingin mendapatkan sesuatu yang membuatnya merasa enak, nyaman, asyik. Bisa juga kerena anak sedang bete atau pusing.

Dampak:

Sama seperti mengorek-korek hidung, kebiasaan ini selain kurang pantas dilakukan di depan orang lain, juga sangat berbahaya.

Iritasi dan perforasi bisa terjadi pada telinga anak. Malah bukan tak mungkin karena dikorek sampai dalam, terjadi luka pada gendang telinga atau lubang telinga malah tersumbat kotoran.

Penanganan:

Sama seperti penanganan korek-korek hidung.

BACA JUGA: Banyak Tidur Tak Hanya Picu Diabetes, Ini Dia 5 Risiko Lainnya!