[GloryStory] Mengajarkan Anak Berbagi Tanpa Harus Selalu Mengalah

By Glory Oyong, Selasa, 7 Agustus 2018 | 18:24 WIB
Anak bisa diajari untuk mengalah dari usia dini (Dok. Glory Oyong)

Dengan demikian anak juga akan memiliki mental dan kepercayaan diri yang kuat.

Meskipun saat ini Harvey baru berusia 19 bulan tapi dengan konsisten menerapkan hal ini, terlihat bahwa meskipun masih kecil anak sudah dapat mengerti pelajaran dan nilai–nilai yang mulai kita tanamkan dalam kehidupannya.

Hal lain yang juga saya mulai terapkan kepada Harvey adalah kebiasaan untuk mengajukan pertanyaan atau pernyataan setiap ingin mengutarakan maksudnya, agar Harvey tidak terbiasa berteriak atau merengek.

Memang terkesan aneh kalau anak kita bahkan belum lancar berbicara, tapi ternyata bisa dilakukan lho, Moms.

Misalnya ketika Harvey berteriak karena pudingnya habis dan ia masih mau tambah, saya akan berkata pelan...”Harvey sttt don’t scream... Harvey mau apa? Mau tambah pudingnya? Ok.. bilang ya...Mommy, Harvey mau Puding.”

Begitulah seterusnya saya ulang–ulang setiap kali Harvey mulai berteriak, meskipun Harvey belum sepenuhnya lancar bisa menirukan kalimat saya tapi terlihat ia mulai paham bahwa dengan berteriak maka ia tidak akan mendapatkan apapun, tapi dengan meminta dengan sopan maka ia akan mendapatkan keinginannya.

BACA JUGA: Hidup Di Tengah Hiruk Pikuk Perkotaan Bisa Merusak Jantung, Ini Faktanya!

Berikutnya juga dalam hal sopan santun, meskipun anak kita masih usia batita tapi soal sopan santun tidak ada kata terlalu cepat untuk diajarkan lho, Moms.

Kita dapat memulai dengan mengajari anak menyapa orang yang lebih tua jika berpapasan.

Misalnya ketika bertemu opa atau omanya, maka kita bisa ajarkan anak untuk menyapa, “Harvey ayo sapa opa dulu, Hallo Opa” (sambil melambaikan tangan anak) begitu terus secara konsisten, maka dalam pertemuan–pertemuan selanjutnya moms akan kagum saat anak tiba–tiba bisa menyapa tanpa terlebih dahulu disuruh.

Jadi menanamkan nilai kepada anak sudah bisa kita mulai sedini mungkin, moms.

Jangan takut anak tidak mengerti karena ibarat spons anak akan dengan mudah menyerap segala ajaran orangtuanya.

Di sisi lain kita juga perlu mawas diri agar perilaku atau kebiasaan buruk kita tidak ikut ditiru oleh anak.