[GloryStory] Mengajarkan Anak Berbagi Tanpa Harus Selalu Mengalah

By Glory Oyong, Selasa, 7 Agustus 2018 | 18:24 WIB
Anak bisa diajari untuk mengalah dari usia dini (Dok. Glory Oyong)

Nakita.id - Anak berebut mainan ketika bertemu teman sebayanya?

Tentu hal yang biasa dan sering Moms alami, kan?

Tapi sebenarnya bagaimana sikap yang tepat merespons hal ini?

Membiarkan anak mempertahankan mainannya, yang akan menuai tatapan sinis dari orangtua lain dengan sedikit bisik–bisikan “Gimana sih mengajari anak kok egois seperti itu?”

"Ih kok ibunya tidak mengajarkan berbagi?” “bla..bla..bla..”

Atau memarahi anak dan memaksanya untuk berbagi mainan dengan anak yang berusaha merebut?

Bukankah ini akan menjadikan mental anak lemah?

Saya tentu pernah mengalaminya juga, Harvey yang ketika itu saya ajak bermain di taman umum bertemu dengan beberapa anak lain seusianya.

Saat itu Harvey tengah bermain kuda–kudaan, belum berapa lama datang anak lain dan ingin menaiki kuda yang tengah dimainkan Harvey.

BACA JUGA: Dikomen Soal Bentuk Tubuh, Putri Titian Balas Dengan Tegas!

Melihat hal tersebut biasanya karena dorongan rasa tidak enak atau budaya timur yang selalu mendahulukan orang lain kita akan tergerak untuk mengatakan, "Yuk nak berbagi mainannya."

Padahal tahukah Moms saat hal tersebut terjadi mungkin saja di dalam hati anak kita ada perasaan tidak terima karena ia baru saja mendapatkan permainan yang seru tapi justru diminta mengalah?

Lebih parahnya lagi kalau saya sampai mengatakan "Ayo Harvey turun dong kasih dedek nya main, jangan nakal!"

Wah saya saja sebagai orang dewasa pasti tidak akan suka jika diminta begitu, apalagi mengalah demi orang asing yang baru ditemui.

Yang saya lakukan saat itu adalah menghampiri anak saya dan menatap matanya sambil bertanya, “Harvey, sudah puas mainnya ? Are you ready to share?”

Jika anak masih ingin bermain sebentar lagi maka moms bisa katakan kepada anak lainnya.

BACA JUGA: Minim Bahan Kimia, Perokok Bisa Bersihkan Paru-paru dengan Konsumsi 7 Makanan Ini

“Tunggu ya, kakak Harvey masih main dulu sebentar, dede tunggu giliran ya sebentar lagi.”

Begitu pula sebaliknya ketika anak kita yang ingin merebut mainan anak lainnya.

Moms dapat memberi contoh kepada anak dengan bertanya terlebih dahulu apakah anak lain tersebut sudah siap untuk berbagi mainannya.

Dengan begitu maka Moms berlaku adil kepada anak, tanpa harus memintanya mengalah setiap kali ada orang yang meminta haknya, ataupun merebut setiap kali ingin memainkan sesuatu dari teman sebayanya.

Meskipun sederhana, hal kecil dalam menanyakan kesiapan anak untuk berbagi atau menunggu giliran, akan mengajarkannya suatu pelajaran bahwa tidak semua hal bisa langsung didapatkan ketika diminta, ada kalanya harus menunggu, juga bahwa anak memiliki hak untuk mempertahankan kepunyaannya.

Dan jika ia tidak nyaman untuk berbagi maka ia tidak perlu harus berbagi kepada setiap anak lainnya atau terus–menerus mengalah hanya karena budaya “tidak enakan”.

BACA JUGA: Pedas Dan Gurihnya Pindang Daging Misrani Ini Mendobrak Nafsu Makan

Dengan demikian anak juga akan memiliki mental dan kepercayaan diri yang kuat.

Meskipun saat ini Harvey baru berusia 19 bulan tapi dengan konsisten menerapkan hal ini, terlihat bahwa meskipun masih kecil anak sudah dapat mengerti pelajaran dan nilai–nilai yang mulai kita tanamkan dalam kehidupannya.

Hal lain yang juga saya mulai terapkan kepada Harvey adalah kebiasaan untuk mengajukan pertanyaan atau pernyataan setiap ingin mengutarakan maksudnya, agar Harvey tidak terbiasa berteriak atau merengek.

Memang terkesan aneh kalau anak kita bahkan belum lancar berbicara, tapi ternyata bisa dilakukan lho, Moms.

Misalnya ketika Harvey berteriak karena pudingnya habis dan ia masih mau tambah, saya akan berkata pelan...”Harvey sttt don’t scream... Harvey mau apa? Mau tambah pudingnya? Ok.. bilang ya...Mommy, Harvey mau Puding.”

Begitulah seterusnya saya ulang–ulang setiap kali Harvey mulai berteriak, meskipun Harvey belum sepenuhnya lancar bisa menirukan kalimat saya tapi terlihat ia mulai paham bahwa dengan berteriak maka ia tidak akan mendapatkan apapun, tapi dengan meminta dengan sopan maka ia akan mendapatkan keinginannya.

BACA JUGA: Hidup Di Tengah Hiruk Pikuk Perkotaan Bisa Merusak Jantung, Ini Faktanya!

Berikutnya juga dalam hal sopan santun, meskipun anak kita masih usia batita tapi soal sopan santun tidak ada kata terlalu cepat untuk diajarkan lho, Moms.

Kita dapat memulai dengan mengajari anak menyapa orang yang lebih tua jika berpapasan.

Misalnya ketika bertemu opa atau omanya, maka kita bisa ajarkan anak untuk menyapa, “Harvey ayo sapa opa dulu, Hallo Opa” (sambil melambaikan tangan anak) begitu terus secara konsisten, maka dalam pertemuan–pertemuan selanjutnya moms akan kagum saat anak tiba–tiba bisa menyapa tanpa terlebih dahulu disuruh.

Jadi menanamkan nilai kepada anak sudah bisa kita mulai sedini mungkin, moms.

Jangan takut anak tidak mengerti karena ibarat spons anak akan dengan mudah menyerap segala ajaran orangtuanya.

Di sisi lain kita juga perlu mawas diri agar perilaku atau kebiasaan buruk kita tidak ikut ditiru oleh anak.