Untuk Menekan Angka Stunting, Pemerintah Bersinergi Membuat Program Khusus

By Finna Prima Handayani, Selasa, 14 Agustus 2018 | 19:47 WIB
Program pemerintah Indonesia dalam menekan angka anak stunting (google.com)

Nakita.id - Kesehatan merupakan salah satu hal yang wajib diperhatikan dalam kehidupan, termasuk dalam tumbuh kembang buah hati.

Pasalnya, jika Si Kecil mengalami gangguan kesehatan dalam usia pertumbuhan hal itu dapat berpengaruh pada kegagalan tumbuh kembang.

Menurut dr. Kirana Pritasari, MQIH, Ditektur Jendral Kesehatan Masyarakat, Kementerian Kesehatan RI, derajat kesehatan seseorang dibentuk oleh beberapa faktor.

"Dibentuk oleh 30% faktor perilaku, 40% faktor lingkungan, fisik, kimia, biologi, sosial budaya, 20% dibentuk oleh pelayanan kesehatan dan 10% dibentuk oleh faktor genetika atau keturunan," ujarnya dalam Seminar Strategi Multi Sektor Penanganan Stunting.

BACA JUGA: Masalah Anak Stunting Wajib Diatasi Oleh Seluruh Lapisan Masyarakat

Melihat kesehatan anak Indonesia, nyatanya anak Indonesia masih berisiko mengalami stunting atau tubuh pendek akibat gagal dalam tumbuh kembang.

"Angka prematur dan bayi yang kurang beratnya yakni ada 10,2% artinya dari 5 juta bayi ada 500.000 bayi yang lahir di bawah berat 2,5 kilogram. Hal ini membuat bayi berpotensi mengalami stunting," jelas Kirana.

Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013 tercatat sebanyak 9 juta anak atau 37,2% anak Indonesia mengalami stunting yang terjadi di beberapa kelompok masyarakat sosial ekonomi di Indonesia.

"Tapi prevalensi stunting itu turun pada tahun 2016 yaitu menjadi 33,6%," imbuh Kirana pada Selasa (13/8/2018).

BACA JUGA: Lee Jeong Hoon Protes Karena Anak Perempuannya Sering Disebut Ganteng

Dalam Program Indonesia Sehat terdapat empat pilar program penanganan stunting, yaitu pilar 1 paradigma kesehatan, pilar 2 penguatan pelayanan kesehatan (yankes), pilar 3 jaminan kesehatan nasional (JKN) dan pilar 4 adalah pendekatan keluarga.

"Untuk penanggulangan stunting yakni pencegahan sejak 1000 hari pertama kehidupan dan jika sudah terdeteksi berarti masuk penanganan, yaitu dengan melakukan stimulasi pengasuhan pendidikan berkelanjutan," kata Kirana saat ditemui di lingkungan kantor Kementerian Keuangan RI.

"Kalau hanya memantau pertumbuhan saja tidak cukup, karena pertumbuhan sel otak juga tergantung pada stimulasi motorik kasar, halus, dan sosial kultural," tambah Kirana menjelaskan.

Pihak Kemenkes sendiri telah membuat rencana aksi intervensi spesifik dan sensitif dalam melakukan pencegahan stunting.

BACA JUGA: Bukan Berenang, Tapi Inilah yang Membuat Tinggi Badan Si Kecil Melesat

"Gizi spesifik dengan pemberian tablet tambah darah untuk remaja putri, calon pengantin, ibu hamil, lalu promosi dan kampanye tablet tambah darah.

Untuk ibu hamil, pemberian kelambu berinsektisida dan pengobatan bagi ibu hamil," jelas Kirana mewakili Kemenkes.

Tak hanya itu, Kementerian Sosial (Kemensos) meluncurkan Program Keluarga Harapan sebagai bentuk intervensi sensitif.

"Dengan koordinasi dan konvergensi program keluarga harapan ini diharapkan tepat sasaran pada keluarga yang membutuhkan agar bisa menurunkan angka stunting anak Indonesia," tambah Kirana.

Terdapat empat unsur yang mendukung untuk mengurangi stunting, yakni lingkungan mendukung, sistem yang efisien, masyarakat yang mengayomi, dan individu rumah tangga.(*)