Karena Selingkuh, Profesor ini Bunuh Istri dan Anak dengan Bola Yoga yang Diisi Gas Beracun!

By Fita Nofiana, Jumat, 24 Agustus 2018 | 07:30 WIB
Seorang Dokter Bunuh Anak dan Istrinya dengan Bola Yoga (worldofbuzz)

Faktur menunjukkan ia menghabiskan puluhan ribu dolar untuk 6,8 meter kubik karbon monoksida dengan kemurnian 99 persen.

Selama wawancara dengan polisi, Khaw mengatakan dia telah membawa pulang gas beracun itu dalam bola-bola yoga untuk memusnahkan tikus di rumah.

Tetapi seorang pembantu rumah tangga yang bekerja untuknya mengatakan tidak pernah ada masalah hewan tikus di rumah mereka.

Khaw mengelak dan mengatakan bahwa putrinya mungkin menggunakan bola-bola berisi gas untuk melakukan bunuh diri.

Namun hal itu langsung disangkal oleh banyak pihak termasuk guru dari anaknya itu."Itu tidak benar," katanya, menambahkan bahwa para guru di sekolahnya mengatakan dia bahagia.

Istri Khaw sendiri dinyatakan tahu tentang selingkuhannya, tetapi menolak untuk bercerai.

Pengadilan menemukan fakta mayat istri dan putri Khaw ditemukan di sebuah mobil yang diparkir di halte bus Sai O Village di Ma On Shan oleh seorang pelari, Tong Yuk-ling.

Tong Yuk-ling mengatakan kepada pengadilan bahwa awalnya dia mengira ibu dan anak itu sedang tidur siang, tetapi menjadi curiga ketika dia datang untuk kedua kalinya, 45 menit kemudian, dan menyadari bahwa wiper mobil masih menyala meskipun tak hujan.

Mereka kemudian dibawa ke Rumah Sakit Prince of Wales di Sha Tin, di mana Khaw juga bekerja sebagai dokter di rumah sakit itu.

Sebuah postmortem menemukan mereka telah meninggal karena menghirup karbon monoksida, tetapi mobil itu tidak menunjukkan adanya karbon di mobil yang menyebabkan petugas mengalihkan perhatian mereka ke bola yoga kempes di bagian belakang kendaraan.

BACA JUGA:Tega! Seorang Pengasuh Membunuh Bayi Majikannya dan Dimasukkan Kulkas

Seorang ahli mengatakan jika gas itu hadir dalam kehidupan sehari-hari, maka dapat merusak penglihatan, menyebabkan ketidaksadaran, dan kematian, jika terhirup dalam volume yang cukup.

"Itu bisa membunuh," kata Bruce.

Hingga kini proses persidangan profesor itu belum mencapai titik akhir.