3 Langkah Sukses Jepang Menghadapi Bencana Alam, Mungkinkah Diterapkan di Indonesia?

By Erinintyani Shabrina Ramadhini, Sabtu, 8 September 2018 | 08:01 WIB
Bandara Kansai di Jepang yang lumpuh akibat Badai Jebi, begini cara Jepang menangani bencana alam. (Abcnews.com)

Nakita.id - Pada Selasa (4/9) Topan Jebi menerjang daratan Jepang.

Terjangan topan tersebut bahkan tercatat sebagai badai dahsyat dan terkuat yang melanda Jepang dalam kurun waktu 25 tahun terakhir.

Topan ini membawa angin dengan kecepatan maksimal 216 kilometer per jam disertai hujan lebat, sehingga meninggalkan kehancuran di pelosok negeri.

Akibatnya, Jepang harus menutup bandara internasional utama dan mendorong Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe melakukan evakuasi awal warganya.

Tercatat 11 orang tewas dan 600 orang terluka.

Tak selesai sampai disitu, pada Kamis (6/9/2018), Jepang diguncang gempa berkekuatan 6,7 SR yang mengakibatkan delapan orang meninggal dunia.

Baca Juga : Tak Hanya Atlet Badminton, Para Atlet Voli Putri Juga Lelang Jerseynya untuk Gempa Lombok

Memang sudah menjadi rahasia umum, gempa bumi seolah sudah menjadi makanan sehari-hari masyarakat Jepang.

Hal ini disebabkan secara geografis Jepang terletak di daerah pertemuan tiga lempeng tektonik yang sangat aktif.

Kendati demikian, Jepang selalu bisa menangani bencana yang terjadi di negara mereka dengan efektif.

Ternyata ini rahasia penanganan bencana di Jepang: 

Dibangun untuk bertahan

Terletak di daerah Ring of Fire (Cincin Api Pasifik), mau tak mau Jepang sering mengalami bencana.

Sadar akan 'potensi' negaranya tersebut, pemerintah Jepang pun mempersiapkan segala infrastruktur yang kokoh dan tetap berdiri kendati digoyang gempa.

Baca Juga : Sebentar Lagi Menikah, Ini Persiapan Denny Sumargo untuk Rumah Baru

Persiapan mumpuni ini membuat seorang pakar di Manajemen Risiko Bencana Bank Dunia, Marc Forni mengatakan jika Jepang memang unggul dalam hal pencegahan maupun respon penanganan bencana alam.

Menanamkan kesadaran akan bencana sejak dini

Pada 1 September 1923, gempa berkekuatan 7,9 SR mengguncang Dataran Kanto, di antara Tokyo dan Yokohama.

Gempa itu mengakibatkan 100.000 korban tewas.

Hal itu sempat membuat pemerintah Jepang berwacana untuk memindahkan ibu kota Jepang.

Sejak saat itu, 1 September dijadikan sebagai Hari Pencegahan Bencana Nasional yang diterapkan di seluruh sekolah maupun kantor publik.

Berkaca dari peristiwa pahit yang terjadi, anak-anak Jepang pun diajarkan sejarah bencana yang terjadi di Negeri Sakura supaya selalu lebih waspada di masa mendatang.

Baca Juga : Pilihan Makanan untuk Menentukan Jenis Kelamin Anak, Bisa Dicoba Nih!

Selain itu, mereka akan mengikuti setiap pelatihan penyelamatan yang dilakukan untuk mengantisipasi jika suatu saat terjadi bencana.

Saling bahu membahu

Selain teknologi canggih, kunci sukses lain Jepang dalam menangani bencana adalah sinergi kementerian dan lembaga negara yang saling membantu saat bencana terjadi.

Para pejabat Jepang juga berusaha keras untuk membangun kerja sama dengan sektor swasta sebagai bentuk persiapan sebelum bencana.

Perusahaan swasta pun sudah memahami tugas mereka ketika bencana terjadi.

"Usaha dan tenaga yang tidak sedikit dari setiap institusi untuk menjadikannya sebagai skala nasional telah menuai buahnya," kata Forni.

Hal ini yang membuat Jepang membuktikan, kendati terjadi bencana kehidupan masyarakat dan perekonomian tetap berjalan sebagaimana mestinya.