Seeing is Believing: Wadah Berbagi Kebahagiaan Untuk Anak Penyandang Disabilitas

By Erinintyani Shabrina Ramadhini, Kamis, 13 September 2018 | 16:23 WIB
Program Volunteering 'Seeing is Believing' oleh Standard Chartered di Yayasan Pembinaan Anak Cacat Jakarta, Kamis (13/9). (Erinintyani Shabrina)

Nakita.id - Mata adalah jendela dunia bukanlah isapan jempol belaka, dengan mata kita akan melihat apapun di dunia ini dengan jernih.

Namun, nyatanya tak semua orang beruntung memiliki penglihatan yang jelas.

Faktanya, data yang dirilis oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menunjukkan terdapat 285 juta orang di seluruh dunia yang memiliki gangguan penglihatan pada 2010, termasuk kebutaan dan kemampuan penglihatan yang berkurang.

Dari jumlah tersebut, hampir 19 juta adalah anak-anak berusia 0-14 tahun.

 

Baca Juga : Tak Baik Untuk Kulit, Ini 10 Kesalahan yang Sering Dilakukan Saat Merawat Kulit

Menjawab permasalahan tersebut, hari ini (13/9) jajaran Direksi Standard Chatered Bank Indonesia menggelar program Volunteering bernama "Seeing is Believing".

Program ini memberikan akses kesehatan mata untuk 20 anak disabilitas (Celebral Palsy) di Yayasan Pembinaan Anak Cacat Jakarta.

Diadakan pertama kali sejak 2003, kegiatan ini diharapkan dapat mengurangi angka kebutaan di Indonesia.

Tak sendiri, program relawan ini bekerja sama dengan NGO Internasional seperti Helen Keller International dan LSM lokal.

"Anak disabilitas rentan mengalami gangguan penglihatan, faktornya banyak baik faktor internal sejak masih dalam kandungan maupun eksternal pada masa tumbuh kembang.

Sekarang ini bahkan jumlah penderita celebral palsy lebih tinggi dari autis, bisa dicek.

Tetapi perhatian untuk anak celebral palsy memang masih sangat kurang", ungkap Agoes Abdoel Rakhman,S.Pd., selaku Direktur Pelaksana YPAC Jakarta.

 

Baca Juga : Sederhana, Inilah Aktivitas yang Dilakukan Orang Sukses di Akhir Pekan

Melalui program "Seeing is Believing", dilakukan matching dan screening terhadap anak-anak celebral palsy dan tindak lanjut akan anak yang mengalami gangguan penglihatan.

Uniknya, program ini dikelola oleh staf dalam bentuk penggalangan dana dan kemudian dana tersebut akan digunakan untuk mendanai berbagai aktivitas.

"Kami meng-encourage staf untuk berpartisipasi aktif dalam melakukan penggalangan dana selama 3 hari cuti setiap tahunnya.

Tujuan utamanya 1: combating affordable blindness, karena sebenarnya 80% kasus gangguan penglihatan sebenarnya bisa dicegah jika dilakukan deteksi dini", jelas Rino Donosepoetro selaku CEO Standard Chartered Bank Indonesia.

Deteksi dini dilakukan dengan melakukan penyuluhan pada puskesmas, posyandu agar bisa meningkatkan pentingnya awareness terhadap gangguan penglihatan.

Baca Juga : Sakit Kepala Sering Kambuh, Bedakan Antara Migrain dan Vertigo!

Di Indonesia, project ini sudah menjangkau Jawa, Jakarta, Lombok dan Sulawesi Selatan.

"Harapannya bisa mengurangi angka kebutaan di Indonesia, karena tentunya bisa menekan beban pengembangan bangsa.

Semoga program kami bisa membantu mengatasi masalah bangsa dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat Indonesia", pungkas Rino.