Berita Kesehatan: Hati-Hati, Ancaman Kebutaan Akibat Retinopati (ROP) Tidak Hanya Pada Bayi Prematur

By Fadhila Auliya Widiaputri, Senin, 15 Oktober 2018 | 11:34 WIB
Ada kondisi bayi lain yang dapat menyebabkan risiko kebutaan akibat Retinopati Prematuritas (ROP) (SwiftCheckup.com)

Perawatan dini dapat membantu mempertahankan penglihatan sentral, yang memungkinkan anak melihat lurus ke depan, membaca, melihat warna, dan mengemudi.

Tujuan perawatan dan operasi ROP ialah untuk menghentikan perkembangan penyakit dan mencegah kebutaan.

Operasi ROP memang memiliki tingkat keberhasilan yang baik.

Namun 25% bayi yang menjalani operasi ROP mungkin masih kehilangan sebagian atau semua penglihatannya.

Bayi dengan ROP biasanya cenderung memiliki beberapa masalah penglihatan di kemudian hari, seperti miopia (rabun dekat), strabismus, amblyopia, glaukoma, dan ablasi retina.

Oleh karena itu, bayi dengan ROP masih harus menjalani perawatan mata rutin tahunan hingga ia dewasa.

Baca Juga : Berita Kesehatan: Kisah Kesembuhan Nutri, Pecinta Bakso dan Mie Instan Akhirnya Terkena Miom

Penting untuk dipahami bahwa ROP tidak memiliki tanda atau gejala saat bayi pertama kali lahir.

Untuk itu, sebaiknya orangtua dengan sadar langsung memeriksakan kondisi bayi prematur dengan dokter mata.

"Semua bayi prematur tanpa kecuali harus menjalani skirining dini ROP, jika tidak ingin mengalami dampak negatif ROP di kemudian hari," ujar pakar kesehatan mata anak Prof. dr. Rita Sita Sitorus, SpM (K), PhD.

Guru Besar Departemen Ilmu Kesehatan Mata Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI/RSUPN Cipto Mangunkusumo) ini mengatakan kasus ROP di Indonesia bukanlah hal yang baru di dunia kedokteran mata.

Baca Juga : Hati-hati, 6 Nama Bayi Populer di Indonesia Ini Ternyata Dilarang di Luar Negeri

Sayangnya, masih banyak orang yang belum mendeteksi ROP sejak dini.

Sebab data menunjukan, pasien ROP yang dirujuk ke RSCM 60%-nya adalah stadium lanjut. (*)