Berita Kesehatan: Hati-Hati, Ancaman Kebutaan Akibat Retinopati (ROP) Tidak Hanya Pada Bayi Prematur

By Fadhila Auliya Widiaputri, Senin, 15 Oktober 2018 | 11:34 WIB
Ada kondisi bayi lain yang dapat menyebabkan risiko kebutaan akibat Retinopati Prematuritas (ROP) (SwiftCheckup.com)

Nakita.id -  Atharva Bimasena Saputra, putra pasangan Cynthia Lamusu dan Surya Saputra terancam kebutaan akibat Retinopati Prematuritas (ROP).

Si Kecil yang akrab disapa Bima ini terkena Retinopati Prematuritas (ROP) karena lahir prematur di usia kandungan yang baru 33 minggu.

Gangguan Retinopati Prematuritas (ROP) yang diderita Bima terbilang tidak main-main.

Baca Juga : Anak Cynthia Lamusu Berisiko Alami Kebutaan karena Retinopati, Yuk Kenali Gangguannya!

Melalui instagramnya, Cynthia Lamusu mengatakan bahwa Retinopati Prematuritas (ROP) yang diderita Bima merupakan AP ROP yakni bentuk Retinopati parah dan langka yang berkembang cepat ke stadium lanjut dengan .

Beruntungnya saat Bima didiagnosis ROP, Bima langsung mendapatkan tindakan dan tindakan tersebut berhasil.

Baca Juga : Nurbaeny Janah Asisten Pribadi Cantik Hotman Paris, Digaji 20 Juta per Bulan Bonusnya Mercedes Benz

Kini Bima terhindar dari kebutaan tetapi dengan efek samping harus menggunakan kacamata sejak usia 18 bulan.

Retinopati Prematuritas (ROP) adalah gangguan mata yang biasa terjadi pada bayi dengan berat badan lahir kurang dari 1.500 g atau lahir di usia kehamilan kurang dari 32 minggu alias prematur. 

Selama kehamilan, pembuluh darah pusat retina bayi tumbuh dan berkembang di 16 minggu kehamilan.

Pembuluh darah itu terus bercabang keluar dan mencapai tepi retina selama 8 bulan kehamilan.

Pada bayi prematur, pertumbuhan ini terganggu dan muncul pembuluh darah abnormal yang dapat menyebabkan kebocoran dan pendarahan di mata.

Kebocoran dan pendarahan ini kemudian menimbulkan luka yang dapat menarik retina menjauh dari bagian belakang mata dan menyebabkan kebutaan pada bayi di awal kehidupannya.

Baca Juga : Berita Kesehatan Terbaru: Bakteri Menyerang Perut Anak Nia Ramadhani, Makanan Sehat Ini Bisa Jadi Penyebabnya!

Dilansir dari WebMD, selain prematur, ROP juga bisa menyerang bayi atau anak-anak dengan anemia, masalah pernapasan, transfusi darah, dan masalah kesehatan yang buruk.

Dalam beberapa kasus, ROP berlangsung secara ringan sehingga dapat memperbaiki dirinya sendiri dan tidak membutuhkan perawatan.

Namun beberapa kasus lainnya, ROP berlangsung cukup berat sehingga membutuhkan perawatan.

Ada lima perawatan yang dapat diberikan untuk penderita ROP.

- Cryotherapy (pembekuan) atau fotokoagulasi (terapi laser) untuk menghentikan pertumbuhan pembuluh darah dan menjaga retina melekat di belakang matanya.

- Scleral buckling, di mana dokter menempatkan band di sekeliling mata bayi dan mendorongnya ke dalam sehingga dapat membantu menjaga retina menempel di dinding mata.

Band ini akan dihapus dalam beberapa bulan atau tahun.

- Vitrektomi, di mana dokter mengganti cairan vitreous di dalam mata anak dengan larutan garam.

Kemudian ia mengangkat jaringan parut dari dalam mata sehingga memungkinkan retina mata tetap di dinding mata.

- Obat-obatan ditempatkan di dalam mata.

Baca Juga : Agar Perkembangan Otak Anak Optimal, Ini Tips Memilih Mainan Ala Dokter Reisa

Studi sedang berlangsung untuk melihat apakah obat yang mengobati degenerasi makula terkait usia dewasa dapat digunakan.

Perawatan dini dapat membantu mempertahankan penglihatan sentral, yang memungkinkan anak melihat lurus ke depan, membaca, melihat warna, dan mengemudi.

Tujuan perawatan dan operasi ROP ialah untuk menghentikan perkembangan penyakit dan mencegah kebutaan.

Operasi ROP memang memiliki tingkat keberhasilan yang baik.

Namun 25% bayi yang menjalani operasi ROP mungkin masih kehilangan sebagian atau semua penglihatannya.

Bayi dengan ROP biasanya cenderung memiliki beberapa masalah penglihatan di kemudian hari, seperti miopia (rabun dekat), strabismus, amblyopia, glaukoma, dan ablasi retina.

Oleh karena itu, bayi dengan ROP masih harus menjalani perawatan mata rutin tahunan hingga ia dewasa.

Baca Juga : Berita Kesehatan: Kisah Kesembuhan Nutri, Pecinta Bakso dan Mie Instan Akhirnya Terkena Miom

Penting untuk dipahami bahwa ROP tidak memiliki tanda atau gejala saat bayi pertama kali lahir.

Untuk itu, sebaiknya orangtua dengan sadar langsung memeriksakan kondisi bayi prematur dengan dokter mata.

"Semua bayi prematur tanpa kecuali harus menjalani skirining dini ROP, jika tidak ingin mengalami dampak negatif ROP di kemudian hari," ujar pakar kesehatan mata anak Prof. dr. Rita Sita Sitorus, SpM (K), PhD.

Guru Besar Departemen Ilmu Kesehatan Mata Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI/RSUPN Cipto Mangunkusumo) ini mengatakan kasus ROP di Indonesia bukanlah hal yang baru di dunia kedokteran mata.

Baca Juga : Hati-hati, 6 Nama Bayi Populer di Indonesia Ini Ternyata Dilarang di Luar Negeri

Sayangnya, masih banyak orang yang belum mendeteksi ROP sejak dini.

Sebab data menunjukan, pasien ROP yang dirujuk ke RSCM 60%-nya adalah stadium lanjut. (*)