Lika-Liku Cinta Kepala Keluarga Kerajaan Bali yang Awalnya Tak Mudah, Kedua Mertua Happy Salma!

By Rosiana Chozanah, Selasa, 16 Oktober 2018 | 17:42 WIB
Lika-liku kisah cinta kepala keluarga bangsawan Ubud, Bali (Kolase )

Nakita.id - Salah satu keluarga bangsawan yang kental dengan budayanya termasuk mengaplikasikannya adalah Puri Ubud, Bali.

Keluarga Puri Ubud, sama halnya dengan kisah cinta dari kerajaan Inggris, percintaan antara keturunan-keturunan raja dari Bali pun menarik untuk dibahas.

Aktris kenamaan tanah air, Happy Salma, sekarang telah menjadi bagian dari keluarga ningrat Bali ini, menikah dengan anak kedua dari Tjokorda Raka Kerthyasa dan Jero Asri Kerthyasa, yaitu Tjokorda Bagus Dwi Santana Kerthyasa.

Baca Juga : Pria Australia Ini Buat Tjokorda Maya Rela Lepas Gelar Putri Bali, Begini Pekerjaannya

Pasangan bahagia ini sudah dikaruniai dua buah hati, Tjokorda Sri Kinandari Kerthayasa dan Tjokorda Ngurah Rayidaru Kerthyasa.

Tetapi kali ini kita tidak akan membahas percintaan Happy Salma dan Tjokorda Bagus, melainkan orangtuanya, Jero Asri dan Cok Raka.

Happy Salma dan kedua mertuanya, Cok Raka dan Jero Asri

Jero Asri Kerthyasa yang dulunya bernama asli Jane Gillespie, merupakan perempuan asal Australia.

Melansir laman Indonesiaexpat.com, Jero Asri bertemu dengan sang suami, Tjokorda Raka Kerthyasa, saat berlibur ke Bali bersama keluarganya.

Peristiwa ini terjadi sudah lebih dari 40 tahun yang lalu, tepatnya pada 1977 silam.

Baca Juga : Moms Gemuk Ingin Lakukan Yoga? Ini Panduan Memilih Gerakan Yang Aman

Sebelum liburan yang bertemu dengan Putra Puri Ubud itu, sebenarnya Jane atau Jero Asri sudah pernah berlibur ke Bali untuk yang pertama kali, yaitu pada 1972.

Namun kali pertama Jane ke Bali hanya bersama teman-temannya saja.

Satu tahun saling mengenal satu sama lain hingga saling yakin, akhirnya satu tahun kemudian Jero Asri dan Cok Raka memutuskan untuk menikah.

Jero Asri dan Tjokorda Raka Kerthyasa

Saat itu, Jane masih berusia 23 tahun dan merupakan lulusan psikologi anak.

Reaksi keluarga Cok Raka saat mengetahui ide pernikahan tersebut diakui Jero Asri beragam.

Baca Juga : Alexa Key Diam-diam Menikah di Bali, Tengok Potret Bahagia dan Cantiknya Sang Pengantin

Beberapa anggota keluarga tidak terlalu tertarik dengan gagasan pernikahan itu, namun pada umumnya mereka cukup menerima kehadiran Jero Asri yang merupakan Warga Negara Asing.

Setelah resmi menikah, perempuan yang dulunya bekerja sebagai guru TK ini mendapat 'nama adopsi', dari Jane Gillespie menjadi 'Asri'.

Keluarga Cok Raka memberi nama Jane dengan sebutan 'Asri' yang mempunyai makna 'sempurna'.

Baca Juga : Manfaat Cuka Apel Buat Rambut, Usir Ketombe Hingga Bikin Mengilap

Di balik itu, pemilihan nama 'Asri' berasal dari gabungan 'Australia' (AS) dan 'Republik Indonesia' (RI).

Sedangkan penambahan 'Jero' di depan namanya adalah sebuah gelar yang diberikan kepada orang menikah dengan kasta yang lebih tinggi.

Sedangkan 'Kerthyasa' berasal dari nama keluarga Cok Raka sendiri.

Keluarga Kerthyasa

Jero Asri mengaku di laman The Sydney Morning Herald, bahwa sebelum dirinya pindah ke istana yang saat itu belum teraliri listrik hingga air, ia dan suaminya harus menghadapi pengawasan ketat dari kerajaan.

Tjokorda Raka, yang sekarang menjadi kepala keluarga kerajaan merupakan putra bungsu dari istri ke-10 ayahnya dan dulu diharapkan untuk menikah dengan sesama keturunan bangsawan Bali.

Baca Juga : Anak Happy Salma Rayakan Hari Saraswati Bersama Para Sepupu, Penampilannya Pakai Baju Bali Curi Perhatian

Namun cinta Cok Raka dan Jero Asri terlalu kuat, hingga mereka bisa bertahan, bahkan hingga sekarang.

Sebelum menikah, paspor Australia Jero Asri diambil darinya dan ia juga harus 'dibersihkan'.

"It was a radical change in lifestyle and a whole new culture for me to embrace. There was only one way to do things: the Balinese way! I experienced a huge change in every aspect of my day-to-day life," tuturnya.

(Sebuah perubahan radikal dalam gaya hidup dan semua budaya baru harus saya peluk. Hanya ada satu cara untuk melakukan semuanya: dengan cara orang Bali! Saya mengalami perubahan besar pada setiap aspek kehidupan sehari-hari.)

Baca Juga : Ini Caranya Moms, Redam Stres Tanpa Pelampiasan ke Makanan

Ia melanjutkan bahwa pada 1978, di Ubud yang merupakan desa kecil, hanya ada sedikit orang barat.

Bahkan di kalangan istana pun, mereka tidak memiliki fasilitas seperti listrik atau fasilitas yang layak.

Jero Asri mengakui bahwa tempat tinggalnya masih sangat asri namun juga primitif.

Setelah menikah, Cok Raka dan Jero Asri sempat tinggal beberapa tahun di Australia untuk membesarkan serta mendidik ketiga anaknya.

Baca Juga : 6 Panduan Wisata Kuliner Buat Ibu Hamil. Aman dan Pasti Kenyang

Saat itulah Tjokorda Raka harus merelakan gaya hidup kerajaannya dan dipaksa untuk melakukan pekerjaan sebagai tukang kebun serta pelayan untuk menghidupinya sehari-hari.

Ketika anak-anak sudah mulai dewasa, mereka kembali lagi ke Bali dan sekarang Tjokorda Raka merupakan kepala budaya dan agama di Ubud.

"Mereka sekarang harus berkonsultasi dengan saya, karena saya telah tinggal di Barat yang telah memberi saya perspektif baru di zaman modern tanpa kehilangan esensi budaya kami," tuturnya.

Cok Gde, Maya, Happy Salma dan Cok Gus

Baca Juga : Banyak yang Tak Sanggup, Ini 5 Rahasia Pengasuh Keluarga Kerajaan!

Cok Raka dan Jero Asri telah dikaruniai tiga orang anak, yaitu Tjokorda Gede Mahatma Putra Kerthyasa, Tjokorda Bagus Dwi Santana Kerthyasa dan Tjokorda Sri Maya Kerthyasa. (*)