Catat! Ini Dampak Tak Terduga Jika Sering Marah Saat Hamil

By Dini Felicitas, Jumat, 8 September 2017 | 10:00 WIB
Apa dampak buruk jika ibu hamil sering marah? (Dini Felicitas)

Nakita.id - Mama sedang hamil, tapi juga sedang berada dalam situasi yang serba menguji kesabaran Mama? Ya, wajar jika Mama jadi sering ingin marah, atau bahkan mungkin sudah kepalang marah-marah.

Marah itu wajar kok, sebenarnya. Bahkan, merupakan bentuk emosi yang sehat. Kita semua pasti pernah mengalami marah akibat frustrasi, dilukai, dikhianati, terganggu, kecewa, dan lain sebagainya. Marah bisa membantu, atau justru mengacaukan kondisi kita, tergantung bagaimana kita mengekspresikannya.

(Baca juga : Yang Perlu Ibu Tahu Tentang Seks Ketika Hamil)

Apa yang terjadi jika ibu hamil sering marah?

Dr Miriam Stoppard, penulis dan pakar kesehatan kehamilan, meyakini bahwa bayi pertama kali mengenal dunia dari ibunya. Bayi tidak hanya mengalami stimuli dari luar, tetapi juga dari perasaan sang ibu.

Emosi yang berbeda bisa memicu pelepasan senyawa kimia tertentu ke pembuluh darah. Senyawa kimia ini kemudian melewati plasenta menuju bayi dalam beberapa detik setelah Mama mengalami gejolak emosi.

Kemarahan biasanya diikuti dengan perubahan fisiologis dan biologis. Ketika kita marah, jantung akan berdetak lebih kencang, napas menjadi pendek-pendek, otot-otot berkontraksi, dan gerakan usus bergejolak.

Pada emosi yang tinggi, jantung akan memompa darah lebih cepat, sehingga oksigen tidak dapat mengalir dengan baik ke seluruh jaringan tubuh. Tubuh akan menjadi siaga dan mengaktifkan beberapa hormon yang menyebabkan kejang dan kontraksi pada kandungan.

(Baca juga : Tips Menerima Perubahan Fisik Saat Hamil)

Menurut riset badan amal Inggris, Tommy’s, the Baby Charity, ibu hamil yang sering marah berisiko mengalami keguguran, kematian janin di dalam kandungan, dan kelahiran prematur. Kemarahan dalam jangka panjang atau kecemasan juga berpengaruh buruk pada bayi.

Kelak si kecil mudah rewel, kelahiran yang bermasalah, kolik pada bayi, berat badan bayi rendah (dan bisa saja berakibat kematian), mudah menangis, keterlambatan tumbuh kembang, mudah waswas, kesulitan belajar di kemudian hari, dan bahkan hiperaktif.

Penelitian menunjukkan, bayi prematur yang lahir dari ibu hamil yang mengalami depresi juga akan meningkatkan kemungkinan mengalami komplikasi, seperti penyakit paru-paru kronis, dan ketika dewasa cenderung menderita penyakit jantung, tekanan darah tinggi, dan diabetes.

(Baca juga : Sering Merasa Nyeri Perut Saat Kehamilan? Ini Sebabnya)

Dengan semua akibat buruk yang akan terjadi pada ibu dan anaknya, ada baiknya Mama berusaha mengontrol emosi ketika sedang hamil.