Cara Mudah Mendeteksi Buta Warna Pada Anak di Rumah, Moms Bisa Coba!

By Fadhila Afifah, Kamis, 1 November 2018 | 20:56 WIB
Mendeteksi buta warna sejak kecil (Pexels)

Nakita.id - Moms, alangkah baiknya jika orangtua dapat mendeteksi kelainan buta warna pada anak sejak dini.

Dengan mengetahui sejak dini, orangtua bisa menuntun arah masa depan Si Kecil.

Perlu diketahui, buta warna dibagi dalam dua kategori, yaitu buta warna total dan buta warna parsial.

Pada buta warna total, penyandangnya tidak bisa mengenali warna lain, kecuali hitam dan putih.

Baca Juga : Catat, Bukan Karena Gen, Hal Ini Bisa Menjadi Penyebab Buta Warna!

Untungnya, kasus yang disebabkan ketiadaan pigmen warna pada sel retina ini sangat jarang terjadi.

Sementara itu, pada buta warna parsial, penyandang mengalami defisiensi (kekurangan) pigmen dalam sel retina sehingga tidak bisa melihat warna tertentu saja.

Gabungan defisiensi merah dan hijau adalah gangguan yang paling sering terjadi, sedangkan defisiensi biru jarang sekali.

Baca Juga : Inilah Alasannya Mengapa Stres Dapat Membuat Tubuh Rentan Penyakit!

Yang perlu diluruskan, penderita buta warna bukan tidak bisa mengenali satu warna tertentu, tetapi ia tak bisa mengenali kombinasi atau campuran warna.

Ia bisa saja tahu warna-warna dasar, seperti kuning, merah, dan biru, serta warna-warna sekunder, seperti hijau, jingga, dan ungu.

Namun, ketika warna-warna itu dikombinasikan lagi dengan warna lainnya, ia tidak mampu mengenali atau bingung menentukan, apakah itu hijau tua atau biru, dan sebagainya.

Ada beberapa penyebab buta warna.

Baca Juga : Rambut Rontok Bisa Jadi Tanda Kekurangan Zat Besi, Cek 5 Tanda Ini!

Pertama adalah keturunan, yang kedua karena didapat. Buta warna bawaan disebabkan adanya mutasi dalam kromosom X yang diturunkan ayah atau ibu.

Kasus buta warna lebih banyak terjadi pada laki-laki. Mengapa? Karena laki-laki yang terbentuk dari kromosom XY hanya mempunyai satu kromosom X.

Baca Juga : Berita Kesehatan Wanita: Ciri Moms Berisiko Terkena Diabetes Gestasional

Dengan demikian, jika kromosom X-nya terganggu atau rusak, maka dia berpotensi lebih besar mengalami buta warna.

Sementara itu, perempuan yang terbentuk dari kromosom XX, jika salah satu kromosom X-nya mengalami gangguan, masih ada satu kromosom X lagi sehingga ia hanya menjadi pembawa sifat (carrier) buta warna.

 

Baca Juga : 7 Faktor yang Meningkatkan Peluang Kehamilan Bayi Kembar, Catat!

Penyebab lain buta warna adalah karena didapat.

Hal ini biasanya terjadi ketika anak mengalami kerusakan retina atau cedera (trauma) pada otak yang menyebabkan pembengkakan di lobus occipital.

Kerusakan akibat paparan sinar ultraviolet karena tidak menggunakan pelindung mata secara benar juga bisa menyebabkan buta warna.

Menurut dr Amyta Miranty, Sp M, Presiden Direktur RS Mata Aini, Jakarta, dikutip dari Nakita, orangtua perlu waspada dan segera memeriksakan anaknya bila tidak bisa membedakan warna atau salah menyebutkan warna meski sudah sering diajarkan.

 

Baca Juga : Berita Kesehatan Wanita: Perempuan Ini Rutin Minum Urine Anjing Agar Cantik, Ini Kata Dokter!

Perhatikan juga riwayat keluarga, apakah ada anggota keluarga yang mengalami buta warna.

Orangtua bisa melakukan pemeriksaan buta warna sendiri di rumah. Caranya, campurkan benang wol beraneka warna.

Kemudian, minta anak mengambil benang warna tertentu. Jika ia tampak bingung, maka sekecil apa pun kecurigaan, tak ada salahnya untuk dikonsultasikan pada dokter mata.

Baca Juga : Berita Kesehatan: 7 Keajaiban Berjalan Kaki 30 Menit Setiap Hari

Untuk memastikan kasus buta warna, dokter mata umumnya akan melakukan tes hara dengan buku berisi kombinasi berbagai warna.

Biasanya juga akan dilakukan tes penunjang, seperti pemeriksaan organ mata, dan sebagainya.

Kerusakan itu secara umum tak hanya terkait dengan keluhan buta warna, tetapi juga pada hal lain, semisal ketajaman penglihatan, luas pandang, dan sebagainya.

Baca Juga : Catat Berbagai Gejala Anak Sakit Ginjal, Jangan Disepelekan Moms

Yang perlu disadari, anak penderita buta warna tidak mengalami hambatan secara fisik dan kesehatan.

Si Kecil tetap dapat hidup, beraktivitas, bersekolah, berkarier, dan sebagainya.

Moms bisa mengarahkan Si Kecil pada bidang-bidang profesi yang tidak membutuhkan keahlian memilah warna secara dominan. (*)