Banyak Bayi Artis Sudah Diajak Liburan Mewah Keliling Dunia, Bisakah Bayi Mengingat Memori Indah Saat Kecil?

By Cynthia Paramitha Trisnanda, Selasa, 6 November 2018 | 09:06 WIB
Rachel Vennya ajak Xabiru melihat binatang secara langsung di Afrika (instagram @rachelvennya)

Nakita – Para orangtua yang menjadi orangtua baru bagi anaknya pasti selalu ingin mengabadikan setiap momen langkah demi langkah yang dijalani anaknya.

Tak heran bila ia berlomba-lomba memberikan yang terbaik, yang mereka bisa bagi anak-anaknya.

Bahkan, mereka yang memiliki finansial lebih, terbiasa menyediakan berbagai fasilitas juga kemewahan bagi anak-anak mereka.

Bagi para selebritis, hal tersebut bisa dibilang hal yang mudah dilakoni.

Bahkan beberapa di antara mereka, sudah mulai mengajak anak-anaknya yang masih bayi, bahkan saat usia kurang dari satu tahun untuk menikmati liburan bersama.

Seperti halnya yang dilakukan Vicky Shu belakangan ini.

Bersama suami, ibu, keponakan dan anak bayinya, Abimanyu, Vicky Shu pergi ke Jepang untuk menikmati liburan.

Ia terlihat selalu melibatkan Abimanyu dalam setiap kegiatannya di Jepang, mulai dari makan bersama, mengunjungi berbagai lokasi di Jepang dan lain sebagainya.

Setali tiga uang dengan Vicky Shu, selebgram Rachel Vennya bahkan telah berkali-kali mengajak anak laki-lakinya, Xabiru Al-Hakim berlibur bersama dengannya.

Baca Juga : Tajir Melintir! Rachel Vennya Liburan Naik Pesawat Suite First Class, Harganya Setara 30 Penumpang Kelas Ekonomi

Mulai dari berlibur ke Puncak Bogor, Bali, Singapura, Kenya bahkan, kini, ia dan suaminya, Niko Al-Hakim tengah berlibur bersama ke London.

Tak seperti biasanya, Rachel kali ini hanya pergi bertiga. Artinya, liburannya kali ini sekaligus mengasuh Xabiru seorang diri, karena biasanya, Rachel pergi bersama suster atau pengasuh Xabiru.

Bagi orangtua, tentu momen bersama anak-anak saat liburan bersama menjadi momen yang paling menyenangkan.

Mereka bisa mengabadikan setiap momen menarik, lucu, bahkan menyenangkan bersama anak bayi dan juga pasangan serta keluarganya.

Bahkan, bagi orang dewasa, mereka bisa mengingat bagaimana indahnya berlibur bersama, rasa makanan yang ia cicipi selama berlibur, tempat-tempat menarik yang dikunjungi dan masih banyak lagi.

Ini sebabnya, dalam kesibukan berkarir dan bekerja, berlibur dianggap suatu hal yang tak kalah penting untuk menyeimbangkan hidup.

Bahkan, liburan memiliki berbagai macam manfaat, baik bagi kesehatan tubuh maupun bagi kesehatan mental.

Pentingnya Liburan

Liburan kerap jadi perdebatan bagi sebagian orang.

Banyak yang mengira bahwa liburan akan buang-buang waktu, tenaga dan juga uang.

Bahkan, liburan kerap dijadikan alasan seseorang untuk menunda pekerjaan mereka demi kenyamanan liburannya.

Tetapi, hal itu hanya dilakukan oleh orang yang tidak bertanggung jawab.

Karena pada dasarnya, setiap orang membutuhkan liburan untuk menyegarkan pikiran juga mentalnya demi keseimbangan hidup.

Liburan kerap diartikan hanya dilakukan oleh pihak-pihak yang memiliki tekanan pekerjaan dan juga tugas tinggi. Itu salah besar.

Tak hanya orang-orang yang bekerja dengan tekanan tinggi, liburan wajib dilakukan paling tidak untuk membuat mental dan pikiran kembali segar.

Karena tanpa disadari, hanya menjalankan aktivitas biasa saja, seseorang juga menghadapi bebannya masing-masing.

Mulai dari pemilihan keputusam, mengelola keuangan, mengatur rumah tangga, dan masih banyak lagi.

Baca Juga : Rachel Vennya Beri Hukuman pada Xabiru, Nyatanya Menghukum Si Kecil Punya Banyak Manfaat

Para peneliti mengklasifikasi bahwa hal tersebut juga akan memicu stres dan juga ketertekanan hidup.

Seseorang mungkin menghadapi beban berat untuk memenuhi segala kebutuhannya, akan tetapi tak pernah dimasalahkan, hal ini justru yang menjadi ketakutan tersendiri karena dampaknya tidak akan terlihat jelas.

Akibatnya, muncullah stres kronis yang berisiko melawan berbagai kesempatan hidup.

Saat seseorang mengalami stres, kemampuan untuk menghindar dari perlawanan justru akan menurun.

Bahkan, mereka cenderung mudah sakit karena merasa terpukul dan tidak bisa mengatur emosi mereka masing-masing.

Secara materi genetik, sel-sel di dalam tubuh akan berubah dengan cara yang sangat buruk.

Sehingga, tak hanya secara mental, yang biasa ditunjukkan dengan mudah tersinggung, depresi dan cemas, tetapi seseorang juga akan mengambil keputusan yang kurang tepat dalam hidupnya.

Dari pengertian di atas, stres jelas menjadi hal yang menakutkan meski kerap diabaikan.

Cara paling efektif menangkal stres pada diri sendiri adalah menyempatkan waktu liburan.

Itu mengapa di tengah kesibukannya, para selebritis masih sempat jalan-jalan atau berlibur baik ebrsama teman dekat maupun keluarga.

Liburan memiliki potensi untuk mengurangi siklus stres.

Perasaan seseorang yang menjalani liburan akan siap untuk menghadapi tantangan dan dunia lagi.

Menurut Psychology Today, para peneliti menemukan bahwa masalah akan lebih ringan ketika seseorang menyempatkan waktu ebrsantai dan menjauhi hiruk-pikuk pekerjaan lengkap dengan tekanannya.

Liburan jadi salah satu ajang istirahat dari rutinitas tersebut.

Baca Juga : Sedang Liburan Ke Korea, Donita Ungkap Tip Memboyong Buah Hati

Bahkan, liburan menjadi alternatif paling sukses, ketika seseorang mengalami stress dan penat, hal ini seperti yang tercatat dalam film National Lampoon.

Selain mengurangi tingkat dan risiko stres, liburan juga mampu mengembangkan memori seseorang terhadap suatu kejadian menarik.

Sehingga dengan meningkatnya memori tersebut, ia akan mampu bekerja lebih baik dan menjalani hidup lebih sehat dan juga mental yang lebih kuat.

Jadi, liburan tak hanya jadi ajang untuk menghilangkan stres, tetapi juga jadi ajang untuk meningkatkan intelektual melalui peningkatan dan pengembangan memori manusia.

Bila pada orang dewasa hal tersebut bisa terjadi, lantas apakah para bayi akan merasakan manfaat yang sama?

Liburan Bersama Bayi

Liburan bersama bayi bukanlah suatu hal yang mudah.

Jelas perbekalan dan  juga kebutuhan bayi akan beberapa kali lebih banyak dibandingkan barang bawaan orangtua dan anggota keluarga lainnya.

Meski begitu, liburan bersama bayi memiliki manfaat tersendiri.

Berlibur bersama anak-anak, terutama bayi, akan membuat orangtua mampu menghadapi segala aktivitas dan juga kerepotan bersama bayi bersama-sama.

Dengan berlibur bersama bayi, kemampuan dan keterampilan orangtua merawat dan juga mengasuh bayinya akan meningkat.

Bayi juga memiliki ikatan lebih dekat dengan orangtuanya karena setiap hari tak lepas dari pengawasan orangtua.

Bayi juga bisa merasakan rasa aman dan nyaman ketika berlibur bersama orangtua, karena ia tak akan pernah kehilangan sejengkal waktu pun bersama orangtuanya.

Bahkan, di usia tertentu, memori berlibur tersebut mampu menngkatkan kecerdasan juga kemampuan serta kreativitas anak.

Tetapi apakah bayi yang usianya kurang dari satu tahun mampu mengingat memori saat mereka diajak liburan oleh orangtuanya?

Baca Juga : Sama-sama Mama Muda, Vicky Shu Ceritakan Serunya Berteman dengan Kahiyang Ayu

Memori Ingatan Bayi

Menurut Web MD, sebuah penelitian berhasil menentang gagasan orangtua bahwa anak-anak mudah membentuk ingatannya pada usia yang terbilang masih bayi.

Ini karena banyak orang beranggapan bahwa ingatan dan kenangan anak-anak tak akan memudar seiring berjalannya waktu, karena memori masa kecilnya masih penuh dan mudah mengingat.

Mereka juga berpikir bahwa anak di bawah usia tiga tahun memiliki keterampilan kognitif atau bahasa untuk memroses dan menyimpan peristiwa sebagai kenangan.

Menurut profesor psikologi, Carole Peterson, PhD dan rekannya dari Canada Memorial University of Newfoundland, penelitian anggapan tersebut tidak benar.

Kenangan awal anak memang akan berubah dari waktu ke waktu digantikan dengan ingatan yang paling baru sampai usianya 10 tahun.

“Ketika anak-anak kecil akan semakin tua, kenangan pertama mereka cenderung terjadi belakangan, dan kemudian sekitar usia 10 tahun, ingatan mereka mengkristal,” ujar Peterson.

Dalam upaya tersebut, peneliti meminta sampel dari beberapa anak untuk mendeskripsikan kenangan awal mereka dan meminta mereka melakukan hal yang sama dua tahun kemudian.

Pada dua kesempatan tersebut, anak-anak juga diminta memperkirakan usia mereka setiap ingatan dan orangtua ditanyai konfirmasi mengenai peristiwa itu terjadi.

Para peneliti menemukan bahwa anak-anak usia 4 dan 7 tahun menunjukkan sangat sedikit tumpang tindih antara ingatan yang mereka ingat sebagai kenangan pertama.

“Bahkan ketika kami mengulangi apa yang mereka katakana pada kami dua tahun sebelumnya, banyak dari anak-anak yang lebih muda akan memberitahu kami bahwa itu tidak terjadi pada mereka,” tambah Peterson.

Sebaliknya, sepertiga anak-anak yang usianya 10 hingga 13 tahun menggambarkan memori paling awal mampu mereka ingat.

Para peneliti sekarang mempelajari mengapa anak-anak mengingat kejadian tertentu dan tidak mengingat kejadian tertentu juga.

Baca Juga : 7 Fakta Menarik Tendangan Bayi dalam Kandungan, Ibu Hamil Harus Tahu!

Peterson mengatakan peristiwa traumatis atau suatu hal menegangkan akan menjadi bagian kecil dari ingatan paling awal yang dilaporkan oleh anak-anak dalam penelitian ini.

Selain traumatis, kebudayaan juga akan mempengaruhi cara ingat mereka.

Perbedaan budaya dan juga kebiasaan yang dilakukan lingkungan akan merubah bagaimana anak-anak akan mengingat memori masa kecilnya.

Sehingga tidak benar bahwa anak-anak mampu mengingat memorinya saat bayi.

Ia tetap bisa mengingat, saat usianya sudah menginjak antara 10 hingga 13 tahun karena kemampuan kognitifnya mulai terbentuk.