Hati-hati Kehamilan dengan Rhesus Negatif

By Saeful Imam, Senin, 21 November 2016 | 05:00 WIB
Kehamilan dengan rhesus negatif (Saeful Imam)

Tabloid-Nakita.com - Kehamilan sehat dan persalinan lancar adalah dambaan setiap Mama hamil. Sayangnya, tidak semua Mama mendapatkan kedua hal itu, ada yang kehamilannya lancar, tapi janin yang dilahirkannya cacat. Tidak sedikit juga Mama hamil yang mengalami keguguran.

Nah, salah satu yang memicu keguguran dan kecacatan janin adalah perbedaan golongan darah rhesus yang dialami Mama dan anak. Rhesus adalah penggolongan darah yang kurang popular. Masyarakat tanah air lebih akrab dengan penggolongan sistem ABO, yaitu penggolongan darah yang terdiri dari golongan darah A, B, AB dan O. Tidak banyak yang mengenal rhesus, meski sama-sama penting seperti penggolongan darah dengan ABO.

Rhesus, merupakan penggolongan atas ada atau tidak adanya antigen-D. Antigen-D pertama dijumpai pada sejenis kera yang disebut Rhesus pada tahun 1937, dari kera inilah sebutan rhesus diambil. Orang yang dalam darahnya mempunyai antigen-D disebut rhesus positif, sedang orang yang dalam darahnya tidak dijumpai antigen-D, disebut rhesus negatif. Pada jaman dahulu dalam transfusi darah, asal golonganya sama, tidak dianggap ada masalah lagi. Padahal, bila terjadi ketidak cocokan rhesus, bisa terjadi pembekuan darah yang berakibat fatal, yaitu  kematian penerima darah.

Dengan kemajuan teknologi screening darah, maka sekarang ketidak cocokan rhesus dalam transfusi hampir bisa dibilang tidak ada lagi. Orang-orang dengan rhesus negatif mempunyai sejumlah kesulitan karena diseluruh dunia ini, memang orang dengan rhesus negatif relatif lebih sedikit jumlahnya. Pada orang kulit putih, rhesus negatif hanya sekitar 15%, pada orang kulit hitam sekitar 8%, dan pada orang asia bahkan hampir seluruhnya merupakan orang dengan rhesus positif.

Kehamilan dengan Rhesus Negatif Mengapa dalam kehamilan faktor rhesus sangat penting? Ada atau tidaknya antigen-D dalam darah seseorang sangat berpengaruh pada kehamilan.  Bila seorang wanita dengan rhesus negatif mengandung bayi dari pasangan yang mempunyai rhesus positif, maka ada kemungkinan sang bayi mewarisi rhesus sang ayah yang positif. Dengan demikian akan terjadi kehamilan rhesus negatif dengan bayi rhesus positif. Hal ini disebut kehamilan dengan ketidak cocokan rhesus.

Sayangnya lagi, menurut diskusi yang digelar Rumah Sakit Bhethsaida di The Spring Club, Gading Serpong, Tangerang, Sabtu (19/11) lalu, dr. Rudi Simanjuntak SpOG, menjelaskan, hampir pasti perempuan rhesus negatif akan memilik pasangan suami yang rhesus positif. Pada saat kehamilan, hal ini berpotensi membuat janin rhesus positif dalam tubuh ibu dengan rhesus negatif akan memosisikan hadirnya janin sebagai “benda asing”. Kondisi ini dapat mengakibatkan kematian pada janin didalam rahim atau bila sang buah hati lahir akan mengalami beberapa gangguan kesehatan seperti anemia, kuning, hati bengkak bahkan pada kasus yang lebih parah adalah gagal jantung.

Selain itu, efek ketidakcocokan ini juga dapat menimbulkan kerusakan sel darah merah bisa juga memicu kernikterus (kerusakan otak) dan jaundice (bayi kuning/hiperbilirubinimia), gagal jantung dan anemia dalam kandungan maupun setelah lahir. Karena hati bayi yang baru lahir belum cukup matang, maka ia tak dapat mengolah sel darah merah yang rusak (bilirubin) ini dengan baik untuk dikeluarkan oleh tubuhnya, sehingga terjadi hiper bilirubin/bayi kuning.

Selain itu sang hati pun akan bekerja terlalu keras sehingga mengakibatkan pembengkakkan hati dan dibanjirinya paru-paru dengan cairan. Karena produk perusakan sel darah merah adalah racun bagi otak maka terjadi kernicterus (kerusakan otak). Selain itu sumsum bayi yang belum matang tak dapat mengganti sel darah merah dengan cukup cepat, maka ia akan kembali melepaskan sel darah merah yang belum matang dalam sirkulasi darah (reticulocytes dan erythroblast). Dalam kondisi ini sang ibu tetap aman karena bilirubin yang masuk dalam sirkulasi darahnya lewat plasenta akan dikeluarkan oleh sistem metabolismenya.

Penanganan Kehamilan dengan Rhesus Negatif Karena begitu jarangnya orang dengan rhesus negatif, maka sangat sedikit rumah sakit yang dapat menanganinya. Begitu pula dengan dokter kandungan, ternyata banyak sekali yang masih tidak mengerti masalah kehamilan dengan rhesus negatif ini. Maka itu bila Anda mengetahui rhesus darah Anda adalah negatif, segera cari informasi rumah sakit dan dokter mana yang bisa menangani kehamilan Mama.

Dr Rudi Simanjuntak berpesan, bila Mama sudah mengetahui dirinya memiliki rhesus negatif, maka segeralah mencari informasi rumah sakit dan dokter yang dapat menangani kehamilannya dengan tepat. Lebih lanjut dr. Rudi menambahkan, “Seorang ibu dengan rhesus negatif pada pemeriksaan kehamilan pertama akan diperiksa darahnya untuk memastikan jenis rhesus darah dan melihat apakah telah tercipta antibodi. Bila belum tercipta antibodi, maka pada usia kehamilan 28 minggu dan dalam 72 jam setelah persalinan akan diberikan suntikan Immunoglubulin Anti-D ”.

Suntikan ini akan menghancurkan sel darah merah janin yang beredar dalam darah ibu, sebelum sel darah merah itu memicu pembentukan antibodi yang dapat menyeberang ke dalam sirkulasi darah janin. Dengan demikian sang janin akan terlindung dari serangan antibodi. 

Selain pada kehamilan, rhesus negatif juga berpengaruh pada bayi saat dilahirkan. Pada anak dengan Rh+ yang lahir dari ibu Rh- dapat terjadi anemia hemolitik yaitu pemecahan sel-sel darah merah sehingga terjadi peningkatan kadar bilirubin dalam darah bayi dan bayi tampak kuning. Dr. Christiana R Setiawan, SpA, mengatakan, “Bila terjadi peningkatan kadar bilirubin maka dapat dilakukan fototerapi pada bayi. Namun, bila kondisi lebih berat dibutuhkan transfusi tukar. Risiko bertambah pada kelahiran anak ke-3.”

Saat ini hadir Rhesus Negatif Indonesia (RNI) yang merupakan komunitas yang murni bergerak dalam bidang sosial kemasyarakatan (Non Profit) yang dibentuk atas dasar kesamaan rhesus darah dan ketergantungan yang tinggi antar sesama pemilik darah rhesus negatif, sehingga jika suatu saat ada salah satu di antara pemiliknya membutuhkan transfusi dapat teratasi dengan cepat.

Ketua Umum RNI Lici Murniati menjelaskan, “Aktivitas utama kami adalah terus mencanangkan gerakan sadar rhesus. Hal ini karena dari kasus-kasus yang masuk permintaan kebutuhan darah adalah baru mengetahui rhesus negatif pada saat butuh transfusi. Dan masih banyak anggapan bahwa rhesus negatif adalah kelainan darah, penyakit atau penyebab penyakit. Yang benar adalah rhesus negatif hanya merupakan salah satu varian Golongan Darah. Mari kita syukuri pemberian Tuhan yang spesial ini.”