Nakita.id - Tidak bisa dipungkiri, kehamilan menjadikan Mama pusat perhatian. Tidak hanya di rumah, namun juga di kantor dan di tempat umum. Namun, banyak hal tak terduga yang dialami ibu hamil dan membuatnya tidak nyaman. Misalnya, lebih dari 80% ibu hamil pernah kaget ketika perutnya dipegang oleh teman tanpa permisi —bahkan orang asing pun bisa melakukannya. Tapi bukan hanya itu yang bikin ibu hamil jadi tidak nyaman.
Dalam beberapa kejadian, mungkin ada teman atau orang asing yang tanpa sengaja melontarkan kalimat yang membuat Mama jadi risih atau bahkan tersinggung. Nah, daripada mood Mama terganggu dan jadi jengkel seharian, lebih baik kuasai jurus menangkalnya! Mama yang sedang tidak hamil juga perlu mengerti kalimat yang dibenci ibu hamil supaya tidak membuatnya tak nyaman:
Kalimat 1: “Ih, mau dong pegang perutnya….”
Kita semua pasti tergoda mengelus perut ibu hamil, apalagi sewaktu sang ibu mengumumkan kalau bayinya sedang menendang-nendang. Tapi kalau Mama sendiri yang sedang hamil, pasti rasanya menyebalkan kalau ada yang tiba-tiba memegang perut Mama tanpa izin. Setelah perut dipegang, nanti apa lagi? Ini ‘kan wilayah pribadi!
Balas dengan: Saat ada tangan yang ingin pegang perut Mama, segera tutupi dan katakan sambil bercanda, “Aduh… jangan pegang-pegang. Bayinya enggak suka dipegang, soalnya dia pemalu!”
Kalimat 2: “Waktu itu saya mulesnya sampai dua hari, tapi bayinya enggak lahir-lahir juga!”
Coba bayangkan ketika ada kerabat yang menceritakan dengan detail pengalamannya saat melahirkan bayi. Mendengarnya saja pasti bikin Mama jadi bergidik ngeri. Untuk urusan cerita persalinan, setiap ibu pasti ingin berbagi pengalaman. Tapi bukan berarti ibu harus pasrah menelan cerita itu dan malamnya malah mimpi buruk, bukan? Apalagi kalau Mama sedang hamil anak pertama…
Balas dengan: Ketika obrolan seputar pengalaman melahirkan masih berisi nasihat-nasihat berguna, silakan Mama dengarkan. Tapi begitu sudah mulai menyeramkan, tidak ada salahnya Mama langsung minta cerita dihentikan. “Aduh, setop, ah. Jadi seram, nih, dengarnya!”
Kalimat 3: “Ya ampun, besar sekali hamilnya? Kembar ya?”
Siapa pun tidak suka dibilang besar ataupun gemuk. Apalagi ibu hamil yang memang sedang mengalami pertambahan berat badan yang sangat banyak. Bayi kembar atau bukan, sebenarnya itu urusan ibu yang hamil, bukan orang lain. Bila ada teman Mama yang sepertinya kurang menyadari hal itu, lebih baik tidak usah dimasukkan ke dalam hati.
Balas dengan: Jawab pertanyaan teman dengan singkat dan padat. “Oh, bukan kembar kok. Besar ya? Itu berarti bayinya sehat!”
Kalimat 4: “Oooh, jadi itu namanya? Teman kuliah saya namanya juga itu. Kuliahnya enggak lulus, akhirnya kena drop out!”
Berapa besar kemungkinan Mama memberikan nama untuk bayi yang kebetulan sama dengan nama orang lain? Pasti sangat besar. Meski nama adalah amanat, bukan berarti nasib penyandang nama tersebut di mana-mana akan sama. Daripada marah, lebih baik Mama ingat lagi, apa alasan di balik pemberian nama tersebut. Atau, lebih baik lagi, kalau ada yang bertanya siapa nama calon bayi, bilang saja “Rahasia”.
Balas dengan: Katakan saja dengan santai, “Bill Gates dan Steve Jobs juga enggak lulus dari Harvard, tapi sukses tuh jadi miliarder!”
Kalimat 5: “Ayolah, satu gelas saja boleh kok!”
Makan malam bersama dengan teman lama terkadang bisa jadi dilema. Apalagi kalau biasanya diakhiri dengan minum yang mengandung alkohol. Teman Mama mungkin lupa kalau Mama sedang hamil, lalu bertanya apa yang ingin Mama pesan. Ketika Mama menolak, dia mencoba membujuk dengan anggapan sedikit wine tidak akan berdampak bagi kesehatan.
Balas dengan: Tetap memesan minuman yang diinginkan, baik itu jus maupun air putih. Saat dibujuk, Mama bisa bilang, “Wah, jangan dong. Masak bayinya sudah kenal wine duluan sejak di perut. Nanti saja kalau sudah besar!”
Kadang-kadang, orang lain tak sadar bahwa ada kalimat yang menyinggung perasaan ibu hamil. Jadi, tak usah dianggap serius. Jawab saja dengan jawaban bernada canda seperti di atas.
Rekap Perjalanan Bisnis 2024 TikTok, Tokopedia dan ShopTokopedia: Sukses Ciptakan Peluang dan Dorong Pertumbuhan Ekonomi Digital
Penulis | : | Irene Harris |
Editor | : | Dini Felicitas |
KOMENTAR