Nakita.id - Rasa ingin tahu anak yang tinggi, membuatnya selalu ingin mencoba segala sesuatu yang dilihatnya. Sebagai orangtua, Mama tentu senang melihat si kecil terlihat aktif bermain dan mengeksplorasi hal yang baru. Namun, terkadang tingkah anak yang tidak mau diam membuat Mama menjadi sedikit emosi, bahkan marah kepadanya.
Hal tersebut memang wajar terjadi tetapi sebaiknya Mama berusaha untuk menahan dan mengendalikan emosi ketika menghadapi polah tingkah anak. Ada beberapa cara kok untuk mengontrol emosi dan menjadi orangtua yang lebih sabar saat menghadapi anak:
Tenangkan diri
Meskipun anak sedang rewel, tantrum, dan menolak untuk melakukan apa yang Mama katakan, sebaiknya upayakan untuk mengelola amarah Mama. Kesabaran orangtua jelas sedang diuji ketika menghadapi situasi ini. Saat sedang emosi, bukan tidak mungkin Mama akan mengucapkan kata-kata yang tidak pantas dan kasar pada anak. Jika tetap dilakukan, justru dapat memperburuk suasana. Lebih baik, sejenak jauhkan diri dari anak untuk menjernihkan pikiran. Minta orang terdekat Mama untuk setidaknya menemani dan mengawasi anak untuk sementara waktu.
Tetapkan batas emosi
Sadarkan diri Mama saat emosi sedang menyulut. Mama harus tahu sampai mana batasan amarah yang boleh dilontarkan pada si kecil. Marah memang tidak salah untuk menegur anak ketika ia melakukan sesuatu yang salah. Namun, Mama juga perlu mengontrol emosi agar tidak menimbulkan trauma dan dampak negatif pada anak. Jika memang benar-benar kesal, coba lakukan sesuatu yang bisa menahan emosi. Cara yang paling mudah untuk menjadi orangtua yang lebih sabar adalah menarik napas panjang setiap kali amarah mulai terasa, dan coba berpikir lebih positif.
Tegaskan aturan yang berlaku. Tidak marah atau berteriak pada anak bukan berarti mereka bebas dari konsekuensi akibat perbuatan mereka. Menetapkan aturan dan mengingatkannya berulangkali adalah kunci untuk membesarkan anak yang sopan dan bertanggungjawab. Ketimbang membentak anak, lebih baik ingatkan aturan yang sudah pernah ditetapkan dan apa resikonya jika anak tidak mengikutinya. Jika mereka tidak melanggar aturan, dan sekadar rewel biasa, tugas Mama untuk melupakan amarah dan menanyakan apa yang bisa Mama lakukan untuk membantu mengurangi kerisauan mereka.
Fokus pada hal yang prinsip. Ini juga cara untuk lebih sabar saat menghadapi anak. Buat batasan untuk menjaga agar anak tetap aman, dan membantu mereka untuk belajar mengontrol diri dan perilakunya. Meskipun begitu, Mama tidak perlu bilang "tidak" untuk semua yang mereka lakukan. Tentukan, aturan mana yang penting bagi Mama dan harus tetap diikuti, dan biarkan yang lain berjalan sesuai keinginan anak. Misalnya, anak ngotot ingin memakai gelas warna hijau setiap kali minum, atau ingin memakai rok garis-garis dengan blus polkadot. Berkeras agar anak mengikuti standar Mama dalam hal fashion rasanya hanya menambah frustrasi untuk Mama maupun si kecil, ya enggak? Biarkan saja selama hal itu bukan hal yang prinsip, seperti mencuci tangan sehabis main di luar misalnya.
Ucapkan kata-kata positif
Hal lain yang bisa dilakukan untuk mengontrol rasa marah Mama pada si kecil adalah dengan mengucapkan kata-kata positif. Sebisa mungkin paksakan diri untuk mengucapkan kata positif, meski anak sedang menangis kencang. Misalnya katakan, “Sayang, jangan menangis keras-keras yuk, nanti dedek di depan dengar suara kamu, lho. Yuk, kita main yang lain aja yuk.” Awalnya mungkin akan sangat susah, tetapi jika dibiasakan akan membantu Mama untuk mengurangi kadar ketenangan diri.
Berikan contoh yang baik
Anak memang sangat cepat meniru apa yang terjadi di lingkungan, termasuk sikap Mama. Apabila Mama sering menunjukkan sikap marah di depan anak, maka tidak heran jika ia akan tumbuh sebagai anak yang temperamental. Anak sangat mungkin menyerap apa pun yang didengar dan dilihatnya.
Menjadi orangtua berarti belajar segala hal yang baru. Meskipun Mama sudah memiliki anak sebelumnya, setiap anak tentu akan membutuhkan penanganan dan pembelajaran yang berbeda dari sebelumnya. Selalu yakin bahwa Mama bisa menjadi orangtua yang lebih sabar dan selalu menyebarkan nilai positif, karena sikap Mama adalah cerminan si kecil nantinya.
Penulis | : | Deonisia Arlinta |
Editor | : | Dini Felicitas |
KOMENTAR