3. Tentukan batasan
Jelaskan pada anak bahwa menyentuh diri sendiri adalah hal yang harus dilakukan secara pribadi. Lalu jelaskan di mana hal itu dapat dilakukan, seperti di kamar tidur atau kamar mandi. Ketika Ibu memergoki anak memainkan alat kelaminnya di tempat umum, jangan langsung panik dan berusaha melepaskan tangannya. Coba alihkan perhatiannya dulu. Jika hal itu tidak berhasil, berikan dia peringatan lembut.
4. Ajari anak tentang tubuhnya
Ibu dapat memulai pendidikan seksual anak dengan mengajarinya nama-nama yang pantas untuk bagian-bagian tubuhnya. Saat mandi adalah kesempatan yang tepat untuk hal ini. Misalnya, Ibu dapat mengatakan, “Sekarang ayo sabuni perut dulu, lutut, penis.…” Dengan begitu, Ibu membuat semua bagian tubuh sama pentingnya. Jika Ibu membuat nama lain atau mengabaikan suatu bagian tubuh tertentu, Ibu mengisyaratkan bahwa ada yang salah dengan bagian tubuh tersebut,” Silverberg menjelaskan.
5. Mengajari tentang kebersihan
Cukup jelaskan pada anak bahwa tangan mereka harus bersih sebelum menyentuh diri mereka sendiri. Misalnya, “Satu hal yang harus selalu kita lakukan adalah mencuci tangan. Jika tidak, akan ada kotoran di vaginamu, nanti kalau gatal dan sakit bagaimana?”
6. Hubungi dokter jika mulai khawatir
Orangtua harus memerhatikan jika perilaku si balita menjadi kompulsif, dilakukan secara berulang untuk mengurangi kecemasan, tidak tertahankan, dan tidak bisa dicegah, kata Silverberg. Anak-anak yang kerap menyentuh alat kelaminnya, dan melakukannya karena mereka tidak dapat berhenti, merupakan suatu hal yang berbeda. Jika Ibu khawatir, segera konsultasi ke dokter.
Rekap Perjalanan Bisnis 2024 TikTok, Tokopedia dan ShopTokopedia: Sukses Ciptakan Peluang dan Dorong Pertumbuhan Ekonomi Digital
Penulis | : | Meisy Billem |
Editor | : | Dini Felicitas |
KOMENTAR