Nakita.id - Kenapa ya anak senang membuat barang-barang di rumah berantakan? Dalam hitungan detik, ia mungkin sudah berhasil merobek, menarik, menggigit atau menghancurkan seluruh isi rumah Anda. Namun, Ibu jangan cepat emosi, karena ini alami dilakukan setiap anak untuk mengembangkan rasa ingin tahu yang tinggi.
Batita pada dasarnya sangat suka menjelajahi dunia di sekelilingnya. Itu bagian dari pembelajaran tentang dirinya, tentang orang lain dan lingkungan sekitarnya. Melalui keingintahuan yang impulsif ini, ia membangun pengetahuan tentang bagaimana benda-benda itu berfungsi. Ia tidak bisa memikirkan cara yang lebih baik untuk menemukan rahasia terdalam mainan-mainan, buku-buku dan benda-benda lain, selain dengan merobek, dan merusaknya hingga berkeping-keping.
Baca juga : Ini Penyebab Mengapa Mulai Usia Dua Tahun Anak Susah Diatur
Ini bukan karena ia memang ingin merusaknya, atau karena ia memiliki kepribadian yang agresif. Ia cuma ingin melihat apa yang ada di dalam benda-benda tersebut, mengamati bagaimana benda-benda tersebut bekerja. Sayangnya, barang-barang yang berhasil dirusak akan sulit diperbaiki dan anak belum berpikir sejauh itu.
Meskipun antusiasme dan rasa ingin tahu mendukung pembelajaran si batita, tantangan yang Ibu hadapi adalah bagaimana cara memanfaatkan sifat-sifat positif dalam cara-cara yang mendukung eksplorasi, tetapi pada saat yang sama tidak menyebabkan banyak kerusakan barang-barang di rumah.
Berikut adalah beberapa strategi yang dapat Ibu lakukan:
1. Memberikan mainan yang bisa dipasang-bongkar.
Sejak Ibu tahu bahwa anak senang menyembunyikan benda-benda atau mainan, berikan dia mainan yang dapat ia pasang dan bongkar kembali. Misalnya, memberikan mainan lego dan megablok yang memungkinkan ia untuk menyusunnya dengan cara yang ia sukai dan dapat ia bongkar kembali sewaktu-waktu. Dukung anak untuk bermain dengan jenis mainan seperti ini sehingga ia bisa memuaskan rasa ingin tahunya tanpa menciptakan kekacauan dengan barang-barang di rumah.
Baca juga : 4 Alasan Mengapa Anak Susah Diatur Saat Menginjak Usia 2 Tahun
2. Menetapkan batas yang jelas.
Masalahnya adalah ia belum belajar tentang kapan ia boleh membongkar sebuah benda dan kapan saatnya tidak boleh. Ia pikir semua benda sama saja.
Jelaskan kepadanya apa yang ia tidak boleh hancurkan, seperti DVD player, ornamen-ornamen di atas meja, dan buku-bukunya. Tunjukkan padanya bahwa benda-benda itu tidak bisa disatukan kembali ketika sudah dihancurkan. Jadi, ia harus memegangnya dengan hati-hati.
3. Bersiaplah untuk mengatakan "tidak".
Setelah Ibu sudah menjelaskan bahwa anak tidak diperbolehkan untuk merusak mainan atau furnitur, namun ia masih tetap melanjutkan dan ingin merusaknya, sebaiknya Ibu katakan "tidak" kepadanya. Jangan takut untuk menghadapinya bahkan jika anak marah-marah. Dengan begini, anak akan dengan cepat belajar bahwa ketika Ibu sudah mengatakan "tidak", itu berarti benar-benar tidak boleh dilakukan.
Baca juga : 5 Kebiasaan Buruk yang Umum Terjadi Pada Anak Serta Solusinya
4. Alihkan perhatian anak daripada mendebatnya.
Jangan tunggu sampai Ibu harus berdebat dan anak melawan Anda. Pencegahan selalu lebih efektif. Jadi, jika Ibu melihat anak akan merobek buku atau merusak mainan, alihkan perhatiannya dengan aktivitas yang lebih tepat. Tawarkan anak mainan atau game yang berbeda, dan kemudian bermain bersama-sama dengannya, sehingga anak benar-benar merasa terlibat. Dengan cara itu, Ibu dapat menghindari kekacauan sebelum benar-benar terjadi. Ya kan?
5. Gunakan pujian secara efektif.
Ketika si kecil memainkan mainannya dengan cara yang benar dan meninggalkannya dalam kondisi ia menemukannya, jangan lupa untuk memberinya pujian. Bilang padanya betapa Ibu merasa senang karena ia telah bemain dengan begitu manis.
Ia akan berbinar-binar mendapatkan komentar positif dari Ibu. Dengan begitu, ia cenderung tidak ingin merusak mainannya lagi. Menghargai perilaku positif biasanya lebih efektif ketimbang menghukum perilaku negatif.
For the Greater Good, For Life: Komitmen ParagonCorp Berikan Dampak Bermakna, Demi Masa Depan yang Lebih Baik Bagi Generasi Mendatang
Penulis | : | Avrizella Quenda |
Editor | : | Ida Rosdalina |
KOMENTAR