3. Usia tiga sampai lima tahun: Ini usia sulit. Anak akan terus-menerus membandingkan perilaku orang-orang di sekitarnya. Jadi cara Ibu berbicara atau berteriak akan dibandingkan cara kakek dan neneknya atau anggota keluarga lainnya saat berbicara dengannya. Pada usia ini juga anak akan menuntut rasa hormat dari orang tua dengan cara mereka, menurut Dr Sanghanayak.
Bagaimana pengaruhnya: Terlalu banyak berteriak dan membentak akan menegangkan ikatan orang tua-anak. Gaya pengasuhan semacam ini akan membuat anak menjadi obsesif. Anak-anak yang menjadi sasaran kata-kata kasar akan berusaa sempurna pada apa saja yang mereka kerjakan sehingga mereka tidak menjadi sasaran kemarahan orang tua. Ini bisa menghancurkan diri sendiri. Konsekuensi lain adalah kemungkinan mereka mulai berbohong kepada Anda karena mereka berpikir kebenaran mungkin tidak menyenangkan Anda. Mereka mulai mengalami krisis kepercayaan dengan Anda,” kata Dr. Sanghayanak.
Apa yang harus Ibu lakukan: Hindari menggunakan kata-kata kasar dan beri lebih banyak aksi cinta. Beri waktu tenang dan mulai berikan pengertian pada anak alasan Ibu memarahinya. Libatkan anak untuk mengoreksi kesalahan yang dilakukan anak. Ini akan membuat anak bersedia untuk belajar lebih baik dan tidak mengulanginya di masa mendatang.
Namun, kadang-kadang orang tua perlu juga memarahi anak. “Jika Anda tidak pernah memarahai anak, ini juga bisa merusak. Anak yang dimanja mungkin tidak bisa menerima instruksi dari Anda kelak. Ketika Anda baru berusaha mendisiplinkannya nanti, katakanlah ketika ia berusia tujuh atau delapan, kemungkinan ia akan memberontak. Ini bisa mengarah pada kebisaan menghancurkan diri sendiri seperti merokok, membenturkan kepala ke dinding, marah dan menyendiri. Jadi yang terbaik adalah memiliki rencana aksi dan konsekuensi. Ketika Anda membentak anak, ingat untuk menyelesaikan seluruh episode dengan pelukan atau kata-kata manis,” demikian nasihat Dr. Sanghayanak
Penulis | : | Avrizella Quenda |
Editor | : | Ida Rosdalina |
KOMENTAR