Nakita.id - Jika orang tua jengkel, wajar jika mereka marah dan berteriak ke arah anak. Bahkan, banyak yang tak pikir panjang untuk meneriakkan kata-kata kasar jika menemukan kesalahan anak. Berkata kasar dianggap jauh lebih baik ketimbang menampar atau mengurungnya di dalam ruang gelap. Duh, padahal ini juga bukan pola asuh yang benar.
Meskipun tak ada kekerasan fisik ketika Anda berteriak pada anak-anak, kekerasan verbal mengikis kondisi mental, kepercayaan dirinya secara luar biasa.
Baca juga : Jangan Lakukan Kekerasan Fisik untuk Menghukum Anak
Dr Sanghanayak Meshram, psikiater dan seksolog Mumbai memberikan pemahaman tentang bagaimana kekerasan verbal mempengaruhi si kecil ketika anak menerima kata-kata kasar, saran yang tidak diinginkan, perbandingan dan segala pikiran orang tua tentang anaknya. Berikut dampak dan cara yang dapat dilakukan Ibu jika memarahi atau meneriaki anak sesuai dengan usianya:
1. Bayi baru lahir hingga usia satu tahun: Anak-anak pada usia ini membutuhkan banyak cinta, perhatian, kasih sayang dan banyak kesabaran agar anak bisa menyesuaikan diri dengan dunia baru. Namun, jika Ibu menderita depresi pascamelahirkan, Anda mungkin lebih sering meneriaki anak. "Ini tidak membantu sama sekali. Bahkan jika Anda berteriak pada si kecil untuk menyampaikan pesan, itu hanya akan membuat orang bingung," ungkap Dr Sanghanayak.
Bagaimana pengaruhnya: Pada usia ini, berteriak hanyalah sebuah gangguan yang tidak dapat dimengerti anak. Anak mungkin akan lebih mudah marah dan bisa mengganggu siklus tidurnya. Memang tidak akan memiliki efek jangka panjang bagi anak, tetapi sebaiknya Ibu tahan diri agar tidak meneriaki bayi yang baru lahir.
Apa yang harus Ibu lakukan: Berilah pelukan, ajak anak bermain, dan tentu saja bicara padanya agar bayi lebih terikat dengan Ibu dan merasakan keamanan dan kenyamanan yang datang dari adanya ikatan batin orang tua.
Baca juga : Jangan Dihukum, Sebaiknya Lakukan Cara Ini Agar Batita Menurut
2.Usia satu sampai tiga tahun: Pada usia ini, anak-anak sangat rentan, dan cara Ibu bersikap padanya akan meninggalkan kesan yang kelak mungkin sulit dilupakan. Pada tahap ini, kita lebih sering berteriak untuk memastikan keselamatan mereka, bukan mendisiplinkan mereka. Misal, ketika Ibu berteriak jika ia berjalan di lantai basah, atau saat anak tidak mau menghabiskan makanannya, “Tapi sekali lagi, ini bukan hal yang bisa dipahami anak-anak,” kata Sanghanayak.
Bagaimana pengaruhnya: Pada usia ini, berteriak dan omelan membuat anak menjadi cemas. Hal ini juga dapat merusak kepercayaan diri dan enggan berpikir terbuka. Mereka lebih banyak memikirkan konsekuensinya ketimbang berani mengekspresikan diri, menurut Sanghanayak.
Apa yang harus Ibu lakukan: Begitu Ibu selesai memarahi dan meneriakinya, pilih tindakan yang lebih bijaksana untuk menyampaikan bahwa Ibu tetap mencintainya. “Anak-anak butuh penutupan dari episode seperti itu. Duduk dan katakan dengan tenang kepada anak Anda mengapa Anda harus berteriak dan mengapa tindakannya bisa berbahaya,” kata Dr. Sanghanayak.
Baca juga : Ini Cara Menghukum Anak yang Tepat dan Efektif
3. Usia tiga sampai lima tahun: Ini usia sulit. Anak akan terus-menerus membandingkan perilaku orang-orang di sekitarnya. Jadi cara Ibu berbicara atau berteriak akan dibandingkan cara kakek dan neneknya atau anggota keluarga lainnya saat berbicara dengannya. Pada usia ini juga anak akan menuntut rasa hormat dari orang tua dengan cara mereka, menurut Dr Sanghanayak.
Bagaimana pengaruhnya: Terlalu banyak berteriak dan membentak akan menegangkan ikatan orang tua-anak. Gaya pengasuhan semacam ini akan membuat anak menjadi obsesif. Anak-anak yang menjadi sasaran kata-kata kasar akan berusaa sempurna pada apa saja yang mereka kerjakan sehingga mereka tidak menjadi sasaran kemarahan orang tua. Ini bisa menghancurkan diri sendiri. Konsekuensi lain adalah kemungkinan mereka mulai berbohong kepada Anda karena mereka berpikir kebenaran mungkin tidak menyenangkan Anda. Mereka mulai mengalami krisis kepercayaan dengan Anda,” kata Dr. Sanghayanak.
Apa yang harus Ibu lakukan: Hindari menggunakan kata-kata kasar dan beri lebih banyak aksi cinta. Beri waktu tenang dan mulai berikan pengertian pada anak alasan Ibu memarahinya. Libatkan anak untuk mengoreksi kesalahan yang dilakukan anak. Ini akan membuat anak bersedia untuk belajar lebih baik dan tidak mengulanginya di masa mendatang.
Namun, kadang-kadang orang tua perlu juga memarahi anak. “Jika Anda tidak pernah memarahai anak, ini juga bisa merusak. Anak yang dimanja mungkin tidak bisa menerima instruksi dari Anda kelak. Ketika Anda baru berusaha mendisiplinkannya nanti, katakanlah ketika ia berusia tujuh atau delapan, kemungkinan ia akan memberontak. Ini bisa mengarah pada kebisaan menghancurkan diri sendiri seperti merokok, membenturkan kepala ke dinding, marah dan menyendiri. Jadi yang terbaik adalah memiliki rencana aksi dan konsekuensi. Ketika Anda membentak anak, ingat untuk menyelesaikan seluruh episode dengan pelukan atau kata-kata manis,” demikian nasihat Dr. Sanghayanak
Penulis | : | Avrizella Quenda |
Editor | : | Ida Rosdalina |
KOMENTAR