Menurut sebuah studi dalam jurnal Pediatrics tahun 2015, kecenderungan anak susah makan ada hubungannya dengan kecemasan, depresi, dan ADHD dalam kategori sedang dan berat. Pada kasus mereka, kondisi makan yang memburuk akan berdampak pada psikologis anak.
Kecemasan dapat berasal dari makanan itu sendiri, terutama jika makanan itu asing atau tidak disukai, atau berasal dari faktor-faktor lain, seperti paksaan untuk makan atau memori negatif terhadap kegiatan makan. Anak-anak juga dapat merasa cemas karena mereka merasakan orangtua mereka kecewa, frustrasi dan marah.
Memaksa anak makan ternyata memperparah kondisi ARFID. Misalnya, mendorong anak untuk makan sesuap lagi, makan beberapa suap sebelum meninggalkan meja makan, atau mencoba makanan baru yang tidak diinginkan anak. Padahal, penelitian menunjukkan, terlalu banyak tekanan dapat mengurangi nafsu makan anak, memacu kecemasan, mendapatkan respons emosional (termasuk menangis dan marah) atau anak menjadi takut makanan.
Baca juga : Trik Membujuk Anak Makan Sayur tanpa Memaksa
"Kami mendorong orangtua untuk peka terhadap bagaimana anak merespons upaya untuk makan (atau berinteraksi dengan) makanan yang berbeda,” kata Dr Katja Rowell, salah satu penulis “Helping Your Child with Extreme Picky Eating.”
Perbedaan besar antara picky eater dan ARFID adalah, picky eater akan berangsur hilang bersamaan dengan sikap konsisten memberikan makanan secara berulang berkat lingkungan makan yang positif dan pengasuhan yang baik. Sedangkan ARFID sifatnya lebih kompleks dan memerlukan bantuan lebih lanjut untuk mengatasi masalah yang mendasarinya. Anak-anak ARFID butuh bantuan profesional, seperti dokter, ahli gizi, ahli diet, bahkan terapi okupasi untuk terapi bicara dan terapi makan, dan sebagainya. Tujuannya untuk membantu mereka memperluas keragaman makanan dengan rasa baru, memperbaiki kekurangan gizi dan meningkatkan pertumbuhan, serta mengatasi kecemasan.
Pengobatan harus positif dan mendukung, untuk tetap menjaga hubungan tumbuh kembang anak-anak dengan makanan. Ada cara bagi orangtua untuk dapat mengatasi masalah anak susah makan tersebut dengan memfasilitasi cara baru tanpa paksaan atau tekanan.
Social Bella 2024, Dorong Inovasi dan Transformasi Strategis Industri Kecantikan Indonesia
Penulis | : | Avrizella Quenda |
Editor | : | Dini Felicitas |
KOMENTAR