Nakita.id - Jangan tunggu hingga anak Ibu masuk SD untuk memeriksa apakah ia terkena mata malas. Menurut ahli, anak-anak sebaiknya sudah pernah menjalani pemeriksaan mata malas setidaknya satu kali sebelum berusia 5 tahun.
Para ahli di Amerika Serikat yang tergabung dalam U.S. Preventive Services Task (USPSTF) menyarankan orangtua untuk mengajak si balita ke dokter, agar bisa dilakukan pemeriksaan terhadap sejumlah faktor risiko mata malas.
Pemeriksaan dini terhadap mata malas, atau bahasa medisnya amblyopia, penting untuk si balita. Apalagi pada usia ini, balita umumnya masih belum memahami bahwa dirinya mengalami gangguan penglihatan, sehingga mereka cenderung tidak mengeluhkan kondisinya pada orangtua. Sementara jika dibiarkan tanpa penanganan, anak berisiko mengalami gangguan penglihatan permanen saat memasuki usia usia 6-10 tahun.
Mata malas terjadi akibat terganggunya koordinasi antara salah satu mata dengan otak. Gejala yang dialami anak bisa bermacam-macam, mulai dari mata yang terlihat juling sebelah, gerakan kedua mata yang tidak sinkron, atau anak tidak bisa mengukur jarak dengan baik. Selain itu, anak juga kerap terlihat memicingkan atau memejamkan salah satu matanya.
Hingga kini, diperkirakan sebanyak 6% anak berusia prasekolah menderita mata malas ataupun beberapa kondisi yang bisa meningkatkan risiko gangguan tersebut, misalnya saja mata yang cenderung juling atau tidak dapat berfokus dengan sempurna. Faktor risiko lainnya adalah faktor keturunan serta gangguan perkembangan yang dialami anak.
"Dengan menemukan adanya kelainan penglihatan ini sejak usia balita, dokter bisa merekomendasikan terapi untuk membantu mengoreksi pengelihatan anak. Pada usia ini, otak anak-anak masih dalam tahap perkembangan. Jadi, ada harapan gangguan ini akan bisa diatasi dan anak bisa terhindar dari bahaya kehilangan penglihatan," kata Dr. Alex Kemper dari Duke University Medical School di Durham, Amerika Serikat.
Terapi yang umumnya diberikan oleh dokter bagi anak yang menderita mata malas antara lain adalah dengan penggunaan kacamata. Selain itu, mata anak yang normal dapat ditutup, sehingga mata yang mengalami gangguan dirangsang untuk dapat berkembang lebih baik. Lakukan terapi ini sebelum terlambat sehingga balita bisa melihat dengan normal lagi.
Social Bella 2024, Dorong Inovasi dan Transformasi Strategis Industri Kecantikan Indonesia
Penulis | : | Irene Harris |
Editor | : | Dini Felicitas |
KOMENTAR