Nakita.id - Vaksinasi memiliki peran penting dalam membebaskan tubuh manusia dari berbagai penyakit serius. Selain itu, vaksinasi adalah faktor kunci yang berkontribusi untuk mencegah banyak penyakit mematikan di seluruh dunia.
Pemberian vaksin bisa saja tidak menimbulkan rasa sakit atau justru akan menyakitkan, tergantung pada jenis vaksin dan prosedur.
Istilah "vaksinasi tanpa rasa sakit" umumnya terkait dengan vaksin DTP (DTaP), yaitu jenis vaksin sub-unit. Vaksin ini hanya mengandung sebagian bakteri yang menyebabkan pertusis. Sementara, tipe vaksinasi dengan rasa sakit, yaitu vaksin DTwP, memiliki efek samping yang relatif lebih banyak karena adanya komponen sel utuh dari pertusis. Inilah faktor yang berkontribusi terhadap efek samping dan rasa sakit.
(Baca juga : Vaksin Harus Diulang, Ini Alasannya)
Karena mayoritas vaksin dirancang untuk para bayi, rasa sakit adalah faktor utama pertimbangan. Tapi, selain itu, ada banyak hal yang harus dipertimbangkan sebelum meminta vaksin tanpa rasa sakit. Para pakar menyarankan agar orang tua memikirkan lebih dari sekadar faktor rasa sakit saat akan memberi vaksin.
Vaksin-vaksin tertentu, seperti vaksin oral untuk kolera, tifoid, rotavirus dan penyemprot hidung untuk influenza, tidak menyebabkan rasa sakit. Namun, sebagian besar vaksin penting masih diberikan dengan cara yang konvensional.
Sebagai bahan pertimbangan, mari kita diskusikan secara detail perbedaan besar antara vaksin dengan rasa sakit dan tanpa rasa sakit. .
Kandungan Vaksin
Vaksin tanpa rasa sakit adalah bentuk aselular yang hanya mengandung sebagian bakteria untuk merangsang sistem kekebalan. Pada saat yang sama, vaksin dengan rasa sakit adalah bentuk sel yang utuh. Kedua vaksin ini juga bisa diberikan secara kombinasi.
(Baca juga : 4 Imunisasi yang Disarankan Sebelum Hamil)
Efek Samping
Keuntungan utama dari vaksinasi yang tidak menyakitkan adalah vaksin itu menimbulkan sedikit efek samping terhadap demam tinggi dan rewel. Anak jadi lebih nyaman setelah vaksinasi.
National Geographic Indonesia: Dua Dekade Kisah Pelestarian Alam dan Budaya Nusantara
Penulis | : | Avrizella Quenda |
Editor | : | Ida Rosdalina |
KOMENTAR