Nakita.id - Pemalu, pendiam, atau takut? Itulah yang terjadi ketika anak mendadak jadi pasif di sekolah, padahal di rumah tergolong bawel. Ketika guru memberikan pertanyaan, ia tidak menjawab pertanyaan gurunya. Tampaknya ia juga tidak memperhatikan pelajaran dengan baik. Kadang-kadang dia bahkan berpaling dari guru ketika diajak berbicara. Tidak heran teman-temannya menganggap si kecil sangat pendiam. Sedangkan Ibu dan Ayah mungkin menganggapnya Si Jago Kandang.
Jika ditanya mengenai hal itu, anak mungkin akan mengatakan bahwa ia tahu sebagian besar yang guru bicarakan di kelas. Namun ketika masih mengumpulkan keberanian untuk menjawab pertanyaan, guru akan sudah beralih ke siswa berikutnya. Hal ini sebenarnya membuat anak frustrasi, dan diekspresikan melalui semburan emosi tak terkendali dan menjengkelkan saat bersama Ibu (Baca juga: Anak Bawel di Rumah tapi Pendiam di Sekolah? Jangan Dibiarkan!).
Kalau Ibu menyebut si kecil Jago Kandang, ada pula istilah medis yang menyebutnya selective mutism (dari kata mute, alias diam, bisu, atau gagu). Bisu selektif adalah bentuk gangguan kecemasan pada anak-anak yang secara konsisten memiliki ketakutan untuk berbicara dalam situasi dan lingkungan tertentu, namun berbicara dengan bebas di rumah dengan keluarga dekat dan teman-teman, demikian menurut Dr. Sanveen Kang-Sadhnani, Kepala Psikolog Klinis dari Centre Manger of Thomson Pediatric Centre.
Meskipun jarang, gangguan ini memengaruhi kurang dari satu orang di setiap 100 orang. Gangguan itu harus dianggap serius karena memengaruhi perkembangan alami anak-anak, dan dapat memengaruhi harga diri, keterlambatan bicara, bahasa, atau masalah pendengaran (Baca: Si Kecil Sekolah Sebelum Waktunya, Apa Manfaatnya?).
“Gangguan bisu selektif biasanya muncul antara usia dua dan lima tahun meskipun gejalanya mungkin tidak jelas sampai anak memasuki usia sekolah, yaitu saat anak diharapkan berbicara jelas,” kata Dr Natasha Riard, psikolog Departemen Perkembangan Anak di KK Women’s and Children’s Hospital.
Mungkinkah selective mutism hanya karena suasana hati anak lambat berubah? Tidak juga, kata Dr Riard. Gangguan bisu selektif lebih dari sekadar dipicu rasa malu atau suasana hati yang lambat berubah. Sifat bisu selektif juga bisa diturunkan dalam keluarga. Sejumlah besar anak dengan gangguan bisu selektif memiliki kecenderungan genetik gangguan kecemasan (Baca: Anak yang Sudah Pintar Bicara Lebih Jarang Nangis Saat Mulai Sekolah).
Lalu bagaimana memperlakukan anak dengan gangguan bisu selektif?
Jika khawatir anak didiagnosis dengan gangguan bisu selektif atau tampaknya menunjukkan kecenderungan demikian, Dr Sanveen menyarankan mengikuti serangkaian pengobatan. “Perawatan psikologis, terapi bicara dan bahasa, kemungkinan juga menggunakan obat-obatan, dan dukungan dari keluarga di rumah,” tegasnya.
Hal ini penting untuk mendorong anak untuk mandiri, Dr. Sanveen menambahkan. Dia mengingatkan bahwa 90 persen anak dengan gangguan bisu selektif juga mengalami fobia sosial atau kecemasan sosial. Oleh karena itu, transisi dan perubahan lingkungan sosial baru akan menakutkan bagi mereka. Anak mungkin tampak pemalu, tetapi bagi anak, berbicara dan berinteraksi sosial lebih menyebabkan rasa takut. Ia bisa diam mematung ketika harus berdiri di depan kelas, padahal di rumah sudah berlatih menyanyi dan menari (Baca: Trik Meninggalkan Anak Di Sekolah Tanpa Menangis).
Untuk membantu anak melewati ketakutannya, libatkan anak dalam perencanaan kegiatannya sehari-hari. Biarkan anak merencanakan jadwal hari itu, karena jika ia tahu apa yang akan terjadi, ia tidak akan panik. Yang terpenting, ciptakan suasana yang santai tanpa ada tekanan untuk berbicara, namun tidak terlalu melindungi anak. “Jika seorang anak tidak dapat berkomunikasi karena pilihan atau keinginannya, ia akan belajar konsekuensi jika keinginannya tidak terpenuhi,” kata Dr Riard.
Dr. Sanveen berbagi tips untuk membantu anak-anak yang jago kandang seperti ini:
• Pastikan semua orang dewasa yang terlibat menyadari kesulitan anak.
• Kurangi tingkat kecemasan anak dengan tidak memaksa anak untuk berbicara.
• Sekolahkan anak di kelas umum.
• Izinkan anak berkomunikasi dengan cara lain, seperti melalui gerakan atau pesan tertulis.
• Libatkan anak dalam kegiatan rutin yang konsisten. Biarkan dia memiliki seseorang atau beberapa teman yang sama untuk pekerjaan kelas. Libatkan anak dalam kegiatan yang tidak memerlukan berbicara, seperti membaca dalam hati, menulis, permainan papan, dan lainnya (baca juga: Ini Kemampuan Yang Harus Dimiliki Anak Sebelum Masuk Sekolah).
L'Oreal Bersama Perdoski dan Universitas Indonesia Berikan Pendanaan Penelitian dan Inovasi 'Hair & Skin Research Grant 2024'
Penulis | : | Meisy Billem |
Editor | : | Dini Felicitas |
KOMENTAR