Mungkin sekolah umum di negara lain tidak akan mengadopsi ide ini dalam waktu dekat, tapi tidak ada alasan bagi orang tua untuk tidak melakukannya di rumah. Gunakan peran guru dan mulailah percakapan keluarga tentang apa yang sedang terjadi. Curahkan cara untuk saling memperlakukan satu sama lain dengan lebih baik. Mintalah agar anak memulai pembicaraan atau diskusi tentang masalah atau hal lain dengan sesering mungkin.
(Baca juga : Begini Stimulasi Sederhana Mencerdaskan untuk Janin)
Cobalah Beberapa Pelatihan Emosi
Saat anak-anak bertindak buruk, jangan hanya menakut-nakutinya agar bisa menjadi baik. Jika Ibu melakukannya, anak hanya akan baik saat Ibu sedang bersamanya. Sebagai gantinya, cobalah sesuatu yang disebut pembinaan emosi yang merupakan salah satu cara paling efektif untuk memperbaiki perilaku anak.
Bila anak melakukan sesuatu yang buruk, jangan panik. Sebagai gantinya, mintalah ia untuk mengakui emosi sebagai sumber perilakunya dan bantulah anak mendefiniskan perasaannya. Setelah itu, Ibu bisa memberitahukan perilaku anak yang tidak dapat diterima dan membuat batas-batas terkait dengan perilaku yang boleh dilakukan.
Kemudian, saat anak sudah tenang, bicarakan alasannya merasa emosional. Apa yang membuatnya marah? Mungkin itu sesuatu yang konyol, tapi di dunianya, ini adalah masalah besar. Biarkan anak merasa bahwa perasaannya adalah yang paling benar, lalu bicarakan bagaimana ia bisa mengatasinya lebih baik di lain waktu.
Karena ketika Ibu berbicara tentang emosi dan bagaimana menanganinya, Ibu melakukan lebih dari sekadar membesarkan anak yang penakut menjadi buruk. Ibu membesarkan seorang anak yang akan membuat pilihan yang lebih baik dengan memahami emosinya sendiri dan juga orang lain.
(Baca juga : Emosi Anak yang Stabil Bisa Dilatih dengan Cara Ini)
Biarkan Anak Masuk ke Dunia Imajinasinya
Para peneliti mengumpulkan 34 anak untuk membaca cerita tentang Harry Potter. Ketika seseorang membaca sebuah buku yang menyajikan karakter kompleks dan beragam, pikirannya dipahami berdasarkan isyarat fisik, pembaca masuk ke dalam pikiran karakter tersebut. Anak keluar dari pengalaman dengan pemahaman yang lebih baik tentang bagaimana orang lain berpikir.
Dengan kata lain, membaca buku baik untuk membuat anak lebih berempati. Tapi hanya untuk buku yang dianggap bagus saja. Periset mencoba hal yang sama dengan buku-buku petualangan lain dan anak-anak tidak mendapatkan apa-apa darinya. Jadi penting untuk tahu buku-buku apa saja yang bagus untuk meningkatkan daya imajinasi anak serta kecerdasan emosionalnya.
Penulis | : | Avrizella Quenda |
Editor | : | Ida Rosdalina |
KOMENTAR