"Menurut saya justru sebagian besar belum bahagia, karena adanya mindset atau paradigma yang keliru dalam cara orangtua mendidik anaknya.
Orangtua menganggap mendidik anak harus dengan cara kekerasan misalnya dengan membentak, atau hukuman fisik dengan dipukul atau dijewer," ujar Kak Seto.
Hal itu membuat tidak ada suasana kerja sama dan komunikasi dua arah yang penuh kasih sayang antara orangtua dan anak, yang ada malah menimbulkan anak menjadi tertekan.
Kak Seto menjelaskan, tekanan dalam diri anak akan menyebabkan anak kabur dari rumah untuk mencari situasi yang tenang.
Lebih parahnya lagi, jika anak melampiaskan situasi dalam hidupnya ke hal-hal yang negatif seperti konsumsi narkoba, geng motor, penyimpangan seksual, radikalisme dan perilaku menyimpang lainnya.
"Untuk itu sudah seyogyanya orangtua memosisikan diri sebagai sahabat anak yang akrab dengan putra putrinya, bukan sebagai bos atau instruktur yang memberikan perintah kepada anaknya.
Dengan begitu, akan mendorong anak tumbuh dan berkembang dengan optimal," tutupnya.
Bagaimana, apakah buah hati Moms sudah bahagia?
Serunya Van Houten Baking Competition 2024, dari Online Challenge Jadi Final Offline
Penulis | : | Erinintyani Shabrina Ramadhini |
Editor | : | Saeful Imam |
KOMENTAR