Nakita.id – Saat hamil jangan sampai kekurangan trombosit, seperti yang telah disampaikan dalam artikel sebelumnya Selama Hamil Jangan Sampai Kekurangan Trombosit, Ini Penyebabnya
BACA JUGA: Temani Perjuangan Nycta Gina Melahirkan Anak Kedua, Begini Cerita Kinos
Supaya tidak terjadi ibu hamil wajib mengonsumsi makanan bergizi seimbang dan lengkap, konsumsi suplemen yang dokter berikan.
Tidak lupa memerhatikan tanda-tanda dini kekurangan trombosit, seperti yang telah disampaikan dalam artikel sebelumnya dengan judul Bercak Merah Kulit Kehamilan Muda Diwaspadai, Kekurangan Trombosit
Kekurangan trombosit berat alias kronis di sebut ITP atau Idiopathic Trombocytopenia Purpure.
Ini adalah sebuah kondisi gangguan darah yang kronis. Sayangnya, sampai saat ini penyebab ITP belum diketahui, apakah karena virus, bersifat genetik, atau disebabkan hal lain.
BACA JUGA: Beranjak Dewasa, Potret Cantik Adik Kandung Mendiang Olga Syahputra Curi Perhatian
Itulah sebabnya, nama gangguan trombosit ini diawali dengan Idiopathic yang berarti "tidak diketahui".
Berangkat dari sini, ITP digolongkan dalam penyakit autoimun, dimana sistem imunitas/kekebalan tubuh justru merusak jaringan tubuh sendiri.
Dalam hal ini, yang diserang adalah trombosit, hingga kadar trombosit penderita ITP relatif rendah.
Menurut dr. Okky Sofyan, Sp.OG, tidak seperti gangguan trombosit yang diakibatkan faktor sekunder, ITP harus mendapat perhatian khusus karena termasuk kelainan darah yang akut.
BACA JUGA: Makan Satu Sendok Teh Kunyit Setiap Hari, Ini yang Terjadi pada Tubuh
Karena bisa membahayakan ibu maupun janinnya, pengobatan dan penanganan perlu dilakukan, baik selama kehamilan maupun saat proses persalinan.
Pasalnya, minimnya jumlah trombosit sebagai zat pembeku darah membuat si ibu gampang mengalami perdarahan.
Perdarahan terjadi tidak hanya karena luka besar saja tapi juga luka kecil. "Jangankan tergores benda tajam, menggaruk-garuk pipi saja sudah bisa menyebabkan perdarahan pada ibu hamil." Ungkap Okky.
Tak heran, jika ITP akan meningkatkan risiko si ibu mengalami solusio plasenta alias plasenta terlepas.
Ketika plasenta terlepas sebelum waktunya, semisal di usia kehamilan 20 minggu, sel-sel darah pada dasar plasenta keluar secara spontan.
Pelepasan plasenta ini bisa terjadi sebagian atau bahkan keseluruhan. Bila terjadi pelepasan sebagian, mungkin perdarahannya tergolong ringan sampai sedang.
Gejalanya adalah ketidaknyamanan perut bagian bawah, nyeri perut, dan nyeri tekan pada rahim.
Sedangkan pada pelepasan yang bersifat menyeluruh akan terjadi perdarahan hebat yang ditandai dengan pekat/hitamnya warna darah yang keluar.
Detak jantung bayi terdengar tidak teratur, relatif kurang terdengar, melambat dan akhirnya tidak terdengar.
BACA JUGA: Singkirkan Berat Badan dengan Menu Avokad, Seperti Ini Cara Membuatnya
Gejala lain, perut terasa kencang dan nyeri bila ditekan, disertai kontraksi kuat.
Jika ini terjadi, maka baik ibu maupun janin sulit untuk diselamatkan.
Menurut Okky, "Rendahnya kadar trombosit bisa menyebabkan solusio plasenta. Sebaliknya, solusio plasenta pun bisa menyebabkan turunnya kadar trombosit secara drastis. Jadi, efeknya memang bolak-balik."
Tidak hanya itu, perdarahan spontan bisa saja terjadi saat persalinan.
Apalagi jika persalinan berlangsung lewat sesar.
Tanpa transfusi trombosit yang memadai, keselamatan si ibu bakal terancam.
BACA JUGA: Tersangka Pembunuhan Ini Berswafoto di Pengadilan, Warganet Geram
Agar ITP tidak menyebabkan perdarahan hebat, jelas Okky, periksakan kehamilan secara teratur.
Dengan demikian dokter bisa memantau jumlah kadar trombosit pada tubuh secara berkala.
Selain itu, dokter juga bisa melakukan antisipasi jika suatu saat kadar trombosit mengalami penurunan drastis.
BACA JUGA: Masih Mirip Gadis di Usia 51 Tahun, Berikut ini Potretnya Saat Muda
Untuk menangani ITP, dokter biasanya akan memberikan obat-obatan golongan steroid.
Obat seperti prednison atau prednisolon disinyalir bisa mencegah reaksi autoimun yang terjadi pada ITP.
Prednison juga diperlukan agar jumlah dan fungsi trombosit normal atau setidaknya mendekati normal.
Pada beberapa kasus, kadar trombosit memang bisa naik setelah penderita mengonsumsi obat jenis steroid sesuai dosis yang dianjurkan.
Sayangnya, begitu konsumsi obat ini dihentikan, kadar trombosit bisa menurun kembali.
BACA JUGA: Ingin Sehat? Berikan Makanan Terbaik Bagi Ginjal Batasi Karbohidrat
Kendati begitu, penggunaan obat jenis streoid sampai kini masih menjadi kontroversi.
Sebab, pada beberapa kasus lainnya, pengobatan ini terbukti tidak terlalu efektif menaikkan kadar trombosit dalam tubuh.
Apalagi hingga saat ini memang belum ada penelitian yang mengungkap sejauh mana efektivitas steroid.
Namun Okky menampik jika penggunaan obat steroid dianggap bisa mengganggu perkembangan janin.
Karena sejauh ini memang belum ada penelitian resmi tentang dampak negatif steroid pada janin.
Toh, tidak sedikit kasus ibu hamil yang mengonsumsi obat-obatan jenis steroid melahirkan bayi yang sehat dan normal.
Dari beberapa penelitian dilaporkan, penggunaan prednison semasa kehamilan relatif aman.
BACA JUGA: April Jasmine Ulang Tahun, Begini Ucapan Romantis dari Ustadz Solmed
Soalnya, prednison akan di-inaktifkan oleh enzim tertentu dalam plasenta, sehingga kadar yang ditemukan pada janin hanya sekitar 10 persen dibanding kadar obat serupa dalam tubuh ibu.
Beberapa penelitian juga menyimpulkan bahwa pemberian dosis sedang untuk pemeliharaan, sama sekali tidak akan menimbulkan kecacatan.
Tentu saja Okky mengingatkan agar pemberian obat-obatan selalu dipertimbangkan berdasarkan keuntungan dan kerugiannya.
Jika pemberian steroid dirasa lebih banyak manfaatnya maka hal itu bisa dibenarkan.
BACA JUGA: Maconya Ponakan Tamara Bleszynski, Tak Kalah Dari Chicco Jerikho!
Bila sebaliknya, ya buat apa? Bukankah obat steroid diyakini bisa mencegah terjadinya perdarahan spontan yang membahayakan.
Selain mengonsumsi obat, hindari berbagai aktivitas di luar rumah yang dianggap "berisiko" menyebabkan trauma, seperti olahraga berat atau aktivitas lain yang menantang/memacu adrenalin.
Apa pun alasannya, ibu hamil dengan ITP memang rentan terkena perdarahan di otak ataupun kulit.
BACA JUGA: Jangan Sepelekan Campak, Komplikasikasinya Bisa Meninggal Dunia
Yang perlu diperhatikan, tutur Okky, adalah beberapa tindakan penting yang akan dokter lakukan saat persalinan.
*Sebisa mungkin menghindari tindakan medis yang memicu perdarahan, seperti episiotemi.
Kita tahu episiotemi adalah tindakan bedah ringan berupa sayatan/irisan di daerah perineum antara lubang kemaluan dan lubang pelepasan/anus yang bertujuan memperlebar jalan lahir, hingga memudahkan kelahiran bayi.
BACA JUGA: Intip Foto 4 Aktor Bollywood Saat Menangis, Ada yang Seperti Bayi!
Disamping mencegah perobekan vagina robek akibat desakan kepala bayi, pengguntingan ini bisa memicu perdarahan hebat pada sang ibu.
Itulah sebabnya, lanjut Okky, jika tindakan ini terpaksa dilakukan, sebaiknya sayatannya tidak terlalu luas.
*Proses persalinan diusahakan berlangsung normal. Sebab, perdarahan hebat mungkin saja akan terjadi jika ibu menjalani persalinan lewat operasi sesar.
Akan tetapi jika situasi dan kondisi menuntut si ibu melahirkan sesar, apa boleh buat.
Beberapa jam menjelang operasi sesar, proses transfusi trombosit bisa dilakukan.
BACA JUGA: Benarkah Mengonsumsi Buah Delima Saat hamil Sebabkan Kaguguran?
Langkah ini dilakukan hingga kadar trombosit dalam tubuh mencapai angka di atas 100.000 atau bahkan 200.000/m3.
Dengan kadar tersebut, trombosit diharapkan bisa menutup luka yang diakibatkan oleh operasi sesar.
*kontraksi harus benar-benar dijaga, jangan terlalu kuat dan jangan pula kelewat lemah yang hanya akan memicu terjadinya perdarahan hebat.
Umumnya dokter akan memberikan obat-obatan dan cairan infus agar kontraksi rahim bisa normal.
*Agar tidak terjadi perdarahan, sesaat setelah bayi lahir, plasenta bayi tidak segera dilepas.
BACA JUGA: Tengok Transformasi Alis Krisdayanti dari Remaja Hingga Jadi Moms Hits
Melainkan ditunggu sekitar 15 menit hingga massa plasenta lepas.
Dokter pun akan sangat hati-hati saat melakukan pemotongan plasenta agar perdarahan bisa diminimalkan.
Selain itu, dokter kandungan akan berkoordinasi dengan dokter ahli penyakit dalam agar kadar trombosit pasien bisa senantiasa terawasi.
Jika mengalami penurunan, infus trombosit bisa dilakukan kembali.
Lewat Ajang Bergengsi Pucuk Cool Jam 2024, Teh Pucuk Harum Antar Anak Indonesia 'Bawa Mimpi Sampai ke Pucuk'
Penulis | : | Gazali Solahuddin |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
KOMENTAR