Nakita.id.- Meskipun tidak mudah mendapatkan rokok di supermarket (dilarang secara undang-undang), ternyata anak-anak di bawah usia 18 tahun sangat mudah mendapatkannya di warung-warung tradisional.
Pedagang tetap tetap menjualnya kepada anak-anak karena mereka mewakili pasar yang menguntungkan, sementara orangtua tidak dapat berbuat banyak karena justru dari golongan inilah anak-anak kerap mendapatkan contoh.
Baca juga: Heboh Foto Janin Yang Menderita Karena Ibunya Merokok
Ketua organisasi advokasi anak nirlaba Lentera Anak Indonesia, Lisda Sundari, seperti dikutip dari Kantor Berita Anadolu Agency mengatakan, bahwa jumlah anak-anak yang merokok di Indonesia tidak terkendali.
Menurut data Kementerian Kesehatan Indonesia, pada 2010, 30 % anak Indonesia merokok sebelum berusia 10 tahun, sementara jumlah perokok muda berusia 15-19 telah meningkat hampir tiga kali lipat menjadi 20% dari 7% pada 1995. Berdasarkan sensus 2010, jumlah anak di Indonesia sekitar 67 juta.
"Data ini sangat mengkhawatirkan, jadi perlu ada komitmen kuat untuk mengurangi jumlah perokok muda," kata Sundari.
Indonesia adalah satu dari sedikit negara yang belum menandatangani Konvensi Kerangka Kerja Pengendalian Tembakau Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), yang mencakup kebijakan harga dan pajak untuk mengurangi permintaan tembakau. Akibatnya, rokok masih sangat murah dan iklan rokok tidak dilarang.
Baca juga: Ayah Ini 5 Derita Anak Saat Anda Merokok
Sundari mengatakan bahwa anak-anak mulai merokok setelah sangat dipengaruhi oleh orang-orang di sekitar mereka, termasuk orang tua, guru dan saudara kandung.
Meski Indonesia memiliki salah satu populasi perokok terbesar di dunia, regulasi penjualan rokok sangat lemah.
Iklan telah dikutip sebagai penyebab utama di balik konsumsi rokok yang meningkat dan telah berhasil menggambarkan merokok sebagai hal yang keren dan populer.
Mudah juga bagi anak-anak untuk mendapatkan rokok dengan harga sangat murah.
Sundari mengatakan tingginya angka perokok anak bisa mengancam masa depan Indonesia. “Negara akan merasakan dampak merokok (anak) dalam 10-15 tahun ke depan," katanya.
Ketua Yayasan Konsumen Indonesia, Tulus Abadi, mengatakan peraturan tembakau yang lemah dan prevalensi perokok membuat Indonesia menjadi tujuan yang semakin menarik bagi produsen rokok multinasional untuk memperluas operasinya.
Pada saat yang sama, perusahaan-perusahaan ini merasa tertekan oleh peraturan ketat di negara asal mereka.
"Industri rokok multinasional tahu Indonesia adalah pasar pemasaran rokok yang paling menguntungkan di dunia, mereka akan menargetkan produsen rokok nasional untuk akuisisi," kata Tulus.
Dampak merokok di usia dini, salah satunya adalah menurunnya antibodi atau kekebalan tubuh. Asap panas yang berhembus terus menerus ke dalam rongga mulut merupakan rangsangan panas yang menyebabkan perubahan aliran darah dan mengurangi pengeluaran ludah.
Akibatnya rongga mulut menjadi kering sehingga memberikan lingkungan yang sesuai untuk tumbuhnya bakteri dalam plak.
Dengan sendirinya perokok berisiko besar terinfeksi bakteri penyebab penyakit jaringan pendukung gigi dibandingkan mereka yang tidak merokok.
Pada perokok terjadi penurunan zat kekebalan tubuh (antibodi) yang terdapat dalam ludah yang berguna untuk menetralisir bakteri dalam rongga mulut dan terjadi gangguan fungsi sel-sel pertahanan tubuh.
Sel pertahanan tubuh tidak dapat mendekati dan memakan bakteri-bakteri penyerang tubuh sehingga sel pertahanan tubuhtidak peka lagi terhadap perubahan sekitarnya juga terhadap infeksi.
Nikotin berperan dalam mulai terjadinya penyakit jaringan pendukung gigi karena nikotin dapat diserap oleh jaringan lunak rongga mulut termasuk gusi melalui aliran darah dan perlekatan gusi pada permukaan gigi dan akar.
Nikotin dapat ditemukan pada permukaan akar gigi dan hasil metabolismenya adalah kontinin dapat ditemukan pada cairan gusi.
Baca juga: Duh Diduga Karena Asap Rokok Saat Aqiqah Bayi Ini Sesak Napas Dan Meninggal
Dampak rokok terhadap kesehatan anak-anak sama seperti orang dewasa. Rokok bisa menyebabkan kanker paru-paru, gangguan jantung, terhambatnya perkembangan anak, dan masih banyak lagi.
Dampak rokok juga bisa menurunkan hemoglobin atau kadar oksigen dalam darah. Hal ini bisa menyebabkan gangguan kecerdasan dan fungsi organ tubuh lain. (*)
Penulis | : | Soesanti Harini Hartono |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
KOMENTAR