Kala itu orangtuanya membawanya ke spesialis penyakit dalam, lalu diperiksa dengan Bone Marrow Puncture (BMP) untuk mengetahui adanya sel kanker dalam tubuh.
Saat Rini positif didiagnosis kanker leukemia, Rini mengaku tidak pernah menjalani perobatan secara alternatif.
Ia dengan sabar menjalani serangkaian protokol kemoterapi yang melelahkan.
Hal itu diakuinya adalah masa yang sangat berat, mengingat masa itu (1996) informasi mengenai penyakit kanker masih amat minim didapatkan.
“Satu kali protokol itu bisa lebih dari satu kali kemo. Saya menjalani sekitar enam protokol dan itu menghabiskan waktu 2 tahun,” ujar Rini.
Baca Juga : Agar Perkembangan Otak Anak Optimal, Ini Tips Memilih Mainan Ala Dokter Reisa
Selain kemoterapi, Rini juga menjalani terapi radiasi untuk membunuh sel kanker ganas yang ada dalam sel darahnya.
“Kemo terapi terus diradiasi juga di kepalanya, 11 kali, dan itu totalnya jadi 3 tahun,” lanjutnya.
Saat harus menjalani serangkaian pengobatan, Rini harus menempuh ratusan kilometer dari kediamannya di Pandeglang, Banten, menuju Rumah Sakit Kanker Dharmais menggunakan bus umum.
Baca Juga : Syarat Stimulasi Optimal, Kenali Dulu Perkembangan Motorik Si Bayi
Hal itu diakuinya sangat berat, apalagi setelahnya ia harus merasakan mual dan muntah karena efek kemoterapi yang didapat.
“Dulu saya dari Pandeglang naik bus dulu ke Kalideres jam 5 shubuh, terus nyambung lagi ke Dharmais, dan itu saya sama ibu berdua,” kenang Rini.
Source | : | WebMD,cancer.org |
Penulis | : | Fadhila Auliya Widiaputri |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
KOMENTAR